Bening dan Jingga menghampiri meja tamu, Bening meletakkan botol arak sementara Jingga menuangkannya ke tiga gelas yang sudah di sediakan.
“Silakan diminum,“ Jingga duduk dekat kedua tamu Jepang tersebut dan memberikan gelas masing-masing.
Masih tersisa satu gelas yang belum di minum.
“Anda tidak minum Tuan?" Bening pura-pura bersikap ramah.
Pria itu menggeleng tegas.
“Sepertinya Anda berdua yang harus menawarkan,“ Jingga mengambil gelas yang tersisa dan memberi isyarat pada kedua tamu agar memaksa pria muda itu ikut minum.
“Kore wa Indoneshia no saigo no yoru, watashitachinanode, o wakare no nomimono to shite watashitachi ni dōkō sa se,“ mendengar permintaan tamu Jepang tersebut pria itu jadi tak enak menolak.
Dua tamu Jepang itu bergantian menuangkan minuman ke gelas pria itu, pria itu sepertinya tidak pernah minum. Berulang kali Ia memijat keningnya. Bening dan Jingga yakin pria itu sudah mulai pusing dan mabuk.
“Bagaimana kalau Kita berfoto?“ Bening pura-pura bertanya pada tamu Jepang, walau sebenarnya Ia tengah memancing reaksi pria itu. Tapi karena pria itu diam Ia yakin itu artinya Mereka bertiga sudah tak sadar dan siap untuk difoto.
Bening duduk diantara tamu Jepang, lalu bergantian berfoto bersama mereka.
“ Kenapa Lu foto sama tamu Jepang itu juga?" Jingga menarik tangan Bening menjauh dan berbisik heran.
“Gue tahu Mereka bukan Prospek. Tapi kalau nggak berfoto bersama orang Jepang itu, pasti orang sombong itu akan curiga,“ Bening hendak kembali ke sofa.
“Tapi kan Mereka mabuk,“ Jingga menahan.
“Siapa yang tahu kalau salah satu dari Mereka ternyata sadar dan tengah mengamati,“ Bening menepis tangan Jingga. Jingga akhirnya membiarkan Bening kembali mendekati meja tamu.
“Senang Anda mengijinkan Saya berfoto bersama. Satu, dua, ti..” Bening memberi aba-aba saat duduk berdua disamping pria itu, Ia mengambil beberapa pose intim untuk diabadikan di kamera.
Wajah yang tampak mendekat, bahu yang berdekatan, tubuh Bening yang diarahkan ke depannya seolah bersandar, dan wajah yang tinggal beberapa centi seakan hendak berciuman.
“Ngga, sekarang cari dompetnya.“ Selesai Jingga memotret Bening memasukkan ponselnya ke saku.
Jingga memeriksa saku jas pria itu dan menemukan dompetnya, saat membuka dan melihat isinya Ia terkaget-kaget dengan jumlah uang di dalamnya.
“Uangnya banyak sekali,” Jingga menunjukkan pada Bening.
“Gue butuhnya kartu nama doang Jeung,“ Bening menyambar dompetnya dan mencari kartu namanya, waktu menemukan dan membaca jabatan yang tertera Ia melongo tak percaya.
“Ajib! Jabatannya CEO, ini artinya Ia bisa membeli unit nomer satu dari property gue,“ Bening melonjak gembira, Ia sudah bisa membayangkan bisa segera menebus obat-obatan yang diresepkan untuknya.
Jingga yang tak tahu menahu tentang penyakit Bening tersenyum senang, Ia percaya temannya pasti bisa membuat jera pria itu hingga tak gampang meremehkan orang lain lagi.
Sambil menunggu pria itu dan tamunya sadar, Jingga dan Bening ganti berkaraoke.
Letih sepulang bekerja sampai larut malam membuat kondisi Bening drop, semalaman nafasnya tersengal-sengal menahan nyeri di dada.
Pagi ini selesai sarapan Ia sudah niatkan untuk menghubungi orang yang diajaknya foto mesra semalam. Ia yakin orang itu akan membeli satu unit properti yang ditawarkannya sehingga Ia bisa menebus obat-obatnya.
Bening mengambil kartu nama yang disimpannya ditas dan melihat nama yang tertera di kartu.
“Dilla Sasmito,” Bening mengeja namanya.
“CEO Sasmito Herbal Company,” setelah membaca namanya Ia ganti mengeja jabatannya.
“Sepertinya namanya dan brand perusahaannya akrab ditelinga. Coba Ku periksa di Google." Bening mengambil ponsel dan membuka halaman browsing. Mengetikkan nama Dilla Sasmito lalu menekan tombol enter.
Pada halaman Google muncul deretan artikel tentangnya. Bening yang penasaran mengklik salah satu situs berita yang mengulas profile-nya.
'Dilla sasmito (35) pemain baru dalam industry jamu Indonesia yang beberapa bulan ini namanya sering disebut-sebut karena masuk dalam daftar wirausaha sukses.
Membawa nama perusahaan Sasmito Herbal Company, dalam sepuluh tahun terakhir Ia berhasil melaju sebagai CEO termuda di jajaran perusahaan multinasional.
Merintis karir Enterpreunershipnya dari bawah, setelah mengundurkan diri dari perusahaan perkebunan. Ia mulai berpikir tentang usaha yang ingin di gelutinya. Mengolah tanaman obat Indonesia menjadi produk herbal yang dikenal luas.
Produk awal yang dibuat perusahaannya adalah Anti acne kurkumin, Sipodeh obat batuk, Jinten tolak angin dan Mengkudu langsing alami.
Dari empat jenis produk yang mula-mula di pasarkan semuanya mendapat respons positif masyarakat. Menurutnya kunci keberhasilannya terletak pada kualitas produk, harga jual, dan teknik pemasaran.
Saat ini berkat inovasi yang tiada henti, Sasmito Herbal Company telah berhasil mengembangkan beragam produk herbal lainnya. Penambahan varian produk dan pemanfaatan teknologi e commerce membuat perusahaan ini makin dikenal di berbagai belahan dunia hingga dampaknya pada permintaan ekspor dari mancanegara yang tinggi.
Tingginya volume penjualan baik dalam negeri maupun luar negerilah yang kini membawa Dilla Sasmito pada anak tangga sukses yang Ia cita-citakan.'
Bening manggut-manggut membaca profilnya.
“Ck,ck,ck,muda, pintar, kaya raya,” Bening berkomentar.
“Tapi satu kurangnya, terlalu sombong,“ Bening mencibir.
Ia menutup halaman browsing yang membahas tentang pengusaha bernama Dilla tersebut.
“Sepertinya Aku harus bicara pada Supervisor penjualan untuk tahu unit mana yang bisa dijual kepada Dilla Sasmito,“ Bening meletakkan ponsel-nya dan buru-buru mengambil handuk yang tersampir dibelakang pintu untuk mandi.
Ruang kantor properti siang itu agak lenggang, di meja depan seorang Sales tengah menjelaskan prosedur KPR pada calon Customernya. Sedang di meja lain Bening tengah menghadap Supervisornya.
“Kamu mau cari produk property paling mahal?" Supervisor terbelalak dan memandang Bening dengan tatapan meragukan.
“Iya Pak, ada nggak Pak? Soalnya kalau yang murah kan insentifnya sedikit,” Bening menjelaskan dengan polosnya.
“Kamu kan baru bisa menjual satu kemarin. Itupun produk rumah yang termurah. Kenapa sekarang sudah berani nekat mau menawarkan property termahal? memangnya punya relasi pejabat atau bupati?" Supervisor penjualan menatap selidik. Mengira Bening punya profesi sampingan sebagai simpanan orang kaya.
“Nggak punya sih Pak. Tapi namanya mencoba kan boleh Pak, kali saja bapak gubernur hari ini datang ke mall dan lihat pameran Kita,“ Bening asal bicara.
Supervisor penjualan menepuk jidatnya.
“Ada-ada saja khayalanmu itu. Tapi ya sudahlah, akan Saya beritahu produk properti termahal yang ditawarkan perusahaan Kita,”
Supervisor penjualan setengah hati mengambil brosur dari rak "Ini komplek pergudangan yang harga per-unitnya sepuluh milyar. Kalau Kamu bisa jual Saya akan acungkan jempol, soalnya baru level Manager yang berhasil mengoalkan transaksi unit mahal seperti ini,“ Supervisor menyodorkan brosur ke hadapan Bening.
“Saya bawa ya Pak brosurnya. Doakan Saya berhasil menjual unit gudang hari ini Pak,“ Bening beranjak dari kursinya dan berpamitan.
Supervisor penjualan yang mendengar ucapannya geleng-geleng kepala tak yakin.
Kedai kopi dekat tempat karaoke di sudut meja favoritnya. Bening baru saja datang dan duduk memesan secangkir kopi. Setelah itu mengeluarkan kartu nama dan ponsel dari tasnya. Mengetikkan angka nomer telephone yang tertera di kartu nama dan mengirim WA hasil foto semalam.
'Pagi Pak, maaf menganggu. Tapi Saya harus bertemu Bapak, ini soal sikap Bapak yang melecehkan profesi Saya semalam. Orang tua Saya ingin membawa kasus ini ke kepolisian. Tapi Saya ingin mengclear-kan baik –baik. Tolong balas sms Saya secepatnya.'
Bening menekan menu sending dan mengutas senyum. Sudah ada dalam bayangannya orang itu akan panik dan buru-buru datang untuk menuruti permintaannya. Sama seperti enam pemuda kemarin yang berhasil dikerjainya.
Dilla dan asistennya tengah menyiapkan bahan meeting ketika pesan WA masuk ke Iphone Dilla yang diletakkan di meja. Dilla meraih Iphone-nya dan membuka pesan yang masuk.
Ia terkejut waktu melihat isi pesan beserta foto yang menyertainya, foto Ia yang tampak akrab dengan seorang gadis. Dilla menghembuskan nafas kesal dan mengetik balasan.
'Saya sudah menduga gadis kelas bawah seperti Kalian akan menggunakan cara ini untuk bisa dinikahi pria kaya. Tapi Saya bukan pria bodoh seperti yang Kamu bayangkan. Cari pria lain yang bisa Kamu tipu!'
Selesai membalas WA Dilla membanting Iphone-nya ke meja. Asistennya melihat sekilas dan kemudian menoleh ke Dilla yang menunjukkan raut kesal.
“Apa ada masalah Pak?"
“Seharusnya semalam Kau yang menemani tamu Jepang ke tempat karaoke,”
Asistennya mengernyit tak mengerti.
“Companion girl ditempat karaoke mencoba memerasku,”
Asistennya terperangah kaget, Ia membuka mulutnya lebar-lebar karena terkejut.