"Mba Harum, mobilnya harus dibawa ke bengkel," ujar Raka saat Harum sudah siap berangkat ke kantor
"Kok tidak bilang-bilang dari kemarin?" wajah Harum pias, ia melirik arloji dan mendadak hatinya gundah.
Rasanya tidak mungkin kalau harus ke bengkel lebih dahulu. Dasar Raka! Makinya dalam hati. Tapi memang hari ini ia kesiangan gara-gara semalam memikirkan laki-laki itu. Berbagai perasaan bersalah ia rasakan, dan---
Ah! Kenapa sih dirinya jadi aneh begini? Harum urung-uringan. Lihatlah pagi ini semua jadi kacau, ia bangun kesiangan, mobil mogok, dan mobil satunya lagi dipakai Mama untuk mengantarkan Papa therapi.
Lengkap sudah masalahnya, padahal ia harus ketemu klien, rasanya ingin marah dan ngomel sepanjang jalan. Anehnya ia merasa semua permasalah karena Raka, ingin sekali Harum melampiaskan emosinya ke laki-laki itu.
" Saya sudah pernah bilang ke Mba Harum kalau mobil ini harus dibawa ke bengkel karena mesinnya sudah tidak enak. Tapi kata Mba--"
"Sudah! Sudah!" potong Harum cepat ketika Raka memberi tahu soal mobil, sehingga Raka hanya dapat menelan ludah.
Jangan kan ada masalah seperti ini, tidak ada masalah saja wanita satu ini rewel, cerewet, selalu mencari sisi kesalahannya. Apalagi pagi ini ada masalah mobil mendadak mati. Habislah dunia, keluh Raka
"Harusnya kamu tidak perlu tanya kalau urusan mobil. Kamu supirnya, dan jadi tanggungjawabmu kalau mobil kenapa-kenapa." Harum tidak tahan juga untuk tidak menyalahkan Raka
"Soal uang servis, nanti kan bisa menyusul. Saya pasti ganti kok, gak bakal pakai gaji kamu." Harum masih nyerocos. " Sekarang bagaimana, saat penting mobil malah mogok!"
"Saya antar pakai motor saya saja, Mba," usul Raka. Dia sudah nekat, karena kupingnya mau pecah pagi-pagi mendengar omelan Harum.
Harum melongo.
"Lebih cepat juga pakai motor, Mba. Saya akan hati-hati deh, Mba Harum bakal sampai tujuan dengan selamat dan tetap cantik eh-- maksud saya," Raka merutukin dirinya yang kelepasan bicara. Kenapa dia pakai bilang 'cantik', bukankah itu tidak sopan.
"Maksud saya, Mba Harum akan tetap rapi sampai di kantor, meski saya antar pakai motor," Raka memperbaiki ucapannya. Berharap wanita di depannya tidak murka, tapi memang Harum pagi ini cantik sekali.
Wanita itu mengenakan blouse lengan panjang warna kuning dengan corak bunga-bunga putih, roknya sebatas lutut berwarna putih. Raka diam-diam mengagumi penampilan Harum. Meski cemberut dan ngomel pun, wanita itu tetap cantik dilihatnya.
Astaga! Otakku kenapa ke mana-mana, batin Raka.
Sementara Harum terdiam, tapi memang ia hampir terlambat. Akan semakin terlambat kalau ngotot naik taksi. Karena mencari taksi dan menunggu mobilnya datang butuh waktu, apalagi pagi biasanya sulit dapat cepat.
"Baiklah, cepat antarkan saya pakai motor," kata Harum.
Raka cepat mengeluarkan motornya yang dia parkir di teras samping. Siah yang sedang lewat memperhatikan heran.
"Mau ke mana pakai motor?"
"Mengantar Mba Harum," jawab Raka singkat, karena buru-buru. Dia bersyukur motornya bagus karena begitu masuk kerja dirinya langsung ambil kredit motor, biar uang gaji ada hasilnya. Jadi motornya masih gress, karena jarang dipakai juga.
Siah terkejut mendengar ucapan Raka, diamati gerakan laki-laki itu menuntun motornya.
Sial, aku yang memimpikan ingin dibonceng belum kesampaian, eh Mba Harum langsung bisa bonceng, gerutu Siah.
Saat Harum akan naik ke motor Raka, laki-laki itu mencegahnya.
"Maaf, Mba, karena motor lebih baik pakai jaket. Selain angin, bau polusi bisa terpapar ke baju," kata Raka.
"Oh, iya." Harum langsung memanggil Siah untuk minta diambilkan jaket.
"Sama anu, Mba..." Raka menggaruk lengannya. Dia bingung untuk menyampaikan maksudnya, tapi harus demi keamanan Harum.
"Kalau bisa bawa kain yang bisa menutupi area..." Raka membuat gerakan tangan disekitar pahanya.
Seketika wajah Harum memerah. Tapi tanpa bicara atau menyuruh Siah, ia langsung lari ke kamarnya untuk mengambil scarft guna menutupi pahanya seperti.kata Raka.
"Mba Harum ke mana? tanya Siah yang datang membawakan jaket Harum.
"Ngambil kain mungkin," jawab Raka seraya menghidupkan motornya, lalu melap helm buat Harum.
"Kain untuk apa? Lah ini, katanya minta diambilkan jaket?"
"Buat nutupin paha, naik motor riskan kalau pakai rok pendek," ujar Raka.