SOSOK BERNAMA ARMAN

PART 4

"Mbak Yah, bapak sudah kasih pakaian kotor sisa perjalanan dinasnya?" tanyaku saat memasuki dapur dan mendapati asistenku itu sedang memasukkan helai demi helai pakaian kotor dalam mesin cuci.

"Ini, Bu. Baru saja dianter ke sini," jawab Mbak Yah.

Mataku terarah pada tumpukan pakaian kotor milik Mas Raka yang sudah bercampur dengan milik Kayla di atas keranjang cucian.

Aku kemudian membungkuk, mencari-cari sebuah benda berwarna merah. Tapi nihil. Aku meluruskan punggung, kemudian menghela napas panjang. Entah dikemanakannya benda itu oleh Mas Raka.

"Ibu cari sesuatu?" tanya Mbak Yah. Rupanya ia sedang memperhatikanku. Aku menggeleng pelan, kemudian meninggalkannya begitu saja.

Tiba di ruang tengah, aku duduk di atas sofa santai. Kubuka kembali ponselku.

[Sudah Abang amanin. Makanya, lain kali jangan teledor, kamu.] Bunyi pesan Mas Raka kepada kontak bernama Arman.

[Maaf, Abang. Janji nggak keulang, deh. Btw, aku emang sengaja ninggalin di koper Abang, tauk. Biar dilihat sama istri Abang.] Pesan tersebut dibubuhi dengan emot tertawa sambil menjulurkan lidah.

[Nakal, kamu. Awas, ya. Nanti Abang hukum!] balas Mas Raka disertai emot tertawa lebar.

[Hukuman Abang selalu bikin nagih. Dihukum tiap hari nggak papa juga, aku mah.]

[Asal mau tanggung jawab kalau aku hamil.]

[Abang, kok nggak dibales?]

[Abang, ih!]

[Abang!]

Dahiku berkerut heran. Kemana Mas Raka sampai-sampai ia tak membalas si sundal dalam chatnya ini. Sundal yang dinamainya dengan nama lelaki dalam list kontaknya demi mengelabuhiku.

Pertanyaanku akhirnya terjawab saat Mas Raka tiba-tiba keluar dari kamar tidur kami.

"La, lagi ngapain?" tegurnya dari tempat ia berdiri.

"Nggak ngapa-ngapain. Cuma lagi chatting sama Lesti aja, ngebahas kerjaan kantor," jawabku berbohong sambil menyimpan cepat ponselku dalam saku celana.

"Kayla mana?" tanyanya sambil melangkah mendekat.

"Di jemput Lila, tadi. Ibu kangen, katanya."

"Loh, gimana, sih? Kok nggak ijin Mas dulu?" protes Mas Raka dengan nada tak suka. Ia memang sedikit sensitif jika menyangkut Kayla.

"Memang kenapa sih, Mas, kalau Kayla di rumah ibuku? Kan neneknya juga," sahutku sambil mengambil posisi rileks di atas sofa.

"Ya setidaknya ijin dulu sama aku, La. Kan aku juga kangen sama Kayla setelah seminggu dinas luar kota," sungut Mas Raka.

'Kangen anak setelah seminggu kamu bersenang-senang dengan gundikmu, Mas?' Aku membatin sinis.

"Biar saja Kayla di sana," kataku seraya beranjak berdiri. Mas Raka menatapku.

"Mau kemana, La?" tanyanya.

"Tidur!" jawabku singkat, kemudian berjalan menuju kamar. Tak kuhiraukan tatapan matanya yang penuh tanya.

Sesampainya di kamar, aku langsung merebahkan diri di atas ranjangku. Ranjang yang sudah membersamai kami sejak aku melepaskan kegadisanku pada Mas Raka pada malam pertama.

Kini, aku merasa jijik berbaring di sini. Merasa jijik tiap kali membayangkan sentuhan-sentuhan Mas Raka pada tubuh ini. Setelah semua pesan-pesan bernada******antara dirinya dengan gundiknya.

***


Pagi menjelang, aku terbangun bersama suara kokok ayam. Menengok ke samping, tampak Mas Raka masih meringkuk dalam balutan selimut di sebelahku.

Aku gegas bangkit menuju kamar mandi. Bahkan sampai matahari meninggi dan aku telah rapi dalam setelan kerja, Mas Raka masih asik mendengkur di atas kasur.

Aku mendengkus pelan saat memandangi wajahnya. Hari ini, akan aku kuak semua. Aku harus tahu siapa sebenarnya sosok di balik nama Arman itu.

Tanpa sarapan, aku langsung pergi menuju kantor. Mbak Yah sempat keheranan saat kukatakan padanya untuk tak perlu menyiapkan sarapan pagi ini.

***


Di kantor, aku juga kehilangan fokus. Pikiran ini terus mengembara pada Mas Raka dan sosok si gundik yang belum kutahu wajahnya seperti apa.

"Kenapa, La, kok lesu gitu? Sakit?" Suara teguran Lesti sedikit mengagetkanku.

"Hmm ... nggak apa-apa, Les," jawabku sambil melempar senyum hambar pada Lesti.

"Muka kamu pucet. Kalau sakit ijin aja, La," ujar Lesti lagi. Ekspresi wajah sahabatku itu tampak menunjukkan rasa khawatir.

"Aku nggak apa-apa, Les. Mungkin cuma kecapean," balasku sekenanya.

"Waduh, mentang-mentang laki baru pulang dinas luar. Langsung hajar!" ledek Lesti sembari melepaskan tawanya. Kubalas ucapannya dengan senyum kecut di bibir.

"Ada-ada aja kamu. Oh iya, entar siang aku mau ijin ke luar ya. Ada perlu bentar," ujarku. Teringat pada misi yang akan kukerjakan siang ini.

"Iya, gampang." Lesti menjawab.

Aku kembali melanjutkan pekerjaan, sembari menunggu jam istirahat siang tiba. Sesekali aku mengecek ponsel.

Tak ada aktifitas apa pun antara Mas Raka dan Arman selain ucapan selamat pagi yang dikirim perempuan itu pukul tujuh kurang tadi pagi.

Besar dugaanku, kedua insan laknat itu sudah saling bertemu sekarang ini. Karena si Arman ada menyebut-nyebut soal magang di kantor Mas Raka kemarin dalam percakapan pesannya.

Jam dua belas siang tepat, aku pun segera ke luar kantor setelah berpamitan pada Lesti.

Menembus lalu lintas yang cukup padat, kukemudikan kendaraanku menuju kantor Mas Raka.

Setelah menempuh sekitar setengah jam perjalanan, aku akhirnya tiba di depan kantor Mas Raka. Sebuah perusahaan ekspor-impor yang cukup bonafide, yang mana Mas Raka memiliki jabatan cukup penting di dalam sana.

Dalam pengkhianatan yang kamu lakukan, aku tak akan rela hancur sendirian, Mas. Kamu dan karirmu, juga akan kubuat hancur serta dalam leburnya perasaanku saat ini.

🍁🍁🍁

Jangan lupa mampirin subscribenya ya teman.🙏

Bab
Sinopsis
1
PART 1 - PULANG DINAS
2
PART 2 - PURA-PURA DATA...
3
KUSADAP WA SUAMIKU
4
SOSOK BERNAMA ARMAN
5
PELAKOR ITU TERNYATA AN...
6
HEBOH SEKANTOR!
7
LELAKI ITU TERNYATA SAN...
8
JADI CLEANING SERVICE
no_image no_image
9
INGIN KUHANCURKAN WAJAH...
no_image no_image
10
MERTUA IKUT CAMPUR
no_image no_image
11
KULAWAN MEREKA
no_image
12
Melapor ke Sekolah Mirn...
no_image
13
Ke Sekolah Mirna
no_image
14
Kupermalukan Dia di Dep...
no_image
15
Kupermalukan di Depan T...
no_image
16
Niat Busuk
no_image
17
Hilang Akal
no_image
18
Kejutan Untuk Nirmala
no_image
19
Hukuman Untuk Pak Bonda...
no_image
20
Siapa Yang Dibawa ke Ru...
no_image
21
Amukan Nirmala
no_image
22
Jebakan
no_image
23
Sang Penyelamat
no_image
24
Baku Hantam
no_image
25
Membuat Kesepakatan
no_image
26
Balas Dendam
no_image
27
Pecundang
no_image
28
Menantu vs Mertua
no_image
29
Bukan Tempatmu Lagi
no_image
30
Bikin Panas
no_image
31
Ambil Saja Rongsokanmu
no_image
32
Panas Jiwa Raga
no_image
33
Panas Hati Raka
no_image
34
Kecurigaan Raka
no_image
35
Memang Suka Barang Beka...
no_image
36
Kebaya Pengantin
no_image
37
Brahma Cemburu
no_image
38
Sah Ketok Palu
no_image
39
Banyak Kejutan
no_image
40
POV BRAHMA
no_image
41
Lamaran
no_image
42
Semakin Panas
no_image
43
Ikrar Suci
no_image
44
Godaan
no_image
45
Serakah
no_image
46
Surat Pemecatan
no_image
47
Cemburu
no_image
48
Peperangan
no_image
49
STRESS
no_image
50
Dendam
no_image
51
Nirmala vs Brahma
no_image
52
Sama-Sama Gengsi
no_image
53
POV BRAHMA
no_image
54
Malam Yang Membahagiaka...
no_image
55
Versi Nirmala
no_image
56
Pelajaran Untuk Keluarg...
no_image
57
Yang Manis Untuk Kamu
no_image
58
Rencana Raka
no_image
59
Mirna di Atas Angin
no_image
60
Peraduan Malam
no_image
61
Kesal
no_image
62
Perjalanan Manis
no_image
63
Cinta Pandangan Pertama
no_image
64
Romance Tiada Akhir
no_image
65
Kedatangn Alia
no_image
66
Tabir Perselingkuhan
no_image
67
Mencari Mirna
no_image
68
Mengikuti Ardi
no_image
69
Keributan Besar
no_image
70
Panggil Mirna
no_image
71
Jebakan
no_image
72
Kejutan Yang Tak Menyen...
no_image
73
Ada Apa Dengan Brahma?
no_image
74
Sebuah Kisah Dari Masa...
no_image
75
Kedatangan Celine Ke Ru...
no_image
76
Jangan Berharap Banyak,...
no_image
77
Kekesalan Mirna
no_image
78
Bertemu di Mall
no_image
79
Rahasia Celine
no_image
80
Pelajaran Untuk Celine
no_image
81
Hasil Tes DNA
no_image
82
Rencana Nirmala + Pengu...
no_image
83
AKSI
no_image
84
Sebuah Bukti
no_image
85
Kehancuran
no_image
86
Sebuah Ultimatum
no_image
87
Kehancuran Mirna
no_image
88
Duka Untuk Si Jalang
no_image
89
Hati Yang Beku
no_image
90
Kebahagiaan Brahma
no_image
91
Pemimpin Yang Sempurna
no_image
92
CEO JUTEK + Pengumuman...
no_image
93
Arogan dan Otoriter
no_image
94
Secangkir Kopi dan Roti
no_image
95
Spesial Pov Mirna
no_image
96
Sikap Dave Sulit Diteba...
no_image
97
Sang Penyelamat
no_image
98
Harus Pergi Ke Mana?
no_image
99
Kondominium
no_image
100
Ada Rasa
no_image
101
Jangan Membuatku Nyaman
no_image
102
Kejutan Untuk Gita
no_image
103
Kejutan Lain
no_image
104
Suka Bikin Kesel
no_image
105
Ciuman Pertama
no_image
106
Sidang Darurat
no_image
107
Menikah?
no_image
108
SAH!
no_image
109
Malam Pertama
no_image
110
Dia Seutuhnya Milikku
no_image
111
Cemburu
no_image
112
Digendong, Dong!
no_image
113
Posesif
no_image
114
Hanya Kamu
no_image
115
Semakin Sayang
no_image
116
Bulan Madu
no_image
117
Balas Dendam
no_image
118
Part 118
no_image
119
Menebus Dosa
no_image
120
Sayang Yang Tersembunyi
no_image
121
PANIK
no_image
122
Kita Baikan + Pengumuma...
no_image
123
Aku Selalu di Sini
no_image
124
Tanda-Tanda
no_image
125
Tamparan Keras
no_image
126
Panas
no_image
127
Menemui Ariana
no_image
128
Memberi Pelajaran
no_image
129
Ketahuan
no_image
130
Kejutan Untuk Malik
no_image
131
Kejutan
no_image
132
Kejutan (2)
no_image
133
Penyelidikan + Pengumum...
no_image
134
Bertemu Kembali
no_image
135
Hati Yang Dimenangkan
no_image
136
Rindu Yang Menyiksa
no_image
137
Menunggu
no_image
138
Lahiran
no_image
139
Istana Cinta
no_image
140
Penutup Kebahagiaan - E...
no_image