-3-
Jangan lupa subscribe, ya. Biar tukang tulisnya semangat. Makasih

Matahari mulai terusir dari kota Jakarta. Berangsur lengser, sembunyi, lalu hilang di ufuk barat. Cakrawala dunia dari bumi jakarta pun menggelap. Bulan mulai menampakkan sinarnya. Ribuan binatang yang berkerlip itu mampu mempercantik langit yang tengah menghitam.

Kendaraan roda dua mulai memasuki pekarangan sebuah rumah. Setelah memarkir dan mengunci, si pemilik motor itu pun jalan menuju pintu utama. Sorot matanya menyisir halaman rumah yang terlihat kumis, tak terurus.

Dulu, keluarga kecil itu punya seorang asisten rumah tangga. Itu pun saat Reino masih bekerja di perusahaan. Roda hidup terus berputar. Kini, mereka tengah berada pada titik yang rendah. Sosok sang istri masih belum bisa menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada, meski sudah dua tahun Reino masuk dalam barisan ojek online.

Sampai dalam rumah, seperti biasa Meta sudah menunggu dalam rumah. Rasa penasaran akan isi dompet sang suami, membuatnya lupa akan etika yang ada. Wanita itu selalu merazia setiap saku baju, celana, jaket, bahkan isi dompet.

Setelah membersihkan diri, Reino jalan ke arah kamar, untuk mencium kening sang anak. Chelsea anak perempuan Reino itu sudah tertidur pulas. Usia bocah itu tiga tahun. Tak lama, Reino jalan keluar lalu duduk di sofa, samping Meta.

"Hari ini dapat seratus aja, ya, Bang?" Pertanyaan basa-basi itu kembali ia dengar.

Reino tak menjawab pertanyaan dari istrinya. Pria itu mulai bergerilya, karena hasrat yang sudah menyala. Ia meraih tubuh sang istri, lalu memeluknya erat. Sebuah ciuman pun mendarat di leher Meta. Gigitan kecil pun ia layangkan. 

"Abang, apa-apaan, sih?" Meta berusaha menolak perlakuan Reino.

Pria itu tak memedulikan penolakan dari istrinya. Reino mendesah kasar, untuk melawan fantasinya yang semakin liar. Jemari pria itu menyelusup masuk dalam baju, lalu berselancar pada bagian tubuh yang ia inginkan.

"Jangan kek gini napa, Bang!" Meta terlihat kurang nyaman dengan perlakuan suaminya. 

"Ayok lah, Met! Gue lagi tinggi, nih!" Reino berucap dengan nada yang tertahan. Lagi-lagi pria itu memburu bibir mungil yang ada dalam kuasanya.

Meta berontak. Wanita muda itu tak mau memberi kesempatan pada Reino untuk******bibirnya. Meta terlihat enggan melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri. "Jangan, Bang! Meta capek!" cegahnya. Meta pun beranjak dari tempat duduknya.

Sontak Reino memegang pergelangan tangan sang istri, lalu membimbingnya duduk lagi. Pria itu sudah tak bisa mengontrol nafsunya. "Ayok lah! Sebentar doang!" ucap Reino dengan sorot mata yang memelas, saat menahan rasa inginnya. 

"Meta capek, Bang!" Wanita itu berkata dengan nada sedikit membentak.

"Lo capek ngapain?" Kali ini Reino yang membentak istrinya. "Seharian lo kerja apa? Ngurus rumah? Gue lihat rumah berantakan dan nggak keurus. Apa gue pernah nuntut agar lo begini, atau begitu? Nggak, 'kan?" lanjutnya dengan nada yang makin meninggi. 

"Abang kira ngurus Chelsea nggak capek apa? Anak kita mulai aktif, Bang!" Suara Meta tak kalah kencang dari suara Reno.

"Ahhh!" Reino mengibaskan tangan, lalu mengalihkan pandangan. Pria itu mulai menundukkan wajah untuk mengendalikan keinginannya yang tertolak. 

Kalau sudah mengatasnamakan anak, Reino tak bisa berbuat banyak lagi. Pria itu berdecak berat. Lagi-lagi rasa inginnya ter-campakkan.

"Terakhir lo layani gue, kapan?" Kali ini suara Reino mulai melemah, tapi tajam.

"I--itu." Meta tergagap. Wanita itu sudah lupa kapan terakhir mereka bercinta.

"Lupa 'kan lo?" Reino menoleh ke arah istrinya. 

"Kek gituan ngapain dibahas, sih, Bang. Macam tak ada bahasan lain aja!" Meta menggerutu dan memilih mengalihkan topik pembicaraan.

"Bagus gue kerja di Bogor aja!" Reino menyandarkan badan, dengan ujung jari memijit area pelipis dengan pelan. 

"Gajinya banyak nggak, Bang?" Wajah wanita itu berseri saat menanyakan hal yang begitu sensitif.

Reino tak menjawab pertanyaan istrinya. Pria itu tengah berusaha menenangkan hati dan rasa pening yang tiba-tiba mendera. Sesekali, napas Reino berembus dengan kasar, untuk membuang bongkahan sesak yang menghimpit dada. 

Merasa pertanyaan yang ia lontarkan tak mendapat respon, Meta pun bangkit lagi dari tempat duduknya. "Kalau gajinya besar, kerja di sana aja, Bang. Biar Meta dan Chelsea di rumah." Setelah berucap demikian, Meta jalan ke arah kamar. 

Sontak Reino membulatkan mata. Pria itu sedikit tercengang dengan keputusan yang istrinya ambil. Reino sudah berusaha mengabaikan dan menekan niatnya untuk pergi ke Bogor. Namun ucapan Meta, mampu mengubah cara berpikirnya. Dia tak habis pikir, kalau Meta langsung memberikan lampu hijau, tanpa ia bujuk. Sorot mata pria itu terus tertuju pada punggung sang istri yang mulai masuk kamar.

"Lo sadar nggak, Met!" gumam Reino dalam hati. "Kalau gue ke sono. Gue pasti akan lebih gila lagi! Ah ...!" Pria itu mulai merebahkan tubuhnya pada sofa.

Sorot mata Reino mulai menerawang jauh. Pria itu tengah memburu sosok Sovia dan ingin menggapainya. Potongan-potongan kisah yang pernah terjadi antar mereka, mulai terputar dalam ingatan Reino. Kisah pengkhianatan, yang terasa manis. Kisah gelap, yang pernah mereka lakukan dalam kamar hotel.

Reino mulai mengambil ponselnya, lalu mencari nama Sovia dalam barisan nomer Whatsapp. Sorot matanya tertuju pada foto profil yang terpasang sebagai pengenal. Pria itu terus melihat foto sang mantan, untuk meyakinkan diri.

"Apa gue harus menerima tawaran lo?" gumamnya. "Sov, gue kangen!" Jantung pria itu berdegup kian kencang. Pikirannya kembali liar, saat mengingat sosok wanita berkulit putih mulus yang pernah ia nikmati. Sosok yang hadir kembali dalam khayalan. 

Reino meletakkan ponselnya di atas meja. Manik hitam itu mulai bergerak, mengiring hati yang tengah berkelana. Rumah yang dulu hangat, kini terasa dingin dan sunyi. Sang istri, sama sekali tak ingin ia jamah. Jiwa dan raga Reino, kesepian. Kisah cintanya bersama Meta, bagai terpatri dalam kotak hitam yang tak bisa ia sentuh lagi.

"Lo buat harga diri gue hilang, Met!" Pria itu mendesah kesal, dengan perasaan kecewa.

Bersambung .... 

Komentar

Login untuk melihat komentar!