Keesokan hari di kantor.
Wanita yang kutelepon semalam kini sudah berada di hadapanku, ia menunduk sambil mencengkeram jemari tangannya tak sanggup membalas tatapanku yang tajam.
"Aku senang akhirnya kau datang juga mempertanggung-jawabkan perbuatanmu," kataku memulai percakapan.
"Aku tidak punya pilihan lain, jadi, akan kuanggap kebaikan Mbak sebagai keberuntungan, serta, aku berterima kasih Mbak tidak mempermalukanku di hadapan orang ramai."
"Jangan buru-buru senang karena aku bisa aja berubah pikiran! jika kau sangat memperdulikan harga dirimu maka bekerjalah dengan baik," desisku, "Dan yang harus kau ingat adalah, jangan berani menemui suamiku lagi kalau kau tidak mau hidupmu hancur."
"Pertanyaannya ... Kenapa Mbak malah mengajakku ke kantor ini, bukankah itu akan lebih mendekatkan aku kepada Mas Derry."
Keberanian wanita ini harus diacungi jempol.
"Aku tidak peduli dengan itu, aku akan duduk diam dan melihat perkembangan kalian." Aku membuka map dan memperhatikan CV-nya.
"Apa yang harus aku lakukan di kantor ini apakah aku akan diberi posisi sebagai staf biasa atau posisi rendah seperti cleaning service?"
"Tidak. Justru aku akan memberimu pekerjaan yang sangat penting, kau akan menjadi asisten pribadiku yang mengikutiku kemana saja aku pergi."
Tentu saja mendengar kata-kataku dia mendadak pucat dan terus menerus menelan ludahnya.
"Aku tidak bisa melakukan itu Mbak," ujarnya sambil menggeleng geleng cepat dan langsung berdiri.
"Kalau begitu aku tidak punya pilihan lain selain melaporkan ke kantor polisi dan menyebarkan video memalukanmu ke sosial media," balasku mengancam.
"Mengapa kau memerasku dengan kejam...." Wanita itu frustasi sambil mendudukkan dirinya dengan kasar di depanku lagi.
"Karena kau sudah menyakiti hatiku dan menipuku bersama dengan suamiku."
"Mengapa hanya aku yang dihukum? hubungan kami terjalin karena kesepakatannya untuk bersamaku, bukan karena aku memaksanya."
"Lihat si jalang ini .... dia berani meninggikan suaranya, aku pasti akan menghukumnya," geramku sambil menatapnya dari atas ke bawah.
"Tolong jangan menekanku seperti ini." Ia memohon dengan wajah sedih.
"Ada pepatah yang mengatakan jika kau cantik dan kaya maka separuh dari masalah hidupmu akan hilang begitu saja. Tapi sayangnya, mau tidak kaya, jadi lakukan sesuai dengan perintahku!" ujarku sambil melangkah pergi meninggalkannya yang masih terbelalak dan terkejut dengan keputusanku.
"Tunggu ... apa yang harus aku lakukan? tanyanya frustasi sambil berusaha menyusulku.
"Duduk manis dan tunggu perintahku! kau dilarang meninggalkan ruangan ini."
"Bahkan sampai detik ini, aku tidak tahu alasannya mengapa aku tunduk padamu, Mbak," gerutunya membuatku tertawa.
"Berhentilah menggerutu dan jangan meninggikan suaramu, karena ini adalah kantor bukan pasar."
Ia kembali menjatuhkan diri di kursi dan aku bisa melihat dari pantulan kaca jika bibir lentiknya sedang mengomel pelan. Andai tidak ada hukum di dunia ini aku ingin sekali menusuk dadanya dengan gunting lalu mencabik-cabik nya hingga menjadi potongan yang kecil,. Dasar murahan.
***
Ruang rapat.
Tak kubiarkan sedetikpun wanita itu hilang dari mataku kecuali ke kamar mandi dia selalu mengikuti, termasuk di meja rapat kali ini.
Aku mengumpulkan para asisten dan staf penting serta ketua divisi untuk membahas skema proyek terbaru.
Dan tentu, aku memanggil Mas Derry sebagai manajer perencanaan untuk menghadiri rapat ini.
Ketika masuk, alangkah terkejutnya dia menemukan gundiknya berdiri tepat di belakangku mengenakan blazer dan rok ketat serta menunduk malu.
"Wa-wanda ... Firda ... kamu ...."dia terpana sambil menunjuk kepada wanita itu.
"Biasa aja biasa saja ekspresimu Mas, dia hanya staf biasa." Aku menyindirnya dan orang-orang tertawa kecil mendengar ungkapanku.
"Ya, silakan duduk semuanya, kita akan mulai rapat," ujarku mempersilakan.
Pacar gelap Mas Deri juga hendak ikut duduk namun belum sampai posisinya di kursi aku telah mencegahnya dengan cepat.
"Kata siapa kau boleh duduk?kau harus berdiri di belakangku dan mencatat setiap detil dari rapat ini dengan benar."
"Oh, Begitukah?" Ia gugup dan mendesah lemah lalu kembali ke posisinya sedang aku bersorak gembira di dalam hati.
Ini belum seberapa.
Rapat berlangsung dan kami membahas potensi bisnis dan jumlah modal serta estimasi keuntungan yang akan kita dapatkan. Wanita yang berdiri di belakang terus sibuk menulis tanpa henti dan aku tidak melepaskan perhatianku dari gesturnya dan gestur Mas Deri yang sejak tadi mereka saling melirik dan memberi kode
Usai rapat aku lalu memerintahkan kepada Firda untuk mengikutiku ke kantorku.
"Ikuti aku," suruhku dengan tegas.
"Boleh aku minum air sebentar?" tanyanya dengan tenggorokan yang terlihat seret.
"Aku akan meminta kepada office boy untuk mengantarkan segelas air!"
"Kalau begitu,.aku boleh ke kamar mandi?"
"Kau bisa ke kamar mandi didalam ruanganku."
"Sepertinya tidak akan elok dilihat oleh para staf yang lain," sanggahnya.
"Jangan membuat alasan sebelum aku menamparmu dengan draft yang kau pegang itu," desisku sambil melangkah pergi.
Biarlah diriku dinilai kejam dan tidak berperikemanusiaan, yang pasti aku akan membuatnya jera dan minta ampun karena telah menggoda suami orang.
*
Siang hari, di jam makan.
Jam dinding telah menunjukkan pukul 1 siang dimana ini adalah waktunya untuk beristirahat jeda makan dan beribadah.
Para staf telah meninggalkan meja masing-masing menuju kantin di lantai bawah, sedang aku masih sibuk di depan komputer dan memeriksa hasil catatan si Firda.
"Mbak bukankah ini waktunya makan siang?"
"Ini adalah kantor kau tidak boleh memanggilku sesuka hatimu, panggil aku dengan kata Ibu direktur."
"Baik, Ibu direktur, apakah aku boleh beristirahat makan siang?"
"Nanti setelah kau menyelesaikan susunan dan inti rapat tadi."
"Mengapa kamu mempercayaiku untuk posisi seperti ini, padahal aku bukan wanita yang punya basis ilmu manajemen atau akuntansi serta tidak berpendidikan tinggi."
"Kau begitu cerdik menggoda suami orang dan menyimpan hubungan gelapmu aku, yakin kau lebih pintar untuk perkara sepele seperti ini."
"Bagaimana, jika aku justru mengacaukan semuanya?"
"Maka aku akan memasukkan ke dalam penjara. Pastikan semua pekerjaanmu benar terutama sesuatu yang berhubungan dengan uang, pastikan tidak salah angka karena kalau salah aku akan menuntutmu sebagai penggelapan!"
"Aku tidak menyangka kau sangat kejam ibu Wanda."
"Aku bisa tumbuh sukses dan kaya karena bersikap tegas dan punya komitmen, ingat, kau hanya wanita rendahan yang sudah merusak kebahagiaanku jadi jangan coba-coba untuk bersikap ramah kepadaku."
Kali ini yang menundukkan pandangannya dan melanjutkan pekerjaannya tanpa mengatakan apapun lagi.
Dua puluh menit berlalu dari itu, tiba-tiba pintu ruangan dibuka oleh suamiku. Dia merangsek masuk dan langsung berdiri dihadapanku dengan nafas terengah-engah.
"Apa yang kamu lakukan dengan mendatangkan Firda ke kantor ini?"
"Mengamankan situasi."
"Apa maksudmu?"
"Jika Wanita ini 24 jam bersamaku maka dia tidak akan punya potensi untuk bertemu denganmu," jawabku.
"Tapi ini adalah bentuk eksploitasi terhadap tenaga kerja, kau bahkan tak membiarkannya makan."
Sempat-sempatnya dia membela gundiknya.
"Tutup mulutmu sebelum aku memintamu untuk mengganti uang yang kau gelapkan untuk membeli hadiah kepada pacar gelapmu ini, dasar kalian orang-orang sinting yang tidak punya malu!"
Plak!
Aku menggeplak wajah Mas Derry dengan map berisi kertas laporan dan ia nyaris tersungkur kaget.
"Keluar dari kantor ini karena aku sedang sibuk!"
"Mengapa kau mempermalukanku padahal aku adalah suamimu?"
"Sebelumnya aku tidak pernah mempermalukanmu, aku menerimamu apa adanya dan meninggikanmu layaknya seorang raja, tapi kau tidak tahu diuntung, maka aku akan memberimu pelajaran!"
"Dengan menyatukanku dengan Firda di sini?" Desisnya tak percaya.
"Ya, mau gimana lagi? bukankah kau gembira bisa bertemu dengannya setiap waktu, bukankah kau selalu merindukan wanita yang selalu membangkitkan sisi romantismu?"
"Ya ampun, mengapa kau selalu menyebut kata-kata memalukan itu ...."
"Dengar Wanda kau jangan sombong karena posisimu sebagai Direktur dan memegang banyak uang."
"Lebih baik begitu daripada menyombongkan diri jadi penipu! Kau tak canggung bersikap sok kaya dan pintar? dasar Tuman! Menjauh dari sini!"
"Aku tidak akan tinggal diam dengan perbuatanmu Wanda," ujarnya marah.
"Kau pikir aku akan tinggal diam dengan kecuranganmu? pria bodoh sepertimu tidak layak dikasihani dan kau Firda ... aku pantas menertawakanmu karena kau sudah ditipu oleh pria kere sepertinya."
Seketika kedua manusia ini benar-benar sangat malu dan terpukul mendengar ucapanku. Mereka pucat dan saling melirik lantas Mas Derry meninggalkan ruanganku tanpa mampu berkata apapun lagi.
Dan ya, waktu terus bergulir dan aku tidak akan membiarkan Firda menikmati sesendok makanan pun dari kantor ini. Aku mendengar bunyi perutnya yang keroncongan dan wajahnya yang mulai terlihat tidak enak kepadaku namun aku pura-pura tidak tahu saja, aku tidak peduli padanya.