Agen Property
"UKH" Bening terbatuk saat tengah mencuci pakaian.

“Ning, batukmu kambuh lagi?” Ibu yang tengah di dapur melongok dari pintu yang tersambung ke kamar mandi.

“Nggak Bu, hanya kesedak“ Bening berusaha menutupi. Ia menahan batuknya agar tak membuat Ibu khawatir.
“Berhenti merokok Pak, biar Bening tak sakit batuk-batuk lagi" Ibu menasehati Bapak.

Bening mendengar suara Ibunya, Ia bisa mengira ibu tengah bicara dengan Bapak yang tengah sarapan. 

“Dia hanya kesedak jangan dibesar-besarkan.” 

Bening menutup mulutnya, Ia memelankan batuknya agar tak terdengar. Saat batuknya mereda Ia menurunkan tangannya dan membersihkan bercak darah yang ada di tangannya.

“Iya Aku tahu dia hanya tersedak, tapi sebelum-sebelumnya Ia kan sering terserang batuk."

“Itu batuk biasa, semua orang mengalami. Kalau batuk karena rokokku pasti Aku dulu yang masuk rumah sakit.“

Bening menghela nafas sedih mendengar pembelaan Bapaknya, Ia meneruskan mencuci dan  mengingat kembali kegagalannya mendapat pekerjaan di beberapa perusahaan swasta karena terkendala tes kesehatan yang menunjukkan hasil kurang baik.

“Maaf, Kami tak bisa menerima Anda. Dari hasil tes kesehatan, kondisi stamina Anda tak menunjang untuk bekerja.“ selalu itu jawaban tiap HRD yang mulanya terkesan dengan hasil tes psikologi dan wawancaranya.

Bening menyadari hasil tes kesehatan yang buruk pasti ada hubungannya dengan batuk darah yang kerap kali dialaminya. Batuk darah yang mulai dirasakannya saat duduk di kelas satu SMK namun tak diindahkannya. 

Belakangan batuk darah yang dialaminya makin sering terjadi dan menimbulkan nyeri dibagian dada. Ia ingin memeriksakannya tapi saat ini Ia belum punya cukup uang. Untuk meminta orang tuanya, Ia merasa tak enak. 
Bapak hanya montir di bengkel yang enggan mengurus BPJS.

Bening menyambangi warung koran di ujung gang rumahnya untuk membeli koran. Berharap ada satu dua iklan lowongan yang bisa Ia lamar dan tak membutuhkan tes kesehatan.

“Belum dapat kerja juga Ning?" Tukang Koran langganannya mengambil uang yang disodorkan Bening.

“Kalau sudah mah nggak bakalan kemari lagi Mang,“ Bening menjawab jujur. 

Tukang Koran yang melihat ekspresinya cengar cengir memandangi.

“Susah cari kerja sekarang Mang, apalagi yang hanya lulusan SMK seperti Saya. Minim lowongan dan ujung-ujungnya jadi pengangguran seperti sekarang” Bening menambahkan.

“Kalau jadi pengangguran mah kayanya Kamu nggak mungkin Ning. Bening kan cakep, pasti bisa diterima kerja jadi SPG mall atau pelayan restaurant,“ Tukang Koran menyemangati.

“Amin. Doain ya Mang biar lekas dapat kerjaan."

Tukang Koran mengangguki, setelah itu Bening melangkah pulang menyusuri gang rumahnya sembari membaca tabloid ditangannya.

Tak sampai lima belas menit Bening sudah tiba di depan rumahnya, duduk di kursi teras depan rumahnya. 

“Dibutuhkan Property Consultan. Persyaratan umum, pendidikan minimal SMU, mau bekerja keras, dan mampu mencapai target penjualan yang ditentukan,” Bening antusias membaca salah satu iklan yang ada.
 
“Kayanya ini bisa dilamar.“ Bening menggumam, Ia tak menyadari kehadiran Ibu yang baru pulang berbelanja sayuran.

“Apanya yang bisa dilamar Ning?" Ibunya yang mendengar ucapannya bertanya.

Bening mendongak, Ibunya menghampiri.

“Kerjaan yang Bening mau lamar Bu. Sebagai Property Consultan. Maksudnya Marketing perumahan Bu," Bening menjelaskan.

Ibu Bening  duduk di sebelah putrinya “Memangnya Kamu mampu? jualan rumah itu nggak seperti pisang goreng lho Ning. Susah cari pembelinya,“ Ibu Bening mengeluarkan sayur bayam dari kantong belanjaannya lalu memetik daunnya satu persatu.

“Tapi cari kerja susah Bu. Sudah beberapa kali Bening kirim lamaran belum ada satupun yang dipanggil. Masa mau menganggur terus. Nggak enaklah sama Bapak Ibu yang sudah susah payah menyekolahkan,“ Bening meraih sayuran yang belum dipetik dan ikut membantu menyiangi. Ia tak berani mengatakan alasan yang sebenarnya kenapa selama ini Ia ditolak bekerja kantoran.

“Kalau melamar sebagai Property Consultan memangnya pasti diterima?" Ibu Bening berhenti menyiangi sayuran dan membiarkan putrinya yang meneruskan pekerjaannya.

“Pasti Bu, asal punya kemauan memasarkan,“ Bening dengan semangat menjawab. Ia yakin pekerjaan menjual rumah tak membutuhkan tes kesehatan untuk bisa di terima.

“Ya sudah kalau memang sudah keputusanmu melamar pekerjaan tersebut Ibu doakan semoga sukses,“ Ibu Bening membuka resleting dompetnya.

“Ini buat ongkos melamar nanti,“ Ibu Bening menyodorkan lima puluh ribuan ke tangan Bening.

“Terimakasih Bu. Bening janji kalau sudah sukses nanti Bening nggak akan lupa bahagiakan Ibu,“ Bening mencium pipi Ibunya.

“Sekarang biar Bening yang masak ya Bu. Habis itu baru Bening berangkat ngelamar kerja,“

Ibu Bening mengiyakan, membiarkan putrinya beranjak masuk ke dalam rumah dengan membawa kantong belanjaan sayuran. 



Di ruang meeting kantor property siang itu presentasi produk kepada calon tenaga marketing baru tampak berlangsung. 

Belasan pria dan wanita yang usianya terlihat sudah matang duduk mendengarkan Supervisor penjualan menerangkan produk property yang akan dipasarkan. Termasuk Bening yang juga datang untuk mendapatkan pekerjaan tersebut.

“Kita ada beberapa type rumah. Dari yang harga empat ratus juta hingga dua milyar."

Bening menelan ludah mendengar harga rumah yang disebutkan.

“Untuk pemesannya indent tiga bulan. Setelah Customer membayar DP minimal tiga puluh persen dimuka, baru rumah dibangun,“ Supervisor penjualan melanjutkan penjelasannya.

Seorang wanita paruh baya yang mengenakan stelan jas mengangkat tangannya.

“Silakan kalau ada yang mau ditanyakan,“ Supervisor penjualan memberi kesempatan wanita itu bicara.

“Berapa insentif yang di dapat Property Consultan untuk tiap rumah yang terjual?“ 

“ Dua setengah persen seperti pada umumnya. Kecuali jika mencapai target akan ada bonus tambahan dari perusahaan.“

Seorang peserta pria ganti mengacungkan tangan.

“Berapa target yang harus dicapai?"

“Dua setengah milyar per tri wulan.“

Bening kembali menelan ludah mendengarnya.

 "Jual rumah seharga empat ratus juta saja sudah pusing cari customernya. Apalagi memikirkan tercapai target,“  Bening menggumam dalam hati.

”Saya yakin target itu bisa tercapai oleh Anda-Anda semua. Lewat pameran yang Kami adakan di mall-mall dan relasi Anda pribadi,“

“Untuk pameran, Anda-Anda semua bisa datang kapan saja sesuai jadwal buka mall. Disana sudah ada OB kantor yang mengurusi permintaan brosur dan pemakaian printer untuk keperluan fotocopy persyaratan KPR,“ Supervisor penjualan melirik jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul dua belas lewat.

“Kita istirahat satu jam lalu lanjut ke perhitungan KPR dan bunga bank yang berlaku di tiap bank yang ditunjuk.“

Semua peserta bubar meninggalkan ruangan termasuk Bening yang paling akhir keluar.

Bisa nggak ya Gue jualan rumah semahal itu. Apa ada yang beli?"  keluar  dari ruang presentasi Bening tak bicara dengan pelamar lain, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Yang beli mah pasti ada. Property di luar negeri saja laku diborong sama koruptor Indonesia, masa yang di negeri sendiri nggak ada yang mau beli. Nggak mungkin itu,“  Bening mencoba optimis.

Masalahnya sekarang, Gue kenal nggak sama tuh prospek,” semangat Bening mengendur.

Satupun nggak ada yang Gue kenal. Minus kenalan dan pengalaman. Kalo begini gimana mau kejual dan nyampe target dua setengah M." Bening pesimis.

Ditengah kegamangannya menerima pekerjaan itu atau tidak, Ia terngiang perbincangannya dengan Ibunya.

Memangnya Kamu mampu ?, jualan rumah itu nggak seperti pisang goreng lho Ning. Susah cari pembelinya,“

Tapi cari kerja susah Bu. Sudah beberapa kali Bening kirim lamaran belum ada satupun yang dipanggil. Masa mau menganggur terus. Nggak enaklah sama Bapak Ibu yang sudah susah payah menyekolahkan."
 
Kalau melamar sebagai Property Consultan memangnya pasti diterima?"

Pasti Bu, asal punya kemauan memasarkan.“ 

Bening mengigit ujung jari telunjuknya.

Harus bisa! Malu sama Ibu kalau menyerah sebelum berjuang. Lagipula darimana lagi bisa dapat uang untuk memeriksakan kesehatan kalau tidak dari sini,“ Bening mencoba menyemangati dirinya.

Saat bersamaan Supervisor penjualan memberi tanda pada para calon Marketing untuk kembali ke ruang presentasi. Bening dan peserta lain kembali masuk mengikuti materi selanjutnya.