"Sahabat layaknya jemari,
Tidak akan sempurna menggenggam jika hanya satu sisi yang berdiri."
***
Hari ini, back to campus..
Kampus sudah terlihat sangat ramai. Mahasiswa yang hampir satu semester menghabiskan waktu di tempat kuliah pengabdian masyarakat mulai kembali beraktifitas dikampus. Mereka mulai mempersiapakan segala sesuatu menuju sidang skripsi.
Masa-masa akhir kuliah memang sangat melelahkan. Ada banyak program yang harus di ampu oleh mahasiswa. Terlebih hampir semua program dilakukan secara praktek dilapangan bukan lagi dikelas, sehingga menyita tenaga, waktu dan biaya yang tidak sedikit hanya untuk sekedar menyelesaikannya.
Dua bulan berlalu, liburan akhir semester pun berakhir. Rindu akan kampus tercinta mulai menyeruak diubun-ubun. Aku rindu dua sahabatku, Shireen dan Syifa. Hampir enam bulan berpisah dengan mereka membuatku sangat rindu. Biasanya kemanapun kami pergi selalu saja bertiga. Triple cookies begitulah kami menyebut nama persahabatan kami.
"Yasmiin!!"
Dari kejauhan terlihat dua orang gadis cantik memanggil-manggil namaku. Mereka berlari berhamburan, memelukku bergantian. Mereka terlihat ingin melepas kerinduan mereka setelah satu semester terpisah oleh jarak dan waktu. Shireen dan Syifa adalah dua dari sahabatku yang lain selain Dita. Hampir empat tahun aku bersahabat dengan mereka dalam suka dan duka. Disaat teman-teman lain banyak yang bubar, aku dan kedua sahabatku ini justru semakin menyatu dan kental. Sudah selayaknya saudara sendiri. Meski rumah kami berbeda kota, tapi itu semua tidak menyurutkan kami untuk tetap saling bersama.
Cut Syifa As-Shadiqa adalah sahabatku yang pertama. Aku mengenalnya tiga tahunan yang lalu, saat masa orientasi siswa baru dikampus. Dia adalah gadis cantik berdarah Indonesia-Malaysia. Dia terkenal sangat pandai dan ramah. Diantara kami bertiga, dia adalah yang paling tua usianya. Sehingga tak jarang dia selalu menjadi ice breaker diantara kami. Dia bisa menjadi sangat usil pada ku dan Shireen. Tanpa dia, Triple Cookies terasa sangat sepi karena celotehan dan keusilannya membuat triple cookies menjadi semakin berwarna.
Sementara Shireen Qotrun Nada Alaydrus adalah gadis berkebangsaan Arab. Dia sangat cantik dan feminim. Mata coklat, bibir merah dan hidungnya yang mancung membuat semua orang terpana melihatnya. Jarak usiaku dan usianya hanya sebulan. Jadi, tidak jarang jika keegoan kami sering sama. Tapi Syifa selalu menjadi pendamai diantara kami.
"Hei... lihat temen-temen. Nama Ferdian sama Rya in the gank udah masuk di daftar mahasiswa yang dapat pembimbing skripsi loh, kok nama kita belum ada ya?" Syifa terlihat mendikte pengumuman di mading kampus.
"Ya jelaslah, cantik. Kita kan masih wajib ikut SP alias semester pendek di dua mata kuliah," cetus Shireen
"What? Iya ya. Gegara pak Agus dosen Filsafat umum dan fisafat dakwah yang suka tidak masuk itu, nilai kita jadi C. Tamatlah riwayat kita temen-temen. Kita gak bisa ikut wisuda di bulan pertama nanti," Syifa tertunduk lesu, seolah kehilangan harapan.
Kami sempat memiliki masalah dengan salah satu dosen Filsafat. Beliau jarang sekali masuk. Padahal beliau mengampu dua mata kuliah sekaligus. Setiap minggunya kami hanya diberi beban tugas, sementara materi belum pernah tersampaikan. Walhasil pak Agus di keluarkan dari kampus sebagai tenaga pendidik. Dan kami semua mendapatkan nilai C didua mata kuliah, filsafat umum dan filsafat dakwah. kecuali beberapa kelas yang mata kuliah filsafatnya tidak diampu oleh pak Agus mereka bisa selamat dengan nilai yang stabil.
"Yah, kita bakal gagal dong jadi mahasiswa pertama yang ikut ujian."
"Bisa kok teman-teman, asal kita ngebut nyelesain semester pendek-nya, insyaAllah nilai kita cepat keluar dan pengumuman pembimbing kita juga bisa dimajukan," aku mencoba menenangkan kegalauan Syifa dan Shireen.
"Tapi, Yasmin, kamu tau sendiri kan, ikut SP itu melelahkan banget. Kita bakal makan tugas tiap minggunya SKS kita juga akan berkali-kali lipat dari SKS biasanya."
"Ya, itu resiko kita, Ren. Percaya sajalah, insyaAllah kampus akan ngasih kebijakan sama kita! Lagi pula bukan salah kita juga kan, kalau nilai kita jelek."
"Iya juga sih, ya udahlah kita semangat aja yuk ikut SP-nya sambil nyusun skripsi. Pokoknya kita buktikan sama Rya in the gank kalau kita bisa better dari mereka, semangat triple cookies!" Syifa menarik tangan ku dan tangan Shireen agar tetap optimis mengejar semester pendek.
"Ya udah guys kita fokus belajar buku filsafat aja yuk, biar kita cepet lulusnya," Syifa dan Shireen kompak mengeluarkan buku dari dalam tas mereka.
"Buku?" wajahku berubah panik mendegar kata buku, karena aku tidak melihat dua buku yang hampir setiap hari aku bawa. Dua hari terakhir aku juga tidak merasa memegang dua buku itu. Aku juga tidak melihatnya dirumah.
Aku kembali mengecek didalam tas, tapi tetap tidak kujumpai kedua buku itu. Apa mungkin di meja belajar, diloker perpus, atau mungkin di masjid Ar-rahman?
"Yasmin, kamu nyari apa?" Mereka saling bertatapan melihat kearahku yang mulai kebingungan.
Ah, aku benar-benar lupa. Terakhir kali aku merasa memagang kedua buku itu ketika dua hari yang lalu ngajar dimasjid Ar-Rahman. Aku seharusnya mendekap Al-Quran dan dua buku kan? Tapi, waktu Fadli dan Fadlan memanggilku aku hanya merasa mendekap Al-Quran. Berarti bukuku .......... ?
BERSAMBUNG..