Not For Sale!
(Mengambil ibrah dari kokohnya iman Sang Ratu Mesir)
Oleh: Safitri Oktarina
Namanya Claudia. Gadis berparas ayu, bernetra coklat. Duduk termenung di pinggiran kolam, memandangi ikan-ikan yang berenang bebas. Suara gemericik air yang mengalir, menjadi nada pengusir sepi untuknya. Aktivitas yang selalu dilakukannya tiap kali rasa gundah mengisi relung hati.
Kesedihan yang bertubi-tubi menghampiri, membuatnya sedikit goyah menjalani kehidupan ini. Belum lama, ibu yang ia kasihi berpulang kepada Sang Illahi. Kini, sang ayah pun menyusul. Pergi menghadap kepada Sang Pencipta.
Disesapnya kopi hitam yang masih mengepulkan sedikit asap, berharap bisa mengurangi sedikit kepedihan. Meski ia tahu tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati. Namun, tetap saja, kehilangan selalu meninggalkan rasa perih yang teramat.
Claudia melangkah menuju ranjang, menghempaskan diri ke kasur bersprei putih. Meski selama ini tak pernah dekat dengan ayahnya, tetap saja hatinya hancur ketika mendengar kabar duka itu. Terlebih, ia tak sempat menemani saat sang ayah menghembuskan napas terakhirnya.
Penyesalan terbesarnya ialah, Claudia belum sempat mengajak sang ayah kembali ke jalan yang benar.
Tiba-tiba rasa nyeri menyerang kepalanya. Sesak mulai menghimpit dada. Kenangan masa silam, seolah menari-nari dalam ingatan. Satu per satu episode menyedihkan itu terputar kembali.
***
Claudia kecil tumbuh di dalam keluarga yang berbeda keyakinan. Ayah berdarah Tionghoa dan ibu muslim pribumi. Di awal-awal, kehidupan rumah tangga kedua orang tuanya baik-baik saja. Namun, semakin jauh perjalanan, keretakkan mulai muncul perlahan.
Haris ayah Claudia, mulai menentang keyakinan istrinya. Mendikte agar ibu Claudia berpindah keyakian. Secara terang-terangan ia melarang sang istri untuk beribadah.
Bersyukur, sang ibu diberi keteguhan iman oleh Allah. Baginya, menentang suami adalah satu-satunya pilihan yang harus diambil. Karena ia tak mungkin bisa menentang agama Allah.
Saat ayahnya ada di rumah, Claudia dan ibunya harus melakukan ibadah secara sembunyi-sembunyi. Jika sampai ayahnya tahu, maka ia akan marah besar. Bahkan tak segan untuk memukuli istrinya. Sampai akhirnya prahara besar itu datang. Badai tak dapat ditolak. Suami istri tersebut bersikeras mempertahankan keyakinan yang dianut masing-masing. Yang kemudian melahirkan sebuah kesepakatan, Kristian putra pertama, diwajibkan mengikuti keyakinan sang ayah. Sementara Claudia, tetap ikut pada keyakinan ibunya.
Pada akhirnya, nilai-nilai Islamlah yang membersamai pertumbuhan Claudia. Ia mulai belajar dan mengenal dasar-dasar agama Islam meski tak bisa secara terang-terangan. Ditambah keterbatasan sang ibu, yang harus membagi waktu antara pekerjaan dan mengurus rumah tangga, jadilah Claudia tak begitu dalam memahami apa dan bagaimana agamanya. Namun, di hatinya telah terpatri bahwa dirinya adalah seorang muslim.
Barulah saat memasuki masa-masa SMP, Claudia mulai tumbuh menjadi remaja yang mempunyai rasa ingin tahu semakin besar. Dicarinya hal apa saja yang berkenaan dengan Islam. Mulai memperdalam pengetahuan dari berbagai bacaan. Tak segan pula ia bertanya pada teman atau gurunya di sekolah.
Claudia semakin mencintai Islam. Mulai belajar mengaji. Ia tak malu, meski harus membaca iqra dari awal. Baginya, lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Shalat lima waktu terus ia usahakan agar tidak bolong. Meskipun melakukannya harus dengan hati-hati, agar tak ketahuan ayahnya.
Saat masa-masa akhir SMA, ibu dan ayahnya memutuskan untuk bercerai. Bahtera itu akhirnya harus karam, sudah tak bisa dipertahankan. Semenjak itu, Claudia hanya tinggal berdua dengan ibunya. Keadaan ini membuat dirinya semakin bebas menentukan sikap. Memilih melanjutkan pendidikan di sebuah sekolah islam. Kemudian perlahan Claudia mulai belajar menutup aurat. Allah bukakan hatinya, Allah perkenankan hidayah itu masuk ke relung jiwanya. Claudia memutuskan untuk berhijab.
***
Membaca sedikit kisah hidup Claudia di atas, siapakah kiranya yang terbersit dalam ingatan kita?
Siapa lagi jika bukan wanita mulia yang begitu menginspirasi. Sosok mengagumkan dalam perjuangan islam, yakni Asiyah istri Fir'aun sang ratu Mesir. Kita semua tahu, Asiyah adalah salah satu wanita yang dijamin masuk surga oleh Allah.
Sebab apa?
Sebab keimanannya.
Bagaimana perjuangannya mempertahankan iman kepada Allah, meski harus berkorban nyawa. Sama seperti Claudia dan ibunya, yang terus berusaha menjaga keimanan meski berada dalam kekangan.
Bersambung....