Prolog
"Maaf, Tuan. Sa-saya hamil." Seorang wanita menyerahkan amplop putih, kepada pria yang tengah duduk di sofa. Wanita itu adalah Nilam.
"Apa! Kamu hamil." Pria itu cukup terkejut dengan pengakuan Nilam. Sementara dia hanya mengangguk.
"Lalu, urusannya dengan saya apa?" tanyanya pada dengan santai.
Nilam mendongak setelah mendengar ucapanku. "Apa, Tuan lupa. Kalau, Tuan sudah melakukannya terhadap saya."
"Lantas." Pria itu berdiri, lalu memandang wajah Nilam. Jujur, dia akui Nilam memang cantik.
"Tuan harus bertanggung jawab." Suara Nilam sedikit meninggi.
"Tanggung jawab, menurut saya tidak perlu. Kamu bisa menggugurkannya, mudah 'kan," ujarnya tanpa merasa bersalah.
Pria itu melihat mata Nilam sudah berkaca-kaca, Nilam juga terlihat tengah menahan emosinya. Jujur, dia kasihan dengannya, usia yang menurutnya masih muda, tapi harus hamil tanpa seorang suami. Ck, seorang Adrian Fahreza, tidak akan menikahi pembantunya sendiri.
Meski Adrian tahu, dia sudah melakukannya lebih dari lima kali.
Cantik, memang. Tapi statusnya yang hanya seorang pembantu, tentu saja membuat Adrian gengsi. Apa kata dunia, jika seorang pengusaha sukses dan terkemuka seperti Adrian, menikah dengan pembantunya. Sungguh tidak pernah dia bayangkan.
Adrian tidak tahu, apa yang akan Nilam lakukan setelah dia menolak untuk bertanggung jawab. Akankah Nilam menyerah, atau tetap bertahan?
Lalu, menurut Adrian pribadi, sampai kapanpun, dia tidak akan menikahinya. Meski Nilam tengah mengandung benih yang Adrian tanam. Mungkin untuk membiayainya dia sanggup dan mampu. Tapi untuk menjadikannya istri, no.
Login untuk melihat komentar!