GAUN DARI TUAN
Pria tegap itu menghampiri dengan langkah tak lambat, juga tak cepat. Gaya berjalannya mirip dengan mafia di film Hongkong yang dulu suka kutonton.

Kakiku tiba-tiba gemetar saat pria itu telah hampir dekat. Apalagi saat netraku beradu dengan tatapan serupa rajawali mencari mangsa. Aku tak dapat menebak apakah pria itu akan berbuat baik atau jahat sekarang.

"Mengapa tak bergabung dengan orang-orang di dalam ruangan? Apa tak ada yang membuatmu tertarik di sana?" tanyanya lagi. Ia sepertinya tak suka kalau pertanyaan tak dijawab. Karena itu terus melempar pertanyaan yang sama.

"Tidak, eh, iya, eh tidak. Aduh, maksudnya!" 

Gawat, kenapa aku begitu grogi. Ayolah Mutia tenangkan diri. Dia itu manusia bukan monster

"Saya juga tak suka keramaian pesta, membosankan!" terangnya. 

Lelaki itu meletakkan satu tangannya pada pagar balkon. Lalu menghadapkan badan padaku. Kami jadi berdiri dalam jarak dekat sekali. Risih, aku ingin menjauh, tapi kaki ini tak mampu digerakkan.

Untuk sekian detik aku tahu pria itu tak mengedipkan pandangan saat menatap wajah ini. Tentu saja itu membuat posisiku makin salah tingkah. Tiba-tiba tengkuk menjadi basah. Ingin menyekanya, tapi tak jua dilakukan. 

Perasaan sedih akibat kelakuan buruk Santi dan Sinta seakan tak pernah datang. Sebab kini telah berubah jadi kegugupan tingkat tinggi. 

Untunglah keadaan ini tak perlu berlangsung lama. Lelaki yang datang bersamanya tadi, kini menyapa kami.

"Maaf, Tuan, Anda dicari orang-orang!"

Pria itu menjawab iya tanpa menoleh pada orang yang memanggilnya. Matanya tetap fokus padaku. Setelah terjeda oleh helaan napas, ia berkata, " Ayo kita ke ruangan!"

"Oh, eh silakan Anda saja, saya tetap di sini!"

Kaki pria itu urung melangkah saat mendengar jawabanku. Ia kembali menatap lekat kali ini dengan raut yang dipenuhi keheranan. Jelaslah aku tak bisa kemabli ke sana dengan gaun robek. Bisa-bisa jadi bahan tertawaan.

"Ada masalah?" tanyanya kemudian.

"Tidak, eh iya, eh tidak eh!"

"Masalah apa?"

Karena terus didesak, aku akhirnya mengatakan apa yang terjadi. Di luar dugaan, pria itu ternyata tidak terbelalak. Ia malah beraut datar saat kuperlihatkan sobekan gaun.

"Perintahkan anak buahmu membawakan gaun pesta seukuran nona ini. Aku beri waktu lima belas menit!" perintahnya tiba-tiba pada lelaki yang memanggil barusan. Melihat gaya memerintah seperti itu, aku menebak dia orang yang tegas, serius dan tak suka dibantah. 

"Baik, Tuan!" jawab pria yang kemungkinan adalah bawahannya. Terlihat dari sikap hormat dan cepat tanggap atas sebuah perintah. Tanpa bertanya lagi, lelaki yang juga memakai jas itu segera undur diri. 

Malah aku yang ternganga mendengar ucapan kilat pria ini. Mengapa dia melakukan itu padahal kami tak ada hubungan apa-apa. Kenal saja baru sekarang.

Belum sempat aku bertanya, ia sudah mendahului bicara, "Tunggu saja di sini. Jangan ke mana-mana. Aku nanti kembali! Namamu?"

"Mutia Sukmawijaya, panggil saja Mutia!"

Aku seperti dihipnotis hingga menurut saja pada perintahnya. Meski kaget setengah mati akan pertolongan tak disangka, aku hanya bisa diam sebab bingung juga harus bagaimana.

Ya, sudah, semoga gaun dari tuan itu akan cepat datang. Lumayan pegal juga kalau harus berdiri di tempat ini lama-lama. Tak mungkin juga masuk dengan kondisi gaun sobek cukup panjang.

Meski di balik gaun ini memakai pakaian lagi, tetap saja malu tampil di hadapan manusia dalam keadaan begitu. Aku pun tidak bisa menghubungi Selly sebab tak bawa HP. Sengaja benda itu disimpan sebab keadaannya sudah kritis. Takut kalau jatuh di pesta ini akan membuat malu om Arman. Masa iya keponakannya memiliki ponsel buruk rupa.

Kumanfaatkan waktu menunggu ini dengan menikmati langit malam. Di sana ada bulan yang sudah tidak purnama. Meski begitu, cahayanya tidak kalah dari gemintang yang bertaburan di sekelilingnya.

Ingatanku kembali pada tuan tadi. Mengapa aku merasa dia memiliki kemiripan dengan bang Brewok. Suaranya khas begitu, berat dan seperti tertahan. Sorot matanya juga sama, tajam seperti hendak menguliti lawan bicara.

Ah, tapi tak mungkin. Jelas sekali status ekonomi mereka jauh berbeda. Bang Brewok tergolong ekonomi bawah, sementara tuan tadi sultan banget.

Ah, entahlah!

*

"Maaf, Nona ini gaun yang dipesan tuan untuk Anda! Silakan dipakai. Setelah itu beliau akan menjemput Anda!" 

Lelaki yang sebelumnya menemui kami, kini datang lagi. Ia menyodorkan tiga buah tote bag. Awalnya aku ragu untuk mengangkat, tapi karena pria berambut klimis itu tak menarik tangannya, aku ambil juga.

"Toilet paling dekat ada di sebelah kiri pintu masuk, Nona. Silakan!" silanya sambil mengarahkan telapak tangan ke arah pintu penghubung antara ruangan dan balkon. Aku berlalu setelah mengucapkan terima kasih padanya.

Di toilet aku bergegas mengganti pakaian dengan gaun yang ada di tote bag. Aku ingin cepat-cepat kembali ke ruangan sebab takut Selly panik kehilangan saudaranya ini dalam waktu lama. Khawatir juga om Arman tahu dan akhirnya jadi gaduh.

Ternyata tak hanya tas yang diberikan tuan itu. Ada clutch dan heels senada di dalam tote bag yang kedua dan ketiga.

Sumpah, seumur-umur baru memakai benda-benda semewah ini. Sepertinya harganya sangat mahal. Tak mungkin aku pribadi bisa membeli barang-barang ini.

Sebenarnya aku tak enak menerima pemberian dari orang asing. Namun, karena tak ada pilihan lain, aku harus melakukannya.

Setelah memastikan dandanan pas, aku memoles wajah dengan bedak yang diberikan Selly beberapa hari lalu. Bibir juga diberi bubuhan lipglos berwarna soft.

"Oke, siap Cinderella!"

Aku menutup mulut dengan satu tangan agar tawa tak kencang. Lucu juga mengalami nasib seperti upik abu di dalam dongeng anak-anak masa lalu.

Untung saja jantungku tak copot saking kaget melihat siapa yang berdiri menunggu di depan toilet. Dia tuan yang memberi gaun ini menatapku kembali tanpa kedipan.

"Te, terima kasih atas gaunnya. Ini indah sekali," kataku tanpa berani membalas tatapan itu.

"Namamu sudah diumumkan sebagai orang hilang, ayo cepat kita ke sana sebelum terjadi kegaduhan!"

*

Adaaaw dibawa pangeran, neeeh! 

Yuk, aaah lanjooot!

*


Yuk, baca juga novel yang gak kalah gemesin! 

*SUAMI PENDUSTA 
*BANGKRUT SAAT SELINGKUH 
*TERLANJUR NYAMAN 
*ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT 
*CINTA SANG PILOT
*STRONGER WITH YOU 
*CALON MANTU KYAI 
*LOVE YOU FISABILILLAH 
*DUDA MENTERENG
*SENTUHAN SATU MALAM
*DIMADU PASCA MELAHIRKAN 
*PENGANTIN BELIA
*GADIS BELIA DAN BAYINYA
*BOS KILLER
*SELEPAS TALAK TIGA
*PEMBUNUH SUAMIKU
*BELAHAN JIWA SALSABILA