Kenalan Baru.
Selingkuhan Online 1



[Assalamu'alaikum.. Wah mudik ya, Mas?] Begitu sebuah inbox masuk dalam aplikasi biruku pagi ini.
usai aku membuat sebuah status.

"Bismillah, otw Jogya. Mohon do'a nya ya sahabat"

Pesan itu tak langsung kubalas. ku klik akun dengan nama "Sebut Aku Bunda" itu. Tak tampak ada foto selfi ataupun foto keluarga disana.

Ting
suara pesan masuk lagi di messengerku.

[Kok, cuma dibaca? oh lagi dijalan,ya? ya sudah hati-hati ya, Mas?] diapun mengakhiri dengan emoticon love diujung kalimat.

[Eh, salah klik, mau ngasih emoticon senyum, malah emoticon love. Aduh maaf ya, Mas] lanjutnya dengan emoticon tangan menangkup di dada hingga lima biji.

Aku tersenyum entah sejak kapan aku berteman dengannya, akupun tak ingat.

[Wa'alaykumussalam..iya nih, mau ke Jogya ke rumah ibu mertua] balasku.

Ting

[Yah, aku telat...?!]

[maksudnya?] ketikku sambil mengernyitkan dahi.

[Yaa..telat menjadikan ibuku, mertuamu, ups] jawaban itu membuatku tersenyum sendiri, asik juga nih seperti nya dia.

[Masih ada slot kok kalau mau daftarkan ibumu!] candaku.

[Ah masa?] 

[Iya, masa bohong!, oya, nama kamu siapa sih? kok 'Sebut Aku Bunda' apa aku harus memanggilmu 'Bunda?' biar aku jadi 'ayah?'] aku yakin wanita diseberang sana sedang mengulum senyumnya.
Buaya dikadali, kataku tersenyum jahat.

[Aduh, jadi mauuuuu] jawabnya santai.

[Mau apa sayang, Eh..] 

[Makin mauu, mau apa yang ada di hatimu] aku pun tak henti tersenyum membaca chatting dari wanita yang belum ku ketahui namanya itu.

[Aku sudah lama memperhatikan status-status, Mas. Bagus dan menyentuh. Dulu aku pakai nama asli, mungkin kamu tak begitu menyadari saat aku ganti nama. Karena aku tak berani meninggalkan jejak distatusmu, takut diakun mu ada Nyonya rumah hehehe] jawaban panjang nya membuat hawa sombong sedikit melejit di hati.

Tidak satu dua yang memuji keahlianku merangkai kata, dan rata-rata semua wanita. Dan aku menikmati nya.

[Bukan Nyonya rumah, tapi deb colector, ups] akupun tersenyum lebar membaca tulisanku sendiri, tak terbayangkan kalau Rani, istriku, membaca chatting ini. Bisa disunatnya punyaku hingga tak bersisa, ups.

[Hahahaha emang Deb Collector nya Mas kemana sekarang?] tanya nya.

[Ada, nih lagi tiduran dibahu aku. Ngantuk katanya karena perjalanan masih jauh] kataku bohong. padahal Rani sedang sibuk mendiamkan anak kami, Raihan dibangku belakang. 
Sejak keberangkatan kami tadi, Raihan masih terus menangis mungkin tak nyaman dengan tidurnya yang harus dipangku.

[Owh, so sweet banget..] jawabnya.

[Hu'um....kamu sudah menikah? kasih tahu dong, nama kamu siapa?] tanyaku penasaran.

[Aku sudah menikah, tapi belum punya anak. namaku Luna] jawabnya.

[Mimpi apa aku diinbox sama Luna sang artis yang cantik itu] kataku memancing.

[Hahaha Bukan sayang, eh maap. maksudku, bukan Mas. itu Luna Maya, kalau aku Luna Nyata hahahaha] akupun tergelak membaca candaan wanita yang ternyata bernama Luna itu.

"Mas, ketawa-ketawa sendiri. Gak lihat aku kerepotan mendiamkan anakmu sendirian, dasar suami ga peka.!" aku terlonjak mendengar teriakan Rani. Abang ipar yang duduk disebelahku sebagai driver pun terkejut. Karena dia sedang fokus menyetir mobil. Ya, kami mudik menumpang sama Abang iparku yang notabene nya orang kaya.

"Rani, gak baik kamu meninggikan suara didepan suami seperti itu. Suami itu orang yang paling harus ditaati dan dihormati bahkan Rasulullah pernah bersabda "Seandainya saya bisa memerintahkan seseorang untuk sujud pada orang lain, pasti saya perintahkan seseorang istri untuk sujud pada suaminya (HR.Abu Daud, Al-Hakim, Tirmidzi)". kata Mas Rahman dengan menekan suaranya. lelaki berjenggot ini sungguh luar biasa. akupun kagum padanya. 

"Halaah, suami kayak apa dulu!" sunggut Rani. itulah yang membuat hatiku kian menjauh dari cinta pada perempuan yang dijodohkan ibuku itu. Bahkan dia lupa menaruh rasa hormat padaku didepan orang lain.

"Ran,!!! jaga mulutmu!!! " bentak Mas Rahman kencang.

"Tak apa Mas, saya yang salah," kataku ga enak karena telah menyebabkan kakak adik itu berseteru.

"Sini, Dek. Raihan sama Mas aja didepan" kataku sambil menoleh ke arah Rani yang muka nya sudah ditekuk delapan.

"Nih,...!" dia menyodorkan Raihan ketanganku.

"Sini hape mu!!" bentaknya.

Oh my God, bisa mati aku...!!!!

🍒🍒🍒🍒🍒🍒



Bersambung.


Jangan lupa Sebelum baca Subscribe, love dan komen yaah.

Biar Mamak Author semangat up Cerita nya

❤️❤️❤️❤️

Komentar

Login untuk melihat komentar!