#Duda_sebelah_rumah_
Bab 7
Buat yang katanya bosan cerita Valakor dan gelud mertua Vs menantu, bisa baca ceritaku ini ya, anti valak.
Mama datang
“Masuk ma.”
Aku mengajak mamaku yang barusan ku jemput dari bandara untuk masuk ke rumahku.
“Mbok iya kamu itu nyapu- nyapu to Dinda, mosok halaman rumahmu kotor begitu” mama mulai cerewet Cuma dengan melihat beberapa daun kering yang berserakan di depan rumahku. Dan sepertinya daun itu terbang dari depan rumah Romeo yang ada pohon besarnya. Harusnya Romeo yang nyapu bukan aku.
Aku memang jarang membersihkan rumahku. Paling pas long weekend gitu aku sempetin bersih-bersih rumah.
“Belum sempet ma.” Jawabku.
Aku mengantar mama ke kamar tamu. Menaruh tas dan barang-barang mama lainnya. Kalau mama seperti biasa, langsung buka kulkas dan mencari-cari yang bisa dimasak. Untung kemaren aku sudah belanja sayuran dan daging di supermarket, jadi kulkasnya tidak kosong.
“Belanja banyak banget Dinda, apa kamu bisa memasak semua ini? Bukannya kamu lebih senang makan diluar?” mama ngomel.
Nah kan serba salah kalau sama emak, belanja salah, nggak belanja apalagi.
“Ya buat Jaga-jaga ma, kan mama juga disini beberapa hari?” aku bicara sambil nyemil keripik tempe oleh-oleh dari Mama.
“Yo wes mama tak masak buat makan malam.”
Aku mengangguk saja. Mama emang gitu, biarpun sudah tua tapi masih lincah dan sibuk. Kalau ada mama enak, masak terus jadi aku makan bergizi setiap hari hihi.
_____*****_____
Malamnya aku makan berdua dengan mama di rumah.
“Ma, bukannya tadi bawa Lumpia?” tanyaku. Soalnya tadi mama bilang bawa lumpia Semarang kesukaanku.
“Ada itu dua besek di kulkas.”
“Kok nggak digoreng?”
“Besok saja Din, ini sudah banyak makanan.”
Mama melanjutkan makannya. Aku lebih banyak diam berharap mama lupa dan tidak menanyakan tentang pacarku siapa.
“Din, mama Cuma tiga hari saja disini ya.”
“Iya gapapa ma, yang penting Dinda sudah ketemu mama.”
“Jadi kapan kamu temukan mama dengan calonmu itu?”
Uhukkk.
Aku langsung mengambil gelasair putih didepanku dan meminumnya sampai habis. Kenapa mama masih inget aja.
“Iya mah, nanti sebelum mama pulang sudah ketemu.” Jawabku pasti. Entahlah yang penting aku jawab dulu mamaku.
“Danang itu sudah runtang-runtung sama pacarnya, jangan sampai kamu dilangkahi adek lelakimu.”
Aku diam saja. Danang adik lelakiku yang masih kuliah memang sudah punya pacar, dan mereka sudah pacaran sekitar dua tahun. Aku? Pacaran-putus, Pacaran-putus. Bahkan sekarang aku malah malas pacaran. Aku sudah nyaman begini. I’m single I’m happy.
“Kalau bisa ndak usah pacaran lama-lama Din, besok kalau sekiranya mamah cocok ya segera ajak ke Solo”
Siapa yang mau diajak ke Solo, pacar khayalan kali...
“Din, mama mau istirahat dulu, capek. Kamu cuci piring ya? Itu sisa lauknya dimasukkan kulkas, besok bisa diangetin buat sarapan kamu.”
Aku mengangguk. Mama berjalan ke kamarnya. Dengan cepat aku membereskan sisa makan malam dan segera ke dapur untuk mencuci piring.
Sambil cuci piring, anganku kemana-mana. Aku harus bohongin mama apalagi ya? Bilang pacarku mendadak tugas ke luar kota, pacarku sibuk, atau pacarku selingkuh terus mendadak putus gitu? Hhh bingung.
Aku menata piring di rak. Mataku tertuju pada cangkir keramik putih. Itu kan cangkirnya Romeo yang waktu itu ketinggalan di sini.
Kuamati cangkir itu lalu kuambil dari rak. Romeo, aku tersenyum sendiri ingat kekonyolan-nya. Berapa kali aku dimodusin dia? Huh. Eh, kemana dia ya? Seharian aku nggak ketemu dia, kangen. Eh. Aku mengigit bibirku, apa iya aku kangen dia? Ahh.
Apa aku minta tolong dia aja buat jadi pacar pura-pura ya? Sebentar aja selama mama disini. Tapi...
No,no,no! Nggak jadi. Bisa nglunjak dia. Dia tahu aku jomblo aja ketawa guling-guling. Apalagi aku mintain tolong jadi pacar gimmick, hmm tambah bengek dia ntar.
______*****_____
“Ma, aku berangkat dulu.” Aku mencium punggung tangan mamaku. Pagi ini aku berangkat kerja seperti biasa.
“Iya ,Din, hati-hati ya.”
“Besok ke sini lagi weekend aja ma, nanti aku ajak jalan-jalan.”
“Hallah ini juga mama Cuma mampir kok.”
“Mama jangan kemana-mana ya, kunci pintunya.” Pesanku.
Setelah memastikan mama mengunci pintu, aku segera menjalankan mobilku berangkat.
Sepanjang jalan aku berpikir, alasan apa buat mama biar percaya kalau pacarku tak bisa datang? Pusing aku. Kenapa sih semua orang pada kepo, prihatin dan kasian dengan status perawan kasep? Padahal aku santai aja lho. Tapi kalau dikejar-kejar suruh nikah, aku malahan nggak nyaman.
Sampai kantor aku langsung mengerjakan pekerjaanku, hari ini aku mau pulang tepat waktu, jam empat sore. Kasian mama di rumah sendirian. Setiap hari aku lembur tanpa dibayar, hari ini aku sesekali mau ngerasain pulang on time. Sekarang sudah Jam dua siang, kurang dua jam lagi.
Ponselku berbunyi, aku segera mengambilnya. Panggilan video call dari Romeo? Tumben dia VC, biasanya langsung datang ke rumahku hehe. Mau apa dia? Jangan-jangan kangen aku.eh.
Aku mengusap layar ponselku untuk menerima VC dari Romeo.
Lhoh, Kok mamah?! Mataku mendelik!
Mamaku VC pakai ponselnya Romeo, kok bisa?
“Dinda, ini pacarmu sudah datang.” Teriak mamaku dari layar HP.
Hah, pacar?!
“Gantengnya pacarmu nduk, mana baik lagi. Wes mamah cocok sama dia, bungkus bawa pulang ke Solo yaa.” Mama ketawa bahagia.
Mamaku menggeser ponsel yang dipegangnya, tampak di belakang mama si mas duda lagi nyengirr!!
Pen nampol bener aku!
Kamvret ni duda!
Mamaku di modusin juga, hihhh.
Bersambung.