"Kamu mau pulang jam berapa?" tanya Arta sudah beberapa kali dia mengeluarkan perkataan yang bersifat mengusir, tetapi Praha masih saja betah di sana.
"Aku boleh tinggal di sini, enggak? Pelayan dan bodyguardku juga bisa aku suruh tinggal di sini," pinta Praha.
"Gini ya, Bocah. Rumahku ini bukan penampungan. Kalau mau, cari tempat lain sana," tolak Arta.
"Tapikan bagiku kamu itu rumahku," keluh Praha.
"Kamu mau jadi istriku suatu hari nanti, kan?" Tak bisa mengusir dengan cara kasar, Arta akan gunakan cara halus yang kejam.
"Mau!" jawab Praha dengan semangat.
"Kamu itu kan masih dalam masa pertumbuhan. Kalau tidur terlalu malam, kamu gagal berkembang nanti. Aku bisa kecewa kalau kayak gitu."
Praha lekas mengambil tas. "Aku pulang sekarang ya calon suami. Bye! Sampai jumpa lagi besok!" pamit Praha.
Arta tersenyum. Dia antarkan Praha sampai depan pintu. Setelah yakin Praha melangkah pergi, lekas Arta tutup pintu apartemen dan menguncinya. "Untung saja itu anak cepat pergi. Mana aku belum salat Isya lagi."
Arta masuk ke dalam rumah. Dia lekas mengambil wudhu dan salat. Sementara Praha masih berjalan dengan perasaan senang. "Kalian dengar tadi dia bilang apa? Mau nunggu sampai aku dewasa. Aku enggak sabar bayangin nikah sama dia, tinggal di rumah sederhana dan punya anak-anak yang lucu mirip aku dan Arta. Indah banget hidupku," seru Praha.
"Saya doakan impian Anda bisa menjadi kenyataan, Nona," balas pelayannya.
Praha cengengesan. Cintanya semakin menggebu. Anak seusia itu memang masih memiliki imajinasi yang tinggi dan juga harapan akan masa depan yang luas. Cinta masih menjadi sesuatu yang candu. Cinta adalah rasa tertinggi. Pernikahan adalah hal yang indah layaknya kisah dalam novel romansa.
Pemikiran yang jauh terbalik dengan Arta yang mulai realitis. Menyadari akan rasa sakit cinta, Arta sadar jika hubungan dua manusia berlawan jenis berdasarkan banyak kriteria. Cinta hanya sepersekian persen yang tidak ada artinya dalam pernikahan. Meski hati terpaut pada Hastina, Arta tahu harus menerima kenyataan jika wanita lain yang akan menemani dirinya kelak hingga masa tua.
Tiba di apartemen, Praha berganti dengan pakaian tidur. Dia mengoleskan skincare ke wajah dan body care ke seluruh tubuh. Sejak kecil sering diajari cara merawat kecantikan, Praha terbiasa menghabiskan berjam-jam hanya untuk merawat tubuh.
Gadis itu akhirnya naik ke atas tempat tidur. Dia matikan lampu kamar dan membiarkan lampu tidur menyala. Praha cekikikan lagi. Dia ingat bagaimana Arta sekarang memiliki nama panggilan untuknya, tuyul.
Praha tinggal dalam lingkaran orang kalangan atas. Bahkan apa yang mereka bicarakan kebanyakan berkelas. Gadis itu selain tak tahu mie goreng, dia pun tak tahu apa itu tuyul. Iseng, Praha mengambil ponsel dan melakukan pencarian nama itu.
Yang muncul memang gambar cukup seram. Hantu anak kecil dengan kepala botak. Hanya saja Praha lebih terpaku akan pengertian tuyul sebagaimana bocah kecil yang suka mencuri.
"Mencuri? Artinya dia akui aku sebagai pencuri. Pencuri apa lagi! Jelas cinta, kasih sayang, perhatian, dan perasaannya," pikir Praha. Tak lama dia tersenyum geli. "Romantis banget dia. Sebenarnya dia tuh suka sama aku, kan? Cuman sikapnya saja yang jual mahal kayak gitu."
Praha mengambil guling dan memeluk benda itu dengan erat. Dia mencoba mencari akun media sosial milik Arta. Namun, tak ditemukan juga akun itu. Praha tetap tak menyerah. Kalau bertanya pada yang bersangkutan, pasti tidak akan menjawab. Karena itu Praha lebih memilih memakai orang ketiga.
"Amarta? Mantan PLT manajer produksi?" tanya sutradara memastikan.
"Iya, tahu akun media sosial dia apa? Aku punya kontaknya, tapi enggak terhubung satu pun," jelas Praha.
"Nanti aku kirimkan linknya, ya?" jawab sutradara lewat sambung telepon.
"Makasih banyak, Pak. Anda baik sekali. Aku janji akan rajin shooting besok dan besok lagi. Aku pastikan film kita akan booming, ya!" seru Praha.
Tak lama sutradara benar mengirim link akun Twitter Arta. Praha senang tak terkira. Dia melihat postingan pria itu. "Aku mau kenal kamu dalam sekali. Tapi kamunya itu pelit!" omel Praha sambil mengetuk layar ponsel yang memperlihatkan wajah Arta.
Praha mengerutkan dahi membaca caption postingan Arta. Dia memfoto buket bunga lily of the valey dan menuliskan caption Bismillah. Beberapa komentar di postingan itu menerka Arta akan melamar seorang wanita. Dan Arta hanya membalas dengan emoticon love.
"Dia beneran ditolak?" pikir Praha. Arta memang sempat keceplosan pada Praha tentang seseorang yang menolak cintanya. Praha pikir Arta hanya bercanda. "Kamu pasti banyak menyimpan luka sendiri."
Arta lebih suka mengirim foto-foto dan caption puitis yang sulit diartikan. Teman-temannya hanya bisa menerka dan Arta sama sekali tidak menjelaskan apa pun.
Praha membuat postingan. Dia sengaja menandai akun Arta. Dalam postingan itu Praha sekalian mengunggah foto sepiring mie goreng buatan Arta.
Biar seribu wanita menolakmu, agar hatimu tetap padaku @Artaganaga. Hari ini aku masuk rumahmu, nanti aku akan masuk hatimu -Praha Maverick
Postingan Praha itu rupanya membunyikan notifikasi di ponsel Arta. Sedang Arta sendirian yang pernah menjadi korban jelas merinding menemukan akun Praha menandai dirinya. Meski begitu, Arta masih beranikan diri melihat postingan tersebut. Dia menarik napas. Apalagi melihat komentar di postingan bagaimana banyak yang menasihati Praha tentang perbedaan umur mereka.
"Ini bocah mau bikin aku kayak Om-om gula kayaknya! Bisa masalah ini!"
Arta balas saja postingan itu untuk menegaskan jika Praha saja yang punya perasaan demikian, bukan Arta.
Enggak usah maksa perasaan orang yang enggak suka sama kamu -Amarta
Membaca balasannya, membuat Praha kesal. "Apaan sih dia! Malah nolak secara terbuka lagi! Mana netizen berisik banget! Emang salahnya apa sih? Daripada suka sama laki-laki yang masih minta jajan sama orang tua, kan!" omel Praha kesal.
Kamu salah nyebut itu maksa @Artaganaga. Itu namanya perjuangan! - Praha Maverick
"Dasar anak bandel! Dia mau aku dihujat seisi dunia apa gara-gara bucin-bucinan sama anak di bawah umur!" omel Arta. Sampai tak jadi tidur dia.
Orang berjuang untuk merdeka @PrahaMaverick. Bukan untuk terpenjara dalam cinta yang tak jadi nyata -Amarta
"Lihat saja besok, aku balas! Aku sekarang ngantuk! Kamu bakalan nyesel bilang gini sama aku!" tegas Praha.
Kegaduhan postingan itu akhirnya tiba di telinga Savana Maverick. "Putriku? Yang benar saja?" tanya Savana kesal.
"Pikirkan bagaimana orang akan menilai, Savana. Putrimu masih enam belas tahun dan pria itu sudah dua puluh lima tahun. Ini akan jadi skandal besar dan berakibat buruk pada karir putrimu!" saran Taylor.
"Aku akan bicara dengan Praha. Ini akibat Mahas sering memanjakan dia. Putriku cuman satu, tapi bikin pusingnya seperti ada sepuluh!" omel Savana.