KU TAMPAR NYINYIRAN KELUARGA SUAMIKU DENGAN UANGKU (7)
"Benar itu Ihsan, kalau perlu jangan kasi dia kompensasi sedikit pun biar dia tau rasa. Percaya sama kakak, istri sah dari om-om simpanan dia pasti bakal kesini. Sebelum nama kamu jelek lebih baik talak saja, biar tau rasa," timpal Kak Dara.
"Detik ini aku talak kamu Mita!"
"Kamu bukan lagi istriku, aku tidak sudi mempunyai istri bekas simpanan om-om mesum!" Lanjut Mas Ihsan.
"Mampus, rasain jadi janda sekarang kamu kan. Jangan harap kamu bisa balik dengan adikku, aku juga tidak sudah mempunyai adik ipar pelakor sepertimu, cuihhh!" Timpal kak Dara meludah hampir saja mengenaiku, namun beruntung aku mundur beberapa langkah.
"Ibu juga gak mau punya menantu seperti dia Ihsan, lebih baik kamu segera menikah dengan Sindi, jauhi dia. Wanita seperti dia di tawar jadi pembantu saja Ibu tidak Sudi," papar lagi Ibu mertuaku.
"Aku juga tidak Sudi jadi menantu kalian asal kalian tau itu, jangan kalian pikir aku bakal ngemis-ngemis minta balikan sama laki-laki plin-plan seperti Mas Ihsan ini, laki-laki yang bersembunyi di ketiak Ibunya.
Mending kamu nikah saja sama Ibu kamu Mas. ingat perkataan aku Mas, gak akan ada satupun wanita sanggup tinggal dengan Ibu dan kakak ipar seperti mereka," tukasku.
Ibu dan kan Dara menatap nyalang kepadaku.
"Terimakasih Mas, aku sangat bersyukur akhirnya kamu bisa membebaskan aku dari keluarga sombong dan angkuh seperti kalian," sambungku lagi.
"Dasar menantu kurang aja, menantu gak--"
"Aku bukan menantu Ibu lagi, jangan sebut aku menantu lagi. Sampai kapanpun aku tidak akan mau menjadi menantumu lagi," selaku memotong perkataan Ibu mertuaku cepat.
"Dasar gak ada sopan santun sama orang tua," cerca kak Dara
"Sama kalian harus sopan santun, jangan mimpi! Gak layak bersikap sopan santun kepada orang-orang seperti kalian ini," sahutku cepat.
"Udah usir aja dia Ihsan, ngapai biarin tetap tinggal disini lagi. Wanita pelakor seperti dia pantasnya di kolom jembatan, gak usah kamu beri dia kompensasi apapun, dia gak layak mendapatkannya," papar lagi kak Dara.
"Iya betul Ibu setuju, kamu gak perlu ngasi dia uang sepeserpun. Palingan nanti dia bakal minta ngemis-ngemis sama om-om******Langganan dia, biar segera ketemu istri sah, biar dia jera dan membusuk dipenjara," sambung mertua.
Ku sunggingkan senyuman kecil mendengarnya, jika terlalu lemah menghadapi orang seperti mereka yang ada mereka semakin keras kepala. Biarlah, saat mereka tau siapa aku nantinya jangan harap bisa balikan sama aku.
"Gak perlu takut, aku gak bakal minta kompensasi apapun kepada laki-laki plin-plan seperti Mas Ihsan, orang tuaku masih mampu menafkahiku dan anakku, sepeserpun pun aku tidak akan memintanya," sahutku.
"Halah, gak usah berlagak sok kaya deh kamu, anak petani rendahan seperti kamu belagunya sok kaya, ingat bapak sama Ibu kamu itu orang kampungan, hanya petani susah. Makanya kami larang Ihsan pulang ke rumah kamu, agar tidak di poloroti kalian, dan terlebih lagi agar tidak ketularan miskin seperti kalian--"
Plakkkk ....
Ku tampar kuat pipi putih kak Dara dengan segenap kemampuanku.
"Aaahhh" rintis kak Dara memenang pipinya seketika.
"Mita!?" Mas Ihsan berteriak keras.
Reflek aku memundurkan langkahku cepat.
"Ini masih belum seberapa Mbak, jika kamu berani sekali lagi menghina orang tuaku, jangan salahkan aku jika aku bakar mulut busuk mu itu,
Dan kamu Mas, kamu bilang padaku kan, kalau keluarga kamu orang kota, kamu bangga-banggakan itu, cih. Gak ada orang kota punya mulut comberan seperti dia. Aku masih diam jika kalian menghinaku tapi tidak orang tuaku, camkan itu baik-baik." tegasku lalu setelahnya memasuki kamar Nabila.
Terlihat anak itu meringkuk di atas kasur sembari memeluk lututnya sendiri. Ya Tuhan, maafkan aku nak. Diusia kamu masih dini kamu harus melihat kelakuan seperti ini, maafkan Mama sayang. Mama janji setelah ini kamu akan bebas dari orang-orang seperti mereka.
Semua ini salah Mama sayang, yang salah memilih suami.
Kucium kepala Nabila dalam lalu membawa putri kecilku kedalam pelukan. Kita sudah cukup terhina sayang, selama ini kita diam tapi tidak sekarang. Karena kita sudah bebas dari mereka.
Ini janjiku Mas, kamu dan keluargamu akan merasakan seperti apa yang kami rasakan. Itu janjiku!
Bersambung .....
Jangan lupa likenya