Kopdar
Gerbang SMA Dharma sudah ditutup sejak bel masuk berbunyi, Embun yang datang terlambat masih berdiri mematung di depan gerbangnya. 

Bu, Embun enggan  memanggil penjaga sekolah, Embun  tak yakin akan konsentrasi di kelas. Neraka di rumah terlanjur meluluh lantakkan semangat Embun untuk belajar. Maafkan Embun Bu.“  Embun melangkah pergi, menyusuri trotoar jalan menjauh dari gedung sekolahnya. 

Maafkan kali ini Embun membolos lagi. Embun masih ingin menyendiri Bu.” Embun berjalan tertunduk menekuri trotoar yang dipijaknya.

Terlalu banyak yang berubah sejak kepergian Ayah.“  Embun bicara sendiri dalam hati.

Andai Pak Arman tidak datang dan berpura-pura baik pada Ibu mungkin neraka ini tak akan pernah ada.“ Embun menghela nafas menyesali nasibnya.

Dua siswi sekolah berbeda yang juga sedang membolos sekolah berjalan melewati Embun.

“Cari cowok yuk  lewat chatting,“ suara salah satu diantara Mereka menyentakkan lamunan Embun. Embun mendongakkan kepala, melihat ke arah dua remaja tadi yang menghilang dibalik pintu warnet tepat di tepi trotoar.

Aku ingin bicara dengan seseorang,“ satu keinginan tiba-tiba melintas dihati Embun, mengantarnya masuk ke dalam warnet yang sama dengan dua remaja putri tadi.

  Embun menarik salah satu kursi kosong, lalu mengklik web yang menyediakan fitur chat room.

Help, I need some one to took.‘  
Embun mengetik  sebaris kalimat.

Hi, I’ m Angel.’ 

Balasan dari seseorang muncul di public room.

I’m Blue.’ 

I know. From who?'

‘Indo.‘

‘Sama donk, Aku juga Indo.‘ 

Embun sedikit tersenyum membacanya.

‘Bisa bertemu?'

Embun memberanikan diri bertanya. Ia merasa butuh teman untuk bicara dan menghibur dirinya.

‘Bertemu? Kamu memangnya tinggal di kota mana?’

‘Sidoarjo Surabaya.‘

‘Dekat, Aku juga kuliah disini. Plaza Tunjungan  bagaimana?’

‘Iya, Aku akan kesana. Kutunggu di dekat pintu masuk, Aku mengenakan seragam putih abu-abu.‘

 Klik, mouse ditekan dan Embun keluar dari chat room.


Embun berdiri menunggu di anak tangga pintu masuk Tunjungan Plaza, jemarinya sibuk membersihkan kotoran yang menempel pada kuku yang lama tak terawat. Tak disadari Embun, Arbi yang mengenakan kemeja casual dan tas ransel dipundaknya berjalan menghampiri.

“Blue?” Arbi bertanya, mencoba meyakinkan diri kalau gadis itu yang akan ditemuinya.

“Angel?“  Embun mendongakkan kepala dan bertanya balik, Arbi mengangguk mengiyakan.

“Ku kira Kau pria." Arbi mengomentari wujud aslinya yang berbeda dari bayangan pemuda itu. 

 Embun memaksa tersenyum mendengar komentar Angel.

“Aku juga berpikir Kau perempuan,“ Embun berucap datar.

Arbi tersenyum mendengar komentar balik Embun

“Nama asliku Arbi,“ Arbi mengulurkan tangan.

“ Nama yang bagus."

 Embun tak membalas uluran tangan Arbi, malah berlalu menuju pintu masuk.

“Kau belum memberitahu namamu,“  Arbi mengikuti langkah Embun masuk ke dalam Plaza Tunjungan.

“Aku belum sarapan sejak pagi, Aku ingin makan sekarang.“ Embun acuh seolah tak mendengar permintaan Arbi.

“Aku tahu tempat enak untuk sarapan pagi,“ Arbi menarik pergelangan tangan Embun ke resto yang di maksud. 

Embun memperhatikan sekilas jemari Arbi yang menempel dipergelangan tangannya, ada kedamaian yang menelusup di relung batin Embun saat pemuda itu hadir dan menawarkan keramahan diawal pertemanan Mereka. 


Komentar

Login untuk melihat komentar!