Sarapan bareng
#Duda_sebelah_rumah_

Modus kedua
Sarapan bareng

Aku mematut diriku di depan cermin. Berputar beberapa kali untuk memastikan penampilanku sudah sempurna. 

Kuambil tas kerja dan beberapa berkas yang sudah kuselesaikan untuk dibawa lagi ke kantor. Namaku Dinda, usiaku duapuluh delapan tahun. Karirku bagus, aku  bekerja sebagai manager di sebuah perusahaan bonafide. 

Tapi hidupku tak sesempurna itu. Empat bulan lagi ulang tahunku yang ke dua puluh sembilan tapi aku masih single. Orang bilang aku perawan kasep, tapi aku tidak peduli. Buat apa aku meladeni orang julid dan mulut nyinyir? Nanti kalau sudah bertemu jodoh aku juga menikah. 

Aku segera turun ke lantai satu rumahku. Aku tinggal sendiri di sini, pembantu juga nggak ada. Semua kukerjakan sendiri karena aku memang perempuan mandiri. Rumah dan mobil juga aku beli sendiri dengan uang hasil kerja kerasku meskipun masih nyicil hihi.

Sarapan dulu lah, aku duduk di meja makan dan menikmati sarapanku roti isi dan secangkir kopi. Beginilah aku menikmati hidupku sebagai wanita karir single yang mandiri.

Ting Tong [ suara bel rumah ]

Aku segera berdiri dan berjalan ke depan untuk membukakan pintu. Siapa sih pagi-pagi udah bertamu, nggak punya kerjaan apa ya? Aku membuka pintu.

Lhoh dia lagi? Mataku membulat.

Tetanggaku si mas yang kemaren, datang lagi ke rumahku. Aku melihat penampilannya, pagi ini dia keren banget. Pakai kemeja warna biru cerah dengan dasi yang serasi, trouser item dan pakai sepatu kinclong, di bahunya terselempang tas kek mau berangkat ke kantor gitu.

“Mau apa?” tanyaku masih dengan mata membesar.

“Mbak punya roti?” tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

Hah??
Nggak salah dengar kupingku?minta roti ke rumahku? Pede sekali si mas ini, dia kira warung apa. Aku tambah mendelik.

“Issh roti aja minta?” tanyaku dengan suara meninggi. Dia menggeleng.

“Habis mbak.”jawabnya nyengirr.

“Ya beli dong!” aku mulai kesal.

Si mas itu melihat jam tangannya, kemudian melihatku masih dengan tampang memelas. Maunya apa sih ini duda?

“Nggak sempet mbak, tolong ya?” dia menatapku. Selalu bilang tolong, padahal ngerepotin. Aku ini mau berangkat kerja.

Hihhh nyusahin aja nih tetangga!! Aku bertambah kesal dengannya.

“Masuk” kataku 

Aku berbalik dan masuk rumahku lagi. Si mas itu mengikutiku masuk. Sampai di ruang makan Aku menyuruhnya duduk. Aku menatapnya terus, dia celingak-celinguk seperti mencari sesuatu.

“Cari apa?” tanyaku curiga.

“Rotinya mana?” dia melihatku.

“Itu roti, ini selai, ini pisaunya, bikin sendiri mas!” 

Si mas diam saja malah ngeliatin rotiku. Hihhh gemesh deh!

Ya Allah Gusti cobaan apa lagi ini, orang kok O’on banget. Aku segera mengambil roti dan kuolesi dengan selai kacang dan kuberikan padanya. 

“Nih”

“Makasih mbak” dia senyum. Lebih bagus dari pada nyengirr. Si mas itu lalu memakan rotinya. 

Aku sudah selesai sarapan langsung kuminum kopiku sampai habis, hmm enak. 

Uhukkk uhukkk

Mas itu terbatuk sambil memegangi tenggorokannya. Aku terkejut, kenapa dia?

“Kenapa mas?” Tanyaku dengan segera.

“Seret mbak, gada minum” dia memandangku, matanya berkedip-kedip. Hihh kok aku emosi ya, pen nonyor palanya.

Aku menarik nafas panjang dan menggelengkan kepalaku, sabarr ini ujian. Aku berdiri dan berjalan ke dapur bermaksud mengambilkan air putih untuknya.

“Kopi ya mbak gulanya dikit aja”

Whatt?? 
Aku berbalik, sudah keterlaluan ini sih!

“Mas!”

“Iya?”

“Gelud yuk”

Hehe dia nyengirr.

Nyengirr sekali lagi aku tampol!

Next?












Komentar

Login untuk melihat komentar!