Marahnya seorang Ibu
Suamiku yang selingkuh, Ibu mertuaku yang mengamuk 

Bab 2

"Lepaskan aku wanita tua, kau tidak tahu siapa aku?" ujarnya membuat ibu mertuaku semakin berang.

Ibu melepaskan tarikannya pada rambut wanita tersebut, lalu mendorongnya kembali, dengan keras, hingga wanita itu terhuyung ke belakang.

"Ayo kita pulang, Lan,  sepertinya, kita tidak perlu lagi memberinya kejutan" ujar Ibu seraya mengajakku pergi, untuk meninggalkan tempat itu. Namun baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba ibu berhenti lalu berbalik kearah Mas Adit. 

"Serahkan dompetmu, CEPAT!" ujar ibu yang masih menyimpan kemarahan.

Dengan berat hati Mas Adit menyerahkan dompetnya yang langsung di ambil semua isi serta kartu ATM nya, tak lupa ibupun merampas kunci mobil yang ada di saku Mas Adit. 

"Bu,.... " Mas Adit sepertinya ingin memohon tapi ibu sama sekali tidak menggubrisnya. 

"Ibu tunggu kamu di rumah malam ini, jika kamu tidak datang, kamu tahukan, apa yang bisa ibu lakukan?" ancamnya sambil menatap sinis kearah Mas Adit dan selingkuhannya itu. 

Belum hilang rasa terkejutku karena pengkhianatan suamiku, Eh.... Malah ibu yang membuatku jantungan, karena memukuli suamiku dan selingkuhannya.

"Kamu tidak usah menangisi laki-laki macam itu" ujar ibu sambil memegang tanganku, mengajakku meninggalkan tempat itu saat ini juga. 

"Bu, kembalikan kunci mobil Adit, jika ibu  mengambilnya,  Adit pulang naik apa?" ujar Mas Adit mengikuti langkahku dan ibu. 

"Minta gendong sana, sama selingkuhanmu" ujar ibu dengan nada mengejek. 

"Yang, gimana ini, masa kita tidak jadi belanja, terus pulangnya naik apa?" wanita itupun berlari untuk menyusul suamiku. 

"Mas nggak tahu, Yang"

Ya tuhan, ternyata benar suamiku berselingkuh, buktinya mereka saling memanggil sayang. 

"Yang, Yang, entar dikira orang Mendiang" Cerocos ibu mertuaku membuat keduanya terdiam sejenak.

Mas Adit sama sekali tidak ingin menatapku, apakah itu karena dia merasa bersalah, atau memang aku tidak pernah ada dihatinya. 

"Mas, apa kau tidak ingin meminta maaf padaku?" ucapku sambil menatapnya penuh kesedihan.

"Wulan, maaf kan Mas, karena menyakiti perasaanmu"

"Kok minta maaf sih,  Mas?" protes wanita yang menjadi kekasih suamiku itu. 

"Sudahlah Lan,  kita pulang saja, biarkan saja pengkhianat dan penggoda ini bersama,  secara Ulat bulu jodohnya Buaya buntung"

"Kok ibu memojokan Mas Adit sih, harusnya kan ibu mendukungnya, karena dia anak kandung ibu, sementara wanita itu, dia hanya wanita yang kebetulan harus di nafkahi"

Plak

Plak

"Berani sekali kau mengajariku, apa kau pikir, aku ini ibu mertua yang ada di kabe_em?, anak berbuat salah, aku mendukungnya?"  ujar mertuaku tidak terima.

"Sudahlah Bu, jangan memarahi Henny, karena kami saling mencintai"

Bugh...... 

Satu pukulan mendarat di perut suamiku

"Ibu tega memukulku?" Ucapnya sambil meringis kesakitan.
Tampak Mas Adit memegangi perutnya, sepertinya pukulan ibu cukup kuat. 

"Kamu bukan anak ibu lagi, ibu akan mencoret namamu dari ahli waris"

"Nggak bisa begitu dong, Bu, Mas Adit itu....... "

"Kamu ini seperti nya nggak pernah di ajari,  bagaimana caranya berbicara dengan orang yang lebih tua" .
Tiba-tiba ibu meremas mulut Henny lalu menjejalnya dengan sapu tangan, membuatnya kesulitan berbicara.

"Bu... "

"Jangan panggil aku ibu, selama kau masih, menjalin hubungan dengannya"

Ibu segera menyeretku untuk mengikuti langkahnya, sementara Mas Adit, Aku lihat dia sedang membantu kekasihnya untuk merapikan diri setelah tadi di hajar ibu. 

"Menangislah, jika kau merasa kecewa"

Akhirnya pertahankanku pun luntur juga, air mata yang sejak tadi kutahan kini mengalir deras membasahi pipiku. 
Tega banget Mas Adit mengkhianatiku, ketika aku sedang mengandung anaknya, buah cinta kami berdua.

"Ibu juga kecewa dengan Adit, Lan" ujar ibu mertuaku yang ternyata kini ikutan menangis. 

"Tapi kita tidak boleh sedih karena perbuatannya, Ibu akan membalaskan sakit hatimu, Lan"

"Kita mau kemana,  Nya?" Tanya sopir pribadi sambil menoleh kearah kami. 

"Mampir sebentar ke tukang es campur, Dik"

"Baik, Nya"

"Kita nggak langsung pulang, Bu?"

"Tidak usah, pasti anak kurang ajar itu ingin menyusul kita di rumah, enak saja dia mau minta kembali, fasilitas yang di berikan padanya, lebih baik kita bersenang-senang"

"Baiklah"

"Kamu jangan sampai terpuruk karena Adit, Lan, kasihan bayimu jika kau menangis terus, perasaanmu akan berpengaruh pada tumbuh kembang janinmu"

"Wulan akan coba, Bu"

"Ibu yakin, kamu pasti bisa"

Lalu ibu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang yang ternyata satpam yang menjaga rumahnya.

"Jangan biarkan siapapun masuk rumah, tanpa seizinku dulu, kecuali suamiku! " perintah Ibu pada seseorang disana.

"Ibu telepon siapa?"

"Ibu telepon Dian, Satpam yang bertugas menjaga rumah Ibu, oh ya Lan, kamu nanti pulang kerumah ibu aja, mulai hari ini kamu tinggal di sana, ibu khawatir Adit memperlakukanmu dengan kasar, karena perselingkuhannya terbongkar"

"Status Wulan masih istri mas Adit, Bu, sudah seharusnya kan istri ikut suami?"

"Itu kalau suaminya setia, kamu masih mau tinggal bersamanya?"

"Enggak Bu, hati Wulan telanjur sakit"

"Kalau begitu, kamu setuju kan tinggal bersama Ibu, Ibu janji akan memperlakukan mu, seperti ibu memperlakukan Anisa, putri ibu"

"Baiklah, jika itu keinginan ibu"

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang, hingga akhirnya berhenti di tempat tujuan, yaitu Es Campur Nusantara, tempat nongkrong favoritnya ibu. 

"Bu, disini!" teriak seseorang sambil melambaikan tangannya.

"Anisa?" ucapku menatap heran kearah Ibu. 

"Ibu sengaja mengajaknya, biar ada teman bercerita dan berbagi"

Aku dan Ibu pun segera menghampiri Anisa, yang sudah terlebih dahulu memilih tempat itu.

"Jadi benar, kak Adit berselingkuh?"

Aku menjawabnya dengan menganggukan kepalaku.

"Maunya laki-laki seperti itu, di kirim jadi sukarelawan percobaan vaksin aja, Bu, kalau berhasil lumayan uangnya untuk kita, kalau gagal, bisa mengurangi jumlah populasi buaya darat".

"Ibu setuju dengan pendapatmu"

"Nanti kalau Nisa bertemu kak Adit, pingin Nisa tonjok wajahnya sampai tidak di kenali"

"Ya sudah, nanti malam kamu ikut ibu pulang ke rumah, kamu ibu izinkan menghajarnya, itupun kalau dia berani datang"

"Sabar ya Mbak Wulan, laki-laki kayak gitu cocoknya di hempaskan saja"

*****

Jreng.... Jreng.... 
Kok bisa ya ibu dan Nisa ingin menghajar Adit?