Bab 2
KU TAMPAR NYINYIRAN KELUARGA SUAMIKU DENGAN UANGKU (2)


"Mita?" 

"Dari mana kamu dapat hp itu, kok bisa-bisanya wanita miskin sepertimu yang tidak berpendidikan dapat hp iPhone hah? Kamu nyolong dimana?" tanya Kak Ida panas. Karena dia dan Ibu langsung masuk kedalam rumahku tanpa salam ataupun permisi. 


"Iya, kamu dapat dari mana. Ihsan perlu tau akan hal ini. Bisa-bisanya wanita dari keluarga gak mampu sepertimu bisa beli emas dan hp mahal itu kalau bukan hasil mencuri," timpal Ibu.


"Cepat Ida, telpon Ihsan, suruh pulang sekarang juga. Dia harus tau kelakuan istrinya ini yang miskin ini yang sebenernya!" Lanjut Ibu mertua semakin panas.


"Nenek," panggil Nabila beranjak bangkit hendak menghampiri Ibu mertua, menyalaminya.


"Husss husss anak dari keturunan miskin sepertimu jangan dekat-dekat, sana-sana banyak kumannya," sinis Ibu, hendak mendorong Nabila namun terlebih dahulu aku menarik putriku kedalam dekapanku.



"Sayang, tadi katanya kamu mau makan pizza, Mama order sekarang ya nak," ucapku pada Nabila, ia spontan tersenyum senang dan mengangguk semangat.


"Iya Mah, mau Nabila belum pernah makan," sahut Nabila.


"Iya sayang, sekarang apapun yang kamu mau bilang sama Mama ya Nak, apapun itu pasti akan Mama turuti untuk anak Mama ini. Nabila masuk kedalam gih, disini banyak nyamuk gaib ,keknya babonnya dekat sama kita." ucapku lagi.


"Iya, Mah." Nabila menurut setelahnya ia segera pergi masuk kedalam kamarnya. 


"Katakan sekarang juga kepadaku, nyolong dimana kamu hah," tukas Ibu dengan suara tegasnya.


"Assalamualaikum!" Tutur Mas Ihsan yang kebetulan pulang.


"Ihsan Pas banget banget kamu pulang, lihat tuh istri kamu habis nyolong hp sama emas, aku yakin bentar lagi polisi pasti akan kesini menangkapnya. Nama keluarga kita pasti akan tercemar karena dia," adu kak Ida segera menghampiri Mas Ihsan.

Mendengar itu Mas Ihsan tanpa mengerutkan keningnya seketika menatap tajam kearahku.



"Jangan asal bicara ya mbak, nanti jatuhnya jadi fitnah," tuturku kini berdiri menghadap mereka.


Ekor mata mas Ihsan tertegun melihat gelang emas di tanganku. 


"Halah, gak usah bawa-bawa fitnah itu memang faktanya. Aku yakin istri kamu pasti punya peliharaan tuyul atau kalau enggak dia jual dir* dia pasti gunakan tubuhnya untuk menggoda om om kaya diluar sana, pantas akhir ini dia juga sering keluar sore, pasti mau ketemu km om itu" lanjut kak Ida.


"Mbak Ida," suaraku membentak keras.

"Jangan sembarang mbak bicara ya, aku emang wanita tidak berpendidikan tinggi seperti kalian semua tapi aku punya harga diri," lanjutku.


"Mita!?" Seru Mas Ihsan sorot mata menajamkan. Hatiku kembali berdenyut denyut mendengar bentakan Mas Ihsan.


"Pelankan suaramu kepada kakakku, hormati dia!" Lantang Mas Ihsan.


Aku tersenyum kecil mendengarnya.


"Hormati dia, siapa? wanita tukang nyinyir ini maksudmu Mas, maaf aku tidak punya kewajiban menghormati wanita sombong yang tidak punya adab ini," sahutku cepat. Wajah mas Ihsan terlihat terkejut mendengar tuturku, karena memang selama ini aku tidak pernah membantah ataupun meninggikan suaraku. 


Tapi sekarang tidak lagi, akan aku keluarkan semua unek-unek di kepalaku ini menghadapi keluarga nyinyir sekaligus julid ini.


"Wah sudah berani sekarang istri mas Ihsan, sudah keluar sekarang sikap aslinya. Benar kan kata Ibu dulu, wanita miskin dan tidak punya pendidikan tinggi seperti ini tidak pantas ikut gabung dalam keluarga kita, tapi kamu malah kepicu dengannya. Sekarang lihat?


Dia jadi membangkang sekarang, beli hp bagus dan emas dari hasil jual dir* Ibu gak habis pikir atau jangan-jangan dia mengambil uang tabungan kamu Ihsan secara diam-diam. Bisa saja dia nyolong uang kamu. Cepat periksa saldo rekening mu, siapa tau wanita ini mencurinya," papar Ibu mertua.


Mas Ihsan tampak percaya segera ia membukakan ponselnya melihat saldo rekening, aku yakin itu. Karena memang mas Ihsan punya mbaking.


"Assalamualaikum, maaf apa benar ini rumah atas nama Bu Mita Maharani?" Ucap seorang laki-laki berpakaian sales berdiri tepat didepan teras rumah.


"Oh iya pak, saya sendiri," sahutku seketika menghampiri mereka. 


"Ini, Bu kunci rumahnya, Ibu bisa tanda tangan disini sebagai pemilik rumah," ucap sales laki-laki itu, bernama Faisal. Karena memang ada bet nama tergantung di lehernya.


Aku yakin, Ibu, Mas Ihsan dan kak Ida pasti syok berat sekarat. Ini baru permulaan untuk keluarga sombong dan angkuh seperti kalian, siap siap kan saja jantung kalian untuk selanjutnya.


Bersambung ....


Jangan lupa like dan subscribe nya, saling support. Hayuukkk


Komentar

Login untuk melihat komentar!