Bab 2. Berbohong
Mobil yang dikendarai Anang pun oleng. Orang-orang segera berkerumun ke TKP. Beruntung orang yang menyeberang itu hanya terlempar ke lumpur dan tidak terluka parah. 

   Anang panik melihat Amah yang terkulai lemah. Sementara hiruk pikuk kerumunan makin ramai. 

   Sudah biasa di daerah itu, pengendara atau pengemudi yang lalai menabrak seseorang, akan dihajar oleh massa. 

   Seseorang berteriak memintanya keluar, Anang hanya bisa menurut, sebenarnya dia ingin melarikan mobil tapi kerumunan di depannya menghalangi. 

   Akhirnya dia tak punya jalan lain selain keluar dari truk. Baru saja dia menapakkan kaki di aspal, tubuhnya sudah di tarik oleh beberapa orang dan menjadi bulan-bulanan para penduduk. 

   Anang hanya bisa menutupi wajahnya. Bogem mentah yang mendarat di punggung dan kepalanya membuatnya mendadak pusing. 

   Amah yang baru tersadar dari pingsan, segera turun dan mendapati Anang terbaring di pinggir jalan. Seseorang memercikkan air dingin ke wajah Anang. 

   "Mbak istrinya?" tanya lelaki yang berhasil membubarkan massa itu. 

   "I,  iya, Pak, saya istrinya," ucap Amah berbohong. 

   Anang berusaha duduk. Dia menyetujui memberi sejumlah uang pada korban kecelakaan itu. 

   "Sebenarnya tak perlu saya dipukul, karena saya akan bertanggung jawab," sesal Anang. 

    "Aku bisa saja melaporkan penganiayaan ini pada Polisi," gertak Anang geram. 

   "Saya harap urusan ini tak perlu diperpanjang, berikan saya uang, biar saya mengurus semuanya. Silakan Pak Anang meneruskan perjalanan," ucap lelaki itu. 

   Anang segera merogoh dompetnya dan mengeluarkan sejumlah uang berwarna merah. Dia tak mau urusan ini makin ribet. Bermasalah dengan mereka ini hanya akan membuat bisnisnya hancur. 

   Truknya akan ditandai dan dihadang setiap lewat jalan ini. 

   "Saya harap urusan ini, hanya sampai di sini saja," pinta Anang pada lelaki itu. 

   Lelaki itu tersenyum menerima segepok uang dari Anang, dia akan berbagi dengan teman-temannya, yang sedang mengawasi dari jauh. Begitu juga korban kecelakaan yang berpura pura terpelanting itu. Dia tersenyum penuh kemenangan. 

  ***

    "Maafkan aku, Kak," ucap Amah saat mereka sudah berada dalam truk untuk meneruskan perjalanan. 

   Anang diam, dia tak menyalahkan wanita itu. Amah hanya ingin bercengkrama, wanita itu pasti sangat kangen padanya. 

    "Sayang, aku menelpon istriku dulu ya, minta kirim uang," ucap Anang. Rasa sakit di badannya sudah agak reda. 

   "He eh, yang banyak ya, sayang," Amah membelai tangan Anang. 

   Anang mengedipkan mata pada Amah, kemudian memberi isyarat agar wanita itu diam. 

   "Sayang, aku hampir kecelakaan. Tapi jangan khawatir, semua sudah beres dan aku baik-baik saja," Anang menceritakan sebagian kejadian yang barusan terjadi kemudian ditambah bumbu bumbu biar makin seru. 

   "Iya, korbannya harus dilarikan ke rumah sakit, aku perlu uang yang banyak untuk biayanya, sayang," ucap Anang meyakinkan. 

   ***


Komentar

Login untuk melihat komentar!