Ditinggal seorang diri di atas pelaminan adalah satu hal yang sangat menakutkan. Itulah yang dirasakan Salsa saat resepsi pernikahannya hari ini. Satu jam sebelum acara selesai, Joe dan Clarisa meninggalkan dirinya. Begitu pula dengan kedua orang tua mereka. Tak ada satu pun yang kembali.
Perih.
Namun, ia tak ingin menyerah begitu saja. Ia harus terus berjuang untuk menjadi salah satu anggota keluarga Joe. Ia telah bosan hidup pas-pasan. Ia tidak ingin lagi berada dalam kesulitan keuangan. Ia juga ingin menjadi bagian orang-orang yang paling dihormati di kota ini.
Untuk mewujudkan semua keinginan itu, ia rela berada di sini. Di ruang keluarga Liam Mahendra. Lengkap dengan gaun dan juga riasan pengantin yang belum ia hapus. Salsa duduk bersimpuh. Menjelaskan dengan penuh permohonan.
"Demi Tuhan, Pa. Itu bukan ibu dan kakak saya. Apa perlu saya lampirkan surat keterangan kematian keluarga saya?" ucap Salsa, mengiba.
Liam Mahendra hanya menatap datar menantu barunya itu. Kejadian tadi sungguh memalukan bagi diri dan juga keluarganya.
"Ma, Salsa difitnah, Ma. Nggak mungkin Salsa nggak mengakui ibu sendiri kalau memang mereka masih hidup. Salsa sangat menyayangi mereka, Ma. Tapi kenyataannya, mereka memang sudah meninggal, Ma."
Stevani hanya mengambil napas panjang. Tadi ia sama sekali tak dapat menyembunyikan rasa malu di hadapan para teman-teman sosialitanya.
Liam berdiri kemudian meninggalkan Salsa begitu saja. Stevani pun melakukan hal yang sama. Kini hanya ada Joe dan Clarisa yang berhadapan dengan Salsa.
Salsa tertunduk, melihat reaksi Liam dan Stevani. Ia terus memutar otak untuk membuat kedua orang yang ada di depannya ini percaya dengan segala ucapannya.
"Cla ...." panggil Salsa lirih.
"Ini semua di luar kemampuanku, Cla. Aku nggak tau siapa mereka. Aku juga nggak ngerti kenapa Anya sebegitu niatnya menjatuhkan aku," sambung Salsa.
Joe mengurut keningnya. Ia bingung dengan keadaan yang ada saat ini. Jelas-jelas keluarganya sudah dipermalukan. Namun, ia juga tidak yakin bahwa Salsa berani berbohong untuk masalah ini.
"Cla. Kamu harus percaya sama aku, Cla," ucap Salsa. Ia berjalan dengan lutut mendekati Clarisa.
"Kamu tau kan kalau Anya itu benci banget sama aku? Sejak dulu, sejak kita dekat. Anya selalu bully aku. Saat aku dan Joe dekat, sikap Anya dan genk-nya semakin parah ke aku. Kamu tau semua masalah itu kan, Cla?" ratap Salsa.
Clarisa menatap Salsa sambil mengerucutkan bibirnya. Ia tak bisa menyangkal semua ucapan Salsa. Karakter Anya memang termasuk yang terburuk di antara orang-orang yang ia kenal.
"Kamu inget kan, Cla? Waktu Anya ngunciin aku di toilet laki-laki? Di kampus. Kalau nggak ada kamu saat itu, aku nggak tau gimana nasibku sekarang." Air mata Salsa kembali berlinang.
"Anya bisa saja menyewa orang-orang itu untuk mempermalukan aku di pelaminan. Juga video itu, Cla."
Salsa semakin menunduk dengan air mata yang bercucuran. Ia tahu bahwa Clarisa adalah seorang gadis yang memiliki hati lembut. Clarisa mudah tersentuh. Ia harus bisa meyakinkan Clarisa dengan cerita-cerita yang ia alami saat berhadapan dengan Anya.
"Joe ... Aku nggak tau, kenapa bisa jadi begini? Ini juga menyakitkan bagiku, Joe. Harusnya hari ini adalah hari yang paling bahagia untukku. Aku nggak mungkin melakukan hal itu, Joe. Jika memang aku memiliki keluarga, aku nggak mungkin melewatkan masa perkenalan kedua keluarga. Masa lamaran. Nggak mungkin, Joe. Aku nggak mungkin melewatkan semua hal penting itu." Salsa terisak.
"Kamu yang memintaku untuk menikah denganmu. Aku tau, sejak awal, itu bukanlah hal yang mudah karena kita berasal dari latar belakang yang berbeda. Aku sudah menceritakan semua tentang diriku. Nggak ada yang aku sembunyikan. Aku harap kamu percaya, Joe. Ini baru hari pertama pernikahan kita tapi keadaannya sudah sangat sulit bagiku."
Joe menarik napas panjang mendengar ucapan Salsa. Salsa memang benar, dirinyalah yang telah jatuh cinta saat pertama kali Clarisa membawanya ke rumah. Gadis pemalu yang menarik, batinnya saat itu. Sikap Salsa berbeda jauh dengan Anya yang agresif mengejarnya.
"Bangunlah, Sa. Ganti bajumu," ucap Joe.
Jika memang ini semua perbuatan Anya, tunggu saja, ia pasti akan memberi pelajaran pada gadis itu.