Bertemu Suami Si Selebgram

Dituduh Pelakor Demi Konten 3

Aku merogoh ponsel dengan gemetar, mengambil video sepasang pengkhianat itu. Apa mereka kerja sama demi konten dan menjadikanku sebagai tumbal? Atau memang ada hubungan asmara? Entahlah, apapun itu, aku tidak terima perbuatan mereka. 

Selama ini aku tidak pernah begitu sedih dengan kemiskinanku, tapi saat ini aku merasa sangat sakit kalau tidak punya keluarga dan juga materi berlimpah. Aku tidak ada harganya bagi orang-orang yang buta mata hatinya. 

Doni tahu persis pahit dan sepatnya kehidupanku, tidak ada yang kusembunyikan. Namun dia tega sekali bekerja sama dengan Sarah, menjatuhkan harga diriku. 

Air mata terus bercucuran membasahi pipi dan maskerku. Aku menyimpan ponsel setelah mengambil video mereka. Kualitasnya kurang bagus karena ponselku yang sudah buram kameranya ditambah tangan yang gemetaran karena sakit fisik dan juga hati. 

Aku melangkah, masih bingung entah mau kemana. Uangku tidak cukup untuk menyewa kos untuk sebulan. 

Setelah lelah berjalan tanpa arah, aku duduk di emperan toko. Rasa lapar dan haus tidak lagi kuhiraukan. Aku harus dapat penginapan malam ini kalau tidak ingin menjadi mangsa para lelaki bejat. Kalau sampai aku jadi korban rudapaksa, tiada lagi hal yang bisa kubanggakan di dunia ini. Orang akan semakin mencaciku dan lebih parahnya aku bisa hilang kewarasan. Tiada orang yang mau meringankan dukaku. 

Aku masih bingung bagaimana caranya bisa bertemu dengan suami Sarah untuk membeberkan perselingkuhan istrinya sekaligus minta ganti rugi. Apa aku cari alamat Sarah saja dan mencari tahu tempat kerja suaminya?

Aku masih menimbang rencana kedepannya hingga merasakan ponselku bergetar. Kuraih dengan malas. Sejak tadi aku sudah menonaktifkan akun facebook-ku karena sudah diserang netijen. Pantas saja mereka langsung tahu akunku, padahal aku bukan orang yang terkenal. Ternyata Doni dalangnya. Ia tahu betul semua akun sosmedku. Namun, masih beruntung dia tak membeberkan akun WA-ku. Mungkin kurang asyik karena WA bersifat pribadi, sedangkan  di facebook, netijen bisa bebas mengomentariku. 

Ada pesan dari aplikasi bergambar telepon. Dahiku mengernyit. Pesan dari Pak Rayhan. Semalam kami sempat bertukar kontak untuk janji ketemu tadi. 

Aku was-was, Jangan-jangan dia mau mengancammu juga. 

[Maafkan perbuatan istriku, Mbak]

[Saya akan meminta Sarah membuat video klarifikasi dan permohonan maaf]

[Apa bisa kita bertemu?] tulisnya. 

Mataku berkaca-kaca membaca pesan Pak Rayhan. Ternyata dia pria yang bertanggung jawab. Baiklah, aku tak perlu mencarinya karena dia sendiri yang datang kepadaku. 

[Bapak memang harus tanggung jawab. Aku persis seperti buronan, tidak punya tempat tinggal dan takut ketemu sama orang. Aku takut dibully dan disakiti penggemar istrimu itu] balasku. 

Setelah centang biru, ia langsung menelpon dan mengatakan akan menjemputku. Dengan senang hati aku memberitahukan posisiku sekarang, tapi tetap dengan gaya bicara yang ketus. 

Sebagai seorang suami, dia telah gagal mendidik istrinya itu. Percuma tampan kalau ditindas istri. 

Tak menunggu lama, sebuah mobil merah berhenti di pinggir jalan. Ian membuka kaca mobil dan celingukan melihat sekeliling. Dia tentu tak mengenaliku karena pakaianku yang serba tertutup. 

Aku menyeret koper dan mendekati mobil. Kubuka masker dan kaca mata, barulah dia tahu kalau aku lah korban istrinya tadi. 

"Ayo cepat masuk," titahnya. 

Aku mengangguk dan meletakkan koper di kursi belakang, lalu duduk di sebelahnya. Aku tersenyum tipis, menghayal jadi istrinya. Sepertinya kami akan sangat pantas. 

Sudah lebih setengah jam, pria itu membawaku entah kemana. Aku semakin was-was. Bisa saja dia mau menculik atau melenyapkanku. Tapi rasanya tidak mungkin. Wajahnya yang teduh itu menyiratkan kalau dia orang baik. 

"Bapak tidak ingin menculik dan menodaiku, kan?" cecar ku, tak tahan menyembunyikan kecemasan. 

Pria berkulit putih itu menoleh dan tersenyum sekilas. Tampan sekali. 

"Buat apa aku menculikmu? Lebih baik aku menikahimu saja," balasnya. 

"Apaaaaaa?" pekikku. 

Tidak mungkin. Dia pasti hanya mau menggodaku atau telingaku yang salah dengar. 


Komentar

Login untuk melihat komentar!