Anniversary

Happy anniversary, sayang…” Sonya membelai jemari Firza. Di atas meja restoran itu tangan mereka saling menggenggam. Hangat. 

Sonya memandang suaminya, berusaha keras supaya terlihat mesra. Begitu kan biasanya sebuah perayaan anniversary? Makan malam di restoran elite, lengkap dengan cake perayaan dan jangan lupa hadiah sebagai klimaks penutup acara.

Sonya merancang semuanya dengan teliti. Bahkan mencatatnya rapi dalam tabletnya supaya tidak ada yang terlupa. Semuanya harus sempurna agar rencananya berhasil. Dan sampai hidangan utama selesai disantap rasanya perayaan ini berjalan dengan sangat-sangat lancar.

“Silakan, Pak, Bu…” Seorang waiter tersenyum sopan saat meletakkan cake black forest berukuran kecil, lengkap dengan lilin berbentuk angka lima. Dia mengeluarkan korek api gas dari dalam sakunya dan api segera berayun lembut di sumbu lilin itu.

Firza mengagumi keindahan pantulan api lilin di mata Sonya. Bayangan nyala lilin itu membuat bola mata Sonya tampak jauh lebih indah.

Firza masih begitu terpesona dengan seluruh pesta kejutan yang dirancang Sonya. Sungguh, Firza sama sekali tidak menyangka Sonya akan mengajaknya makan malam romantis malam ini. Dia malah agak kaget karena menjelang sore tadi mendadak Sonya menelepon dan meminta Firza menjemputnya di kantor.

“Aku pusing, Za. Kamu jemput ya…” Sonya sengaja membuat suaranya terdengar begitu memelas waktu menelepon Firza. Dia terpaksa berpura-pura sakit, sebagai alasan untuk mengajak Firza ke tempat makan malam. Dalam keadaan normal, pasti akan banyak pertanyaan dari Firza kalau diminta menjemputnya. Sonya terbiasa mandiri. Tidak sabar diantar-jemput. Apalagi sekarang hubungan mereka sedang tidak baik-baik saja.

Tentu saja taktik Sonya langsung berhasil. Mendengar Sonya sakit,  Firza langsung menyanggupi menjemputnya tanpa banyak bertanya. Bagi Firza, pertengkaran yang kerap terjadi di antara mereka, sama sekali bukan alasan untuk membiarkan Sonya pulang sendirian dalam keadaan sakit.

“Mampir ke Alamanda cake shop ya,” pinta Sonya lagi ketika sudah berada di dalam mobil. Dia menyandarkan kepalanya di kursi mobil. Sengaja tadi menghapus make up agar wajahnya terlihat lebih pucat.

“Kok pakai acara mampir-mampir sih? Kamu kan lagi sakit, untuk apa lagi mampir ke restoran? Lebih baik kita mampir ke UGD untuk memeriksakan kondisi kamu.”

Diam-diam Sonya memutar bola matanya. Meski sudah terbiasa dengan kata-kata pedas dari Firza, tetap saja malam ini dia kesal. Sudah susah payah menyiapkan kejutan, yang didapat malah omelan. Yah walaupun memang Firza belum tahu soal makan malam romantis yang direncanakan Sonya, tapi bisa kan dia sedikit bersikap manis padanya? Terutama pada hari ulang tahun pernikahan mereka.

Eh, tunggu sebentar! Jangan-jangan Firza tidak ingat kalau hari ini adalah tanggal istimewa bagi hubungan mereka. Pantas saja dari tadi pagi sikapnya sama sekali tidak berbeda dengan hari-hari biasa. Tidak ada yang spesial. Tetap ketus dan judes. Huh! Sonya mendengkus keras, sampai Firza yang serius di belakang setir mobil melirik cepat. Tapi pria itu diam saja. Tidak berkomentar apa-apa.

“Sebentar aja, Za. Aku perlu mengambil kue untuk acara kantor besok.” Alasan lagi.

“Memangnya gak ada orang lain yang bisa disuruh? Office boy kek, resepsionis, masa’ kamu sendiri yang perlu turun tangan. Kamu kan manager di sana.”

“Udah deh, jangan ngomel-ngomel,” Sonya memijat keningnya. Sumpah sekarang kepalanya jadi betulan pening mendengar ocehan Firza. Padahal Sonya beralasan mampir karena lokasi Alamanda Cake Shop menempati secuil tempat dari Alamanda Resto yang megah. Tempat makan elite dengan konsep romantis. Restoran super romantis yang biasa dikunjungi pasangan-pasangan yang baru menikah, digunakan sebagai tempat melamar hingga merayakan anniversary.

Sonya menggerutu dalam hati, kalau tidak mengingat misi pentingnya sampai harus bela-belain merancang surprise party untuk Firza, rasanya Sonya ingin berubah pikiran, tidak jadi makan malam dan minta langsung diantar pulang.

“Kamu tunggu di sini ya…” Sonya menunjuk kursi yang disediakan bagi pengunjung toko kue Alamanda.

Karena malas berdebat, Firza menuruti permintaan Sonya. “Jangan lama-lama,” ucapnya ketus. Dia langsung mengeluarkan ponselnya dan asik berselancar di dunia maya. Sama sekali tidak sadar kalau Sonya menyelinap keluar melalui pintu samping toko itu.

Dengan cepat Sonya mengganti baju kerjanya di dalam toilet wanita. Stelan blazer dan celana panjang masuk dalam paper bag yang dibawanya, berganti dengan gaun hitam sepanjang betis. Touch up make up dilakukannya juga secepat kilat. Pulasan lipstik merah, seketika membuat wajah Sonya segar. Ditambah dengan rona blush on di pipi, lenyap sudah ekspresi kurang sehat yang tadi terlihat di wajahnya.

Di pintu cake shop itu sejenak Sonya berhenti. Mengambil napas panjang untuk mengurangi rasa tegang di hatinya. Dia bisa melihat punggung kukuh Firza yang duduk membelakanginya. Rambut hitamnya sudah agak panjang hingga menyentuh kerah kemejanya.

“Za…” panggil Sonya sambil menyentuh lembut pundak Firza. Pria itu memutar lehernya dan jelas-jelas memandang Sonya dengan terpesona. Wajah Sonya dengan hidung bangir dan bibir penuh tak pernah gagal memikat hati Firza.

Tentu saja dari dulu Firza juga menyadari kecantikan Sonya yang di atas rata-rata. Firza sering terpaksa harus menahan rasa cemburunya karena banyak pria menoleh dan terang-terangan menatap Sonya setiap kali wanita cantik itu melintas di depan mereka.

"Kamu... Cantik," ucap Firza kaku. "Sudah sehat?" Sekarang wajahnya tampak bingung. Baru sebentar Sonya pergi dengan wajah pucat dan tubuh lemas, beberapa menit kemudian datang dalam kondisi cantik dan segar.

"Sangat sehat, yuk kita makan malam dulu..."

"Makan malam? Dalam rangka...?" Firza sama sekali tidak menyangka.

"Sudah tentu untuk merayakan anniversary kita," jawab Sonya dengan mata berbinar. Dia menggamit lengan Firza. Berdua mereka bergandengan tangan masuk ke restoran.

Hidangan malam itu sungguh lezat. Sonya dan Firza menikmati mulai dari sup sebagai makanan pembuka, hingga steak super juicy yang dihidangkan sebagai hidangan utama.

Untuk hidangan penutup, Sonya memesan Black forest cake berukuran mungil lengkap dengan lilin.

"Make a wish ya... Kita tiup bareng-bareng lilinnya." Ajakan Sonya disambut anggukan Firza.

Sejenak mereka berdua memejamkan mata. Sonya sempat mengintip dan melihat wajah Firza tampak begitu serius. Mata yang biasa menatapnya tajam itu kini terpejam erat.

Keinginan apa yang diharapkan Firza? Apakah dia berharap hubungan kami membaik? Atau ingin cinta yang hangat kembali datang di antara kami?

Sonya kaget saat tiba-tiba Firza membuka matanya. Lebih kaget lagi ketika sepasang mata coklat itu memandangnya lembut.

“Terima kasih, honey, atas kejutannya…” Firza berdiri dan membungkukkan tubuhnya. Bibirnya mengecup lembut pipi Sonya. Membuat wanita itu tersipu. Tidak menyangka Firza akan berlaku semesra itu di depan umum. Biasanya Firza paling anti dengan PDA. Norak dan lebay katanya. Tapi malam ini dia terbawa suasana romantis yang tercipta di antara mereka.

Sonya bisa merasakan pipinya menghangat. Sudah lima tahun berselang tapi Firza masih mampu membuatnya tersipu. Sonya yakin di bawah pulasan blush on pasti kulit wajahnya yang putih itu sudah merona alami. Saat ini semua pertengkaran dan amarah di hati Sonya seakan lenyap untuk sementara.

“Kita tiup lilin dulu ya… Fir,” ajak Sonya untuk meredakan getaran dalam hatinya.

Bukan hanya Firza yang menyadari pesona Sonya. Suasana makan malam kali ini juga mengingatkan Sonya pada Firza yang tampan dan gagah. Garis-garis rahangnya yang tajam sedikit tertutup rambutnya yang mulai gondrong. Firza punya wajah yang enak dilihat. Tapi Sonya paling suka dengan matanya. Tatapan Firza selalu sangat ekspresif. Rasa marah, sedih dan senang bisa terbaca jelas dari sinar matanya.

Fuuh!!!

Kompak mereka meniup lilin di atas kue hingga padam, lalu tertawa bahagia bersama. Sonya mengambil pisau plastik yang disediakan oleh waiter restoran untuk mengambil dan menaruh sepotong black forest cake di piring kecil. Dengan sendok dia mengambil sepotong kue dan menyuapkannya pada Firza.

Tidak menyangka Sonya akan membalas kemesraannya Firza tergagap, dengan gugup dia membuka mulutnya dan tersenyum lebar. Merasakan paduan rasa coklat berpadu dengan krim di dalm mulutnya.

“Iiih.... belepotan, kayak anak kecil.” Sonya menggunakan serbet untuk mengusap jejak krim berwarna putih di sudut bibir Firza.

“Kamu sengaja ya, biar bisa mengusap bibirku,” goda Firza.

“Enak aja.” Sonya pura-pura kesal dan mencubit lengan Firza. “Kalau kamu godain terus, aku gak jadi kasih hadiah deh kalau gitu.” Sonya melipat tangannya di dada. Mencebikkan bibirnya dengan gaya memikat.

“Eh tunggu-tunggu. Masih ada hadiah untukku? Mana Sonya sayaaang… kasih hadiahnya buat abang dong…”

Lebaaay…” Sonya terkekeh. Tidak ingin ngambek berlama-lama di depan Firza pada malam yang romantis seperti ini. Sonya tidak ingin merusak suasana indah ini. Tidak setelah semuanya berjalan dengan lancar.

 

Haii… silakan baca juga cerita yang lain ya…

Cinta Rahasia Suamiku

Suami Perebut Warisan

Pembalasan Isteri Setelah Dipenjara

Happy Reading…


Komentar

Login untuk melihat komentar!