Yes, back to my chapter ya guys. Kalau bicara potensi pastinya bicara tentang bakat. Sudahkah bertanya pada diri sendiri ?
Aku nggak punya bakat, ikut lomba selalu kalah, nggak pernah ikut lomba apapun, aku minder dengan kemampuanku sendiri.
Yakin guys, kalian nggak punya sesuatu yang kalian minati nih ? Ada sih, tapi rela bagi bagi. Hahaha...
Iya sudah, nggak apa-apa guys. Aku nggak maksa kok buat kalian jawab sekarang juga, tapi minimal kalian bisa merasakan atau terbetik dalam hati bahwa kalian suka ini dan suka itu.
Terus kalau sudah terbetik dalam hati mau ngapain lagi ka ? Krikk..krikk..krikk..(suara jangkrik)
Hmm..Ok lanzutt...!!!
So, kalian harus praktekin lah. Terus rasakan sensasi mengerjakan itu, ada sesuatukah di hati kalian ? Maksud lho ka ? Iya ketika kalian merasa ini minat kalian, ketika kalian ngejalaninya apakah merasa boringkah alias bosikah alias lunglaikah alias apa lagi coba ?
Yups, sudah pasti itu bukan minat dan bakat kalian. Right?!
Ssssstopp...!!!
Maksudnya ini buku apa ka ? Cover bukunya memoar loh bukan self improvement atau motivasi. Memoar itu menceritakan pengalaman hidup seseorang yang bertujuan untuk memberikan manfaat berupa pelajaran hidup kepada para pembacanya ya kan ?
Wwwhhatt...?
It's Ok, lanzuttt...!!
Maaf tadi openingnya terlalu bersemangat, jadi tebawa semangat pagi soalnya guys. Sedikit saja tentang aku bagaimana mencoba menemukan jati diri atau potensi diri alias minat bakat aku pas waktu sekolah dulu ya, nanti untuk masa kuliahnya aku bedakan disesi yang lagi. Mohon bersabar ya guys.
Ingat waktu sekolah SD, nggak ikut banyak kegiatan sih, pertama ikutan lomba gerak jalan waktu pramuka dan hasilnya aku nggak menikmatinya karena merasa panas, pegal dan capek gitu deh, intinya merass terkekang oleh aturan aku kurang nyaman saja. Sudah dipastikan nggak kepikiran deh ingin menjadi TNI atau POLISI.
Kedua pernah ikut lomba melukis, waktu itu aku melukis gedung perkotaan kalau nggak salah kelas 5 SD. Tapi apa yang terjadi Wali kelas aku ngambek karena aku telat mengumpulkan hasil lukisannya dan aku merasa sedih banget sih, jerih payahku kurang di apresiasi oleh wali kelas. Sedih nggak sih? Atau karena aku yang lebay ya, ingin di apresiasi? What ever lah...
Ketambah lagi wali kelas aku sepertinya kurang suka dengan gaya belajar aku yang notabene pindahan dari sekolah SD lama. Sampai-sampai cara aku menulis di meja juga di komen oleh beliau. Arrggh come on...
Tapi nggak apalah belajar di kritik orang sejak dini dan disepelekan orang lain. Sabar saja ya nggak perlu dendam, jadikan motivasi untuk bangkit dan buktikan suatu saat nanti kita bisa sukses. Aamiin
So, bagaimana feeling aku tentang melukis ? Iya sudah terjawabkan tadi, aku tidak di apresiasi oleh wali kelas aku dan aku merasa feeling down gitu guys. Tapi jujur padahal aku suka melukis, menggambar dan mendesain produk juga desain visual.
Semuanya aku masih suka sampai sekarang loh. Dan sekarang ternyata nyambung dengan profesi yang aku geluti saat ini sehingga bisa menerbangkanku ke Jepang, menarikan guys.
Ketiga pernah ikutan seni karawitan, menabuh alat musik tradisional gamelan, seru sih aku merasa happy waktu itu. Dan terakhir yang ke empat pernah ikut paduan suara kemudian dapet juara satu. Aku ada minat sih dengan seni budaya.
Tapi sebetulnya lagi-lagi aku kurang di apresiasi oleh pihak sekolah dan keluarga juga. Jadi waktu itu merasa gugur kewajiban saja sebagai tugas sekolah. Sudah tidak ada lagi, semua antusias itu dibiarkan begitu saja dan tidak dikembangkan.
Waktu sekolah SMP hanya fokus di marching bands, mulai dari kelas dua SMP sampai satu SMA. Iya lagi lagi kurang di aspirasi atau mendapat dukungan dari sekolah atau keluarga guys.
So, mengalir begitu saja. Pernah sih pengen jadi atlet basket, tapi postur dan fisik tidak mendukung. Aku yang lemah, kurang tenaga buat lempar bola. Pastinya ketika main selalu menjadi pecundang di lapangan. Hahaha..
Nah waktu kelas 2 SMA sampai kuliah semester 8 mulai serius menggeluti dunia musik alias menjadi anak Bands bergenre pop rock. Pentas di beberapa tempat seperti di sekolah, bands contest, 17 agustusan, kampus hingga cafe, bahkan sempat ditawari rekaman di jakarta.
Tapi lagi lagi tapi guys, we don't have any money untuk rekaman. Harus jual tanah orang tua kah, nggak deh mending beresin kuliah saja, terus kerja. Mungkin jalan di musik mampet dan Allah Azza wa jalla tidak meridhoi.
Itulah langkah keputusasaan aku waktu itu ? No, always positive vibe. Rencana Allah Azza wa jalla more than better, yakin Insya Allah. Aamiin
Key pointnya adalah ketika anak punya minat dan bakat yang cukup menonjol dan dia menikmatinya bahkan mau berjuang belajar dan berusaha memberikan yang terbaik.
Berikanlah dia apresiasi, dukungan dan arahan sehingga dia akan menjadi orang hebat di kemudian hari. Jangan anggap sepele kemampuan anak, bisa jadi itu adalah benih kesuksesan dia di masa depan.