4 RAHASIA PENULIS-PENULIS BESAR YANG SAYA CONTEK
Jangan jadi penulis profesional, BERAT! Biar saya saja!?
Yang tahu kalimat di atas langsung bilang, "ini mah nyontek banget sama ayah Pidi Baiq."?

Bodo! Hahaha...
Memang kenyataannya gitu. Jadi penulis profesional itu berat. Prosesnya nggak instan. Coba saja Anda bayangkan, buat yang sudah nerbitin satu dua buku. 
- Berapa eksemplar yang terjual? 
- Berapa buku yang tembus ke penerbit? 
- Berapa royalti yang sudah didapatkan?
- Berapa tulisan yang dihargai lebih besar?
Ada yang sekali nerbitin buku langsung terjual puluhan ribu eksemplar? Jawabannya ada. Tapi berapa orang yang bisa kayak gitu? 
Berapa besar effort buat nyiapin naskah yang keren habis dan sekalinya terbit langsung terjual puluhan ribu eksemplar.
Nggak hanya itu, berapa dana yang dikeluarkan buat belajar habis-habisan ke penulis besar yang tulisannya udah terbukti berkualitas, penjualannya pun laku keras?
udah mah ngeluarin dana besar tapi hasilnya masih saja nggak karuan. Pengeluaran lebih gede dari royalti.?
Nggak kehitung berapa puluh juta yang dihabiskan untuk belajar ke orang-orang besar seperti ke mba Asma Nadia, mba Helvy, bang Tere Liye, uda Ahmad Fuadi, Pidi Baiq yang in syaa Allah beliau akan ngisi di acara Jumpa Penulis tahun ini dan penulis-penulis besar lainnya.
Tapi memang begitulah investasi leher ke atas. Hasilnya? Buat saya pribadi alhamdulillah memuaskan.
Dari hasil belajar ke beliau, saya sendiri sudah ngehasilin banyak tulisan yang juga dihargai puluhan juta untuk setiap naskahnya.?
Saran saya. Jangan jadi PENULIS BIASA-BIASA saja. Jadilah penulis yang anti mainstream. Caranya? Saya kasih tahu.
1. NULIS TIAP HARI
Ini sudah mutlak. Nggak bisa diganggu gugat. Michael Jordan bilang: 
“I’ve missed more than 9000 shots in my career. I’ve lost almost 300 games. 26 times, I’ve been trusted to take the game winning shot and missed. I’ve failed over and over and over again in my life. And that is why I succeed.”
9000 tembakan ke ring! GILA! Yah, walaupun Michael Jordan bukan penulis, tapi prosesnya tetap sama, berlatih keras!
Kalau sampai Anda masih nulis sehari sekali saja empot-empotan, ngimpi banget ingin jadi kayak ayah Pidi Baiq, mba Helvy dan lainnya. #JLEB?
Pastikan, sehari nulis satu artikel minimal.
2. BACA BUKU
Nah ini juga yang sering banget saya bahas. BACA BUKU! Ingat yang saya bahas dulu, Tragedi Nol Buku yang dibilang Taufik Ismail? Jangan sampai kejadian sama kita. 
Penulis yang baik adalah pembaca buku yang baik. Mau nanya, berapa buku selama bulan Agustus ini yang dibaca? Jawab sendiri. Semoga jawabannua bukan NOL BUKU.
Kalau belum ada yang dibaca, mana bisa ngejar ketertinggalan dan pengen kayak penulis besar lainnya.
3. IKUT KELAS NULIS, SEMINAR DAN SEJENISNYA
Ini yang paling nggak mudah buat para penulis. Terkadang ego nya yang tinggi, terkadang memang nggak ada duit. Wkwkwk...
Gini, seminar itu bukan hanya ilmu yang kita dapat, bukan hanya itu. Tapi di seminar kita bisa merasakan antusias para peserta yang juga punya impian yang sama. Apa itu? Ya NULIS BUKU.
Apalagi? Di seminar, kita dipertemukan dengan penulis besar. Lihat mereka, rasakan ruh mereka, dengarkan perjuangan mereka. 
Jangan mikir duit 100-200ribunya. Ini masih muraahhhh. Dibandingkan harus bayar 5-7juta buat belajar nulis artikel, copy writing dan lainnya.?
Misal, di tahun ini KMO Indonesia bikin acara JumpaPenulis 2. Ya, ikutan, belajar disana, buka wawasan dengan orang-orang yang ada disana. Nggak mesti di Jumpa Penulis. Anda bisa ngikut ke seminar-seminar offline lainnya.
Walaupun memang di Jumpa penulis 2 sendiri pembicaranya sangar-sangar. Siapa saja? Saya yakin Anda nggak mau ngelewatin yang ini. Hahaha
- Ayah Pidi Baiq. Siapa yang nggak kenal sama Dilan? Tokoh ini yang beliau ciptakan di novel legendarisnya.
- Okky Setiana Dewi. Siapa yang nggak kenal beliau dengan tulisan-tulisan yang nyaman dibaca, halus dan berbobot. Bahkan beberapa kali tandang ke rumahnya, orangnya ramaahhh. Memuliakan tamu. Bahkan ketika makan bareng, beliau tak segan ngambilin nasi buat suaminya. #yaiyalaaahhh?
- Ust Nasrullah. Ah, ini guru besar saya. Buku beliau Rahasia Magnet Rezeki dan Diary Garpu Tala telah membantu banyak orang keluar dari masalah-masalah hidupnya. Belajar dari beliau. Orangnya lembuuuttt.
- Kang Rendy Saputra. Kakak, guru, sahabat yang dari beliau lah saya terinspirasi membangun #IndonesiaMenulis. Di JUMPA PENULIS tahun 2018 lalu, beliau buka-bukaan tentang bukunya, tentang pemberdayaannya.
- Shinta Yudisia. Salah satu dedengkotnya FORUM LINGKAR PENA. Buku-bukunya benar-benar keren. Yang paling berkesan buat saya, novel Reinkarnasi nya. Ini kerennn banget.
- Helvy Tiana Rosa. Ini malah pendirinya FORUM LINGKAR PENA atau FLP. Kami undang khusus buat menginsiprasi kita semua.
- Kang Dewa Eka Prayoga. Ah, ini sih udah nggak perlu dibilang lagi. Hehehe.. beliau yang bikin ide-ide liar dan bikin stres banyak orang. Tapi justru itu pentingnya. Bukunya ketika launching sudah bisa dipastikan tembua puouhan ribu eksemplar.
- Daannn, saya pribadi. Wkwkwk... abaikan saya. Saya ngundang penulis-penulis hebat di atas, justru karena saya ingin belajar ke mereka. Saya ingin duduk, dan mendengarkan petuah-petuah mereka.
Seminar Jumpa Penulis ini saya dedikasikan untuk Anda yang serius belajar, serius nyari inspirasi dan ingin mem-benchmark mereka yang sudah sukses dalam dunia literasi.
Balik lagi ke tentang seminar. Nggak masalah di bilang ahlul seminar. Datang, belajar, uang yang Anda keluarkan untuk belajar outputnya adalah ilmu. Tapi uang yang Anda keluarkan buat makan maka outputnya adalah?? jangan dijawabbb... hahaha...
Jadi ahlul workshop, ahlul seminar itu penting. Justru karena itu lah akhirnya ilmu yang didapat terinternalisasi ke otak bawah sadar kita. Selanjutnya, praktik habis-habisan.
4. TERAKHIR, BIASAKAN BERTEMU SAMA ORANG-ORANG BESAR
Trik ini penting. Dengan ketemu mereka, perlahan KAPASITAS kita MEMBESAR, ilmu kita meningkat, nulis kita semakin menguat.
Alhamdulillah, saya sendiri masih terus bangun relasi dengan orang-orang yang kapasitasnya di atas saya. Bukan apa-apa, kalau kita nggak naikin kapasitas, yang terjadi adalah kita stagnan. Diam di tempat.
Memang ada investasi yang mesti kita keluarkan. Tapi itu nggak berarti dibandingkan dengan pencapaian-pencapaian yang kita dapatkan. Percaya saya.
Pertanyaamnya:
"Gimana kang caranya supaya bisa dekat dengan mereka?" 
Ada tiga cara. 
- Jadi muridnya, 
- Jadi pertner bisnisnya, 
- Jadi timnya.
ketiga hal ini lah yang saya pakai. Nggak ada rahasia-rahasiaan. Saya jadi tim mas Ippho Santosa. Jadi murid sekaligus partner bisnis Ust Nasrullah. Terus seperti itu. 
Pertanyaannya, caranya gimana supaya dekat sama mereka? 
Bantu mereka! Mulai dengan PERTANYAAN:
"Apa yang bisa saya bantu buat seminar ini? Saya siap bantu."
"Apa yang bisa saya sukseskan untuk acara ini?"
"Apa yang bisa saya bantu untuk menyelesaikan naskah bapak?"
"Apa yang bisa saya bantu untuk menjadikan tim bapak lebih kuat dan solid?"
"Apa yang saya bantu untuk menjadikan mba sukses jualan bukunya, jualan seminarnya?"
Dan lain sebagainya.
Muncul terus dengan kalimat seperti itu. Dan harus ikhlas.
Sama halnya saya dan tim di KMO Indonesia membangun Jumpa Penulis. Prinsipnya adalah saya ingin membantu Anda bertemu dengan orang-orang besar. Nah, silakan manfaatkan kesempatannya. Pintar-pintar dirimuh memanfaatkan kondisi. Hehehe...
Jadi, jangan melulu minta bantuan. Tapi bantu dulu orang-orang yang ingin dijadikan guru, partner bisnis, atau masuk ke tim dengan sepenuh hati. Baru Allah bakal ngasih jalannya. Praktikan!
Semoga tulisan ini membantu ya. Nggak perlu bilang kalo mau share tulisan ini. Karena dengan dishare, berarti kapasitas kita juga meningkat. Berbagi ilmu.

Sekian,

Tendi Murti