Sudah dua hari lelaki itu tak datang. Selama itu juga aku resah menunggunya. Bukan sebab ingin bertemu, tapi hendak mengembalikan miliknya.
Aku khawatir ia sangat butuh uang yang ada di dompetnya. Sayang, di dalamnya tak ada identitas apapun. Hanya terselip satu lembar seratus ribu, dua lembar lima puluh ribu dan sisanya beberapa lembar uang yang warna hijau, ungu dan abu. Mungkin ini hasil kerja kerasnya siang dan malam. Kasihan kalau hilang, pasti ia kesulitan memenuhi kebutuhan hidup.
Bukan menghinakan, aku hanya melihat realitas tampilannya. Kemungkinan ia kuli bangunan atau pemulung. Ah, aku jadi iba mengingat ada yang lebih sulit dari hidup kami ternyata.
Kalau orang itu tak datang lagi bagaimana ini? Ke mana harus mencarinya. Tak ada informasi apapun tentangnya.
"Hei! Perawan ngelamum aja nanti kesambet cowok ganteng!"
Sapaan tiba-tiba dari seseorang membuat jantungku serasa mau copot. Terang saja aku langsung ngomel.
"Bang Riki bikin kaget aja. Kalau Mut pingsan gimana hayo?"
"Abang gendonglah, kesempatan bagus itu!" canda bang Riki, kakak pembimbing pramukaku sewaktu di SMU. Dia sekarang sudah jadi karyawan di perusahaan otomotif yang sama dengan om Arman.
"Makanya curhat aja sama abang kalau ada masalah, jangan melamun mulu!"
Pembicaraan kami terhenti saat dua wanita datang. Tentu aku langsung menghentikannya sebab yang sekarang masuk toko adalah Sinta dan Santi.
"Eh, ada abang Riki, tumben mampir?" sapa Santi dengan gaya sok lembutnya.
Aku tahu bahwa Santi emang naksir sama bang Riki. Dia sampai nekat pernah menyatakan perasaan pada lelaki itu, tapi ditolak dengan halus.
Saat kutanya kenapa menolak Santi, jawabnya gak suka cewek agresif dan sombong. Terus bilang sukanya sama aku.
Sejak bang Riki bilang begitu, aku langsung jaga jarak. Bukan karena tak suka padanya, tapi khawatir malah cari perkara sama Santi.
Jujur, bang Riki itu punya segala hal yang disukai wanita. Wajah good looking, mapan, enak banget dijadikan tempat curhat. Namun, aku sadar siapa diri ini. Apalagi ada Santi yang sangat terobsesi mengejarnya.
"Ya, ampun Mutia. Kasih minum atau tawarin kue dong bang Rikinya. Masa tamu spesial dianggurin. Kamu ini gimana, sih?" ungkap Sinta, adik Santi.
"I, iya, maaf!" ucapku. Kemudian tangan ini siap mengambil minuman dan beberapa kue.
"Eh, gak usah repot-repot, abang mau pergi, kok!" tolak bang Riki. Setelah berkata begitu, ia pun pamit.
Dengan jelas aku melihat raut wajah Santi dan Sinta berubah tak nyaman. Sepertinya mereka kesal sekali. Nah, itu artinya aku harus siap siap mendengar omelan panjang kali lebar.
"Oh, jadi gini, ya kerjaan kamu. Godain cowok. Dasar gatel!" tuduh Sinta setelah bang Riki tak tampak lagi punggungnya.
"Pantas saja keuntungan usaha makin turun. Ini kudu dilaporin sama mama!" timpal Santi.
Aku diam tak menanggapi omelan mereka. Percuma juga bicara dan membela diri di hadapan orang yang jelas-jelas mencari kesalahan. Meski telinga ini panas, tahan saja, nanti juga berhenti kalau sudah capek.
"Udah, Sin mending segera cari gaun pesta. Bisa-bisa waktu kita habis ngomel sama batu!" ujar Santi setelah mereka puas menumpahkan kata-kata kasar padaku.
Pesta apalagi coba? Mereka senang banget hura-hura, ikut pesta sana-sini menghabiskan uang orang tua. Malah sering menuntut untuk membuat acara tak jelas.
Kadang aku kasihan dengan om Arman yang kerja siang malam demi memenuhi gaya hidup high anak dan istrinya. Mereka benar-benar seperti pengisap darah saja. Kalau belum habis, belum berhenti mengisap jiwa om Arman.
"Gaunnya harus yang cetar, Sin. Secara ini 'kan ulang tahun perusahaan tempat papa kerja. Pasti ada bos-bos konglo!" seru Santi pada gadis yang juga sama tetlihat antusias. Kedua mata mereka berbinar-binar seperti lampu jalan saat cuaca menjadi gelap.
"San, pasti bang Riki juga hadir di sana. Dan, eh katanya dia dapat penghargaan sebagai karyawan terbaik. Malah bakal menempati posisi asiten manajer. Itu sih yang aku dengar dari obrolan papa semalem!"
Mendengar bang Riki akan najk jabatan, aku sungguh bahagia. Dia orang baik, jujur dan beretos kerja tinggi. Sangat pantas kalau cepat naik pangkat.
"Alhamdulillah bang Riki naik pangkat," kataku refleks.
Akibatnya Santi dan Sinta menghentikan obrolan. Mereka menoleh padaku dengan mata mendelik.
"Eh, benalu, maksud lo apa ngomong gitu? Lo masih ngarep dia bakal nembak dan lo hidup senang gitu? Kalau ngehalu jangan kejauhan, nanti gila!" ledek Santi. Setelah itu keduanya tertawa puas.
Seperti biasa aku biarkan saja mereka mau ngomong apa juga. Mungkin, karena sudah biasa dengan kata-kata busuk dari mulut-mulut itu. Jadi, hatiku kebal.
"Kalau papa ngajak kamu ke pesta, awas ya jangan mau. Kamu harus nolak. Malu-maluin tahu kalau kamu datang bersama kami!" ancam Sinta.
Siapa juga yang mau datang ke pesta itu? Lagipula aku tak memiliki gaun pantas untuk hadir di acara tersebut. Di sana bukan tempatku. Keadaannya tak akan nyaman sebab tante dan sepupuku pastilah tidak setuju.
*
"Mutia, malam minggu kamu ikut, ya ke pesta ulamg tahun perusahaan!" pinta om Arman saat makan malam.
"Kayaknya enggak bisa deh, Om. Aku ada kerjaan!" jawabku cepat sebelum mata anak-anak om Arman menyorot tajam.
"Kerjaan apa? Emang kamu kerja malam minggu? Mah, emang Mutia masih kerja di toko kue malam minggu?" tanyanya pada wanita yang sekarang mendelik padaku. .
"Maksudnya malam minggu aku mau menyelesaikan setrikaan, Om. Bukan kerja di toko!" tangkisku cepat. Gawat kalau mereka sampai murka sebab aku salah bicara.
"Oh, setrikanya nanti saja. Kamu tetap harus ikut ke pesta tersebut. Om ingin mengenalkan kamu juga pada bos dan teman-teman om.
"Menurut mama, Mutia gak usah ikut. Dia pasti capek karena sudah mengerjakan kerjaan rumah dan jaga toko siangnya. Kasihan Pah, Mending Mutia istirahat!" cetus tante Selvi. Tampak sekali wanita ini tak ingin aku pergi.
Kadang, aku tak habis pikir mengapa mereka sebenci itu pada saudaranya. Padahal aku di sini tak gratis. Harus mengerjakan seluruh pekerjaan rumah tangga plus jaga toko yang dibayar semaunya.
"Papa sudah putuskan, Mutia ikut ke pesta. Besok kamu beli gaunnya, ya, Mut!"
*
Pembaca yang beruntung dapat pulsa 10K adalah Prita 1705 Silakan hubungi no 081261934594
*
Bagi yang belim berutung, masih ada kesempatan, kok untuk dapat pulsa 10K
*Folow akun HaninHumayrohumayro *Subscribe, rate 5 dan komen cerita ini (bab 3,4,5) *Subscribe semua novel saya di sini *Pemenang diumumkan di bab 6
Yuk, baca juga novel seru lainnya!
*SUAMI PENDUSTA *BANGKRUT SAAT SELINGKUH *TERLANJUR NYAMAN *ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT *CINTA SANG PILOT *STRONGER WITH YOU *CALON MANTU KYAI *LOVE YOU FISABILILLAH *DUDA MENTERENG *SENTUHAN SATU MALAM *DIMADU PASCA MELAHIRKAN *PENGANTIN BELIA *GADIS BELIA DAN BAYINYA *BOS KILLER *SELEPAS TALAK TIGA *PEMBUNUH SUAMIKU