sebal
Minggu pagi, 


Karena semalam aku masih bersedih mengingat kekasihku yang menduakanku, membuatku sepanjang malam tak kunjung memejamkan mata, aku kecewa dan terluka atas perlakuannya, tapi apa yang bisa kulakukan untuk membuatnya lebih terluka.

Ada geli juga mengingat sikap bastian yang tina-tiba kembali ke kodratnya ketika berhadapan dengan orang tuanya, lucu dan menggemaskan. Dia semalam mengaku dekat denganku dan entah apa yang akan terjadi padanya karena pengakuannya itu.

Tok tok ....

Pintu kamar di ketuk dan Mama datang dari balik pintu.

"Eh, eftita, ada ssahabat maama berkunjung lho," ucap Mama sambil menepuk pelan punggungku untuk membangunkan.

"Apa hubungannya sih, Ma. Sahabat mama denganku." Aku menggerutu padanya.

"Eh, sahabat Mama Tante Erni itu teman masa kuliah Mama, dia baik sekali, kebetulan mama semalam gak mengahadiri reuni jadi mreka sahabat mama yang pada datang ke sini. Jadi, dalam.kesemoatan ini, Mama mau kenalkan pada mereka anak gadis Mama uang selalu mama banggakan," ucap Mama antusias.

"Buat apa?" 

"Kali aja ada salah satu dari mereka yang punya anak bujang mau dijodohkan sama anak mama," balas Mama sambil berkedip-kedip mata.

"Ish, Mama emangnya aku sebegitu gak lakunya," sungutku merajuk.

"Cup! gak boleh ngomong gitu, ayo mandi, ada pemuda ganteng di bawah sana," bisik mama menggoda.

"Apa?"

"Iyaa ...  Mandi sana." Maka menutup pintu dan aku hanya berdecak malas. Enggan untuk berjumpa siapa pun. Tapi karena ini perintah mama, maka baiklah .....

Aku beringsut mandi dan menyiapkan diri, setelah rapi dan berdandan cantik, aku turun untuk menemui tamu-tamu Mama.

"Nah, itu anakku ...." Seru mama dan semua tamunya langsung menatap tertuju padaku.

Aku yang salah tingkah tiba-tiba terkesiap dengan pemuda bergaya oppa Korea di sundut sofa.

"Bastian ...."

"Eftita ...." Ia membalas sambil melambai dan tersenyum nakal. Menyebalkan!

"Lho kok, anak kita saling kenal ya, Er?" tanya Mama pada Tante Erni.

"Iya, Alhamdulillah, aku gak nyagka, semalam mereka udah ketemu sama aku, duh, ya Allah, berarti kita gak usah nunda-nunda lagi kan ya?" katanya antusias dan tentu saja ungkapan itu di aminkan oleh semua sahabat Mama yang lain.


Nyebelin!


"Eh, klo gitu mari kita bicarakan tanggalnya," ajak Tante Erni.

"Ayo, tentu saja," balas Mama gembira.

"Eh, ja-jangan Ma, nanti aja," cegahku.

"Ish, apaan sih kamu, mending kamu sama Bastian ngobrol di taman sana," suruh sama sambil mendorongku ke arah Bastian.

"Tapi Ma ...."

"Udah sana ...." Mama membeliakkan mata dan aku takut seketika.

Ha ha ha.


"Ngapain sih, lu mesti datang ke rumah gua?" Sungutku sambil menghempas diri ke sofa yang berhadapan langsung ke kolam renang.

"Ih kepedean deh, lu cyin, mana tahu kalo ini rumah elu, secara Eike kan cuma nganterin Mami," balasnya.

"Lihat tuh mereka ...." ucapku sedikit emosi, "ini gara-gara kamu semalam," kataku sambil mencubiti lengannya.

"Eh, aduh ... Sakit cyin ...," ringisnya, "kira-kira dong Cyin kalo mau nyubit, lecet tahu kulit skinkeran eike," katanya sambil meniup-niup belas cubitanku.

"Halah, batok kelapa lu," kataku ketus.

"Batok kelapa apanya, perawatan kulit Eike bisa jutaan biayanya cyin. Bandingkan nih,.kulit kita," katanya sambil mensejajarkan lenganya dengan lenganku.

Kugaplok keningnya dan dia tergelak seketika.

"Eh, busyet tenaga lu, kuat banget, situ serius wanita?" godanya.

"Dasar bencong."

"Gak.masalah, yang penting penuh cinta dan setia," jawabnya santai lalu meneguk jus jeruk miliknya.

"Bayangkan coba kalo kita beneran nikah," kataku.

"Ya biar aja," balasnya cuek.

"Aku gak suka sama kamu." Aku membuang muka.

"Eike juga gak doyan sama wanita setengah Mateng," balasnya.

"Elu sendiri Mateng?!" Nadaku meninggi.

"Ya, kalo.sama-sama mentah gak apa-apa kali jodoh," sambungnya.

"Enak aja," jawabku ketus.

"Idih, bikin gemas," godanya mnejawil daguku dan sontak kutangkap pergelangan tangannya dan kuputar ke udara.

"Adow .... Sakit, lu jadi cewe kasar amat sih, cyin. Ini udah kedua kalinya, lho ya," sungutnya manja sambil meniup tanganya.

"Ish!" Aku merinding.

"Jangan sok jijay, Cyin ntar Lo jatuh cinta."

"Eh, sori aja," kataku makin membuang wajah.

"Euluh ... Euluh syantik," katanya lalu tergelak sepuasnya.


Sebal!


Komentar

Login untuk melihat komentar!