Suamiku yang selingkuh, Ibu Mertuaku yang mengamuk
Bab 6
"Kamu nggak usah takut, Nak, dengan ancaman Adit, Ibu punya cara untuk menghadapi anak durhaka itu"
"Tapi Wulan takut, Bu, gara-gara Ibu dan Bapak membela Wulan, Mas Adit akan memenjarakan semua keluarga disini" ucapku dengan nada cemas.
"Zahra, lakukan saja apa yang ingin kamu lakukan" ucap bapak memberi perintah pada menantu pertamanya itu.
"Baik Pak" ucap Mbak Zahra lalu bergegas pergi meninggalkan kami semua.
"Aku ikut denganmu, Ra" panggil kak Romi lalu menyusul istrinya, kemana kak Zahra akan pergi?
"Kamu tidak usah mengkhawatirkan mereka, Nak, Zahra tahu tindakan apa yang harus di ambilnya, apalagi Romi bersamanya"
Tiba-tiba ponselku bergetar, pertanda ada yang menghubungiku, lalu melihat layar, nama kontak Mas Adit yang memanggilku.
"Mas Adit, Bu" ucapku mendadak ketakutan, aku takut dia akan memakiku, lalu mengancamku.
"Angkat saja Nak, tapi hidupkan loudspeakernya" titah bapak yang langsung kuangguki.
"Iya, Mbak, kami juga ingin mendengar apa yang dikatakan Mas Adit pada, Mbak" ucap Anisa menimpali.
(Hallo, Mas) jawabku sedikit gugup
(Hei wanita kampungan, hasutan apa yang kau berikan pada orangtuanya Mas Adit?!")
Ternyata Henny yang menghubungiku, menggunakan ponsel Mas Adit.
(Aku tidak pernah menghasut Ibu maupun Bapak) ucapku sedikit lirih
(Halah, Maling mana ada yang mau ngaku, pasti kamu kan, yang mengajak ibu pulang dari Bali, supaya bisa memergoki kami) tuduh Henny dengan suara melengking.
Bagaimana bisa dia menuduhku seperti itu, sementara aku baru tahu kalau Mas Adit berselingkuh dengannya pada saat itu juga, dimana aku dan Ibu berencana ingin memberikan Mas Adit kejutan, tapi justru aku dan Ibulah yang di kejutkan.
(Kenapa kau diam saja, berarti benarkan kau yang merencanakan semua ini, karena ulahmu Mas Adit di usir oleh keluarganya)
(Aku tidak tahu apa maksud ucapanmu, yang jelas aku tidak pernah menghasut keluarga ini, untuk membenci Mas Adit)
(Sudahlah, Wulan, kau tidak usah mengelak, pura-pura polos dihadapan orangtuaku, padahal ingin menguasai mereka kan?)
(Astagfirullahaladzim)
(Nggak usah sok Iqstifar deh kamu, dasar anak yatim nggak tahu diri, udah syukur aku mau nikahi kamu, biar derajat sosial kamu berubah, tapi seperti ini balasanmu, cepat kembalikan kunci rumah kepadaku, antar sekarang juga, jika tidak....)
(Jika tidak apa, Anak durhaka, seperti ini kelakuanmu rupanya) ujar ibu mengambil alih ponsel di tanganku
(Kenapa Ibu yang menjawab, aku kan sedang berbicara dengan Wulan, aku ingin dia mengembalikan rumah ini padaku, karena dia bukan istriku lagi)
(Enak saja kalau ngomong, sejak kapan itu menjadi milikmu, rumah itu sudah diberikan Bapak untuk Wulan, bahkan sertifikatnya pun atas nama Wulan)
(Bapak dan Ibu tidak adil padaku, aku yang anak Ibu dan Bapak, bukan wanita pembawa sia* itu) teriak Mas Adit membuat bapak menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Dasar Anak tidak tahu diri!" umpat Kak Dimas berusaha menahan kemarahannya, aku dapat melihatnya, karena kak Dimas mengepalkan tangannya dengan kuat.
Mbak Dea yang mengetahuinya pun, berusaha menenangkan kak Dimas, dengan cara mengusap punggungnya dengan lembut.
(Ibu dan Bapak hanya memberimu pelajaran, bukankah itu akibat perbuatanmu sendiri, siapa yang menyuruhmu untuk berkhianat)
(Adit benci Ibu dan Bapak, Adit benci kalian semua)
(Lalu kau mau apa?)
(Berikan harta warisan kalian semua pada Adit, lalu usir Wulan dari keluarga kita, izinkan Adit menikah dengan Henny)
(Tidak akan, sepeser pun, kami tidak akan memberikannya, kau bukan lagi anak Ibu) ujar ibu dengan penuh kemarahan.
(Baiklah,jika kalian tidak bersedia melakukannya, aku akan menuntut Ibu dan Bapak ke Polisi, aku akan buat tuntutan, dengan kasus penganiayaan dan pengeroyokan, biar kalian semua mendekam di penjara) ujarnya berapi-api.
(Coba saja kalau bisa, karena kami sudah menyiapkan kejutan untukmu dan ja**ngmu itu) ejek Ibu dengan seringaian kecil.
(Udahlah, Mas, tuntut saja mereka semua, kita minta bantuan om Gunawan, keluargamu itu tidak punya pikiran, masa lebih membela orang asing ketimbang anak sendiri) hasut Henny pada Mas Adit yang bisa kami dengar.
"Dasar Pela**r murah**, tahunya menghasut suami orang, Mas Adit juga bodoh, kok bisa-bisanya tertarik sama perempuan model begitu?" ucap Anisa yakin ikutan emosi mendengarnya.
(Aaarg, mau apa kalian, jangan berani.....)
Terdengar jeritan Henny, lalu panggilan pun terputus.
Apa ya terjadi pada mereka, kenapa Henny tiba-tiba menjerit?, apa mereka dalam bahaya?
Ting.
Ponsel Bapak berbunyi, sepertinya ada pesan yang masuk, karena bapak langsung menatap benda pipih itu.
"Zahra berhasil melakukannya" ucap Bapak sambil tersenyum, sepertinya bapak bahagia mendapatkan kabar dari Mbak Zahra, karena nama Mbak Zahra lah, yang di sebut bapak.
"Memangnya apa yang dilakukan Mbak Zahra, Pak?" tanya Anisa mewakili, keingintahuan ku.
"Zahra menemui pamannya yang seorang polisi, dia meminta pamannya, untuk menangkap Adit dan teman wanitanya itu, Zahra memang nggak bisa di anggap remeh, menantuku yang satu itu memiliki banyak koneksi" ujar bapak membanggakan Mbak Zahra, ada rasa sedikit iri dihatiku pada Mbak Zahra,karena dia bisa meringankan masalah di keluarga ini, sementara aku, tidak dapat berbuat apa-apa selain hanya menghibur Ibu.
"Apa Mas Adit akan masuk penjara, Pak?" tanyaku ingin tahu lebih lanjut
"Tergantung tuduhan apa yang dijatuhkan padanya, Zahra hanya meminta pamannya untuk menahan Adit, dengan tuduhan pengrusakan, atau Wulan bisa menambahkan dengan tuduhan perzinaan?"
"Anisa setuju dengan usulan bapak"
"Ibu juga, Nak"
"Kami akan mendukungmu, Lan, jika kau ingin melakukannya" timpal Mas Adit yang membuatku merasa terharu
"Bibik juga setuju, Pak Adit berubah jahat, bibik tadi ketakutan, melihat Pak Adit mau melempar non Anisa dengan vas bunga" ujar bibik Yum ikut-ikutan.
"Tadi Mas Adit mau melempar Nisa dengan vas bunga, kok nggak ada yang bilang sama Wulan, Bu?"
"Kami tidak mau membebani pikiranmu, Nak, yang terpenting sekarang, jaga kandunganmu dengan baik" ujar Bapak dengan sikap bijaknya.
"Bagaimana kalau kalian, menginap juga disini, kita menunggu kabar dari Zahra dan Romi" tanya Bapak ya diarahkan ke kak Dimas dan Mbak Dea.
"Iya, kak Dimas, menginaplah disini, Nisa kangen sama kak Dimas dan Mbak Dea, apalagi sekarang ada Mbak Wulan, rumah jadi rame, mau ya kak?" ucap Anisa dengan khas manjanya.
Dimas beralih ke Mbak Dea, seolah meminta persetujuannya, Mbak Dea menganggukan kepalanya.
"Asyik, akhirnya kita berkumpul lagi, tinggal menunggu kepulangan kak Romi dan Mbak Zahra" ucapnya kegirangan.
Aku ikut gembira, melihat keceriaan di wajah Anisa, begitupun dengan Bapak dan Ibu, yang ikut tersenyum, melihat tingkah Putri bungsunya.
Sekarang kami semua, menunggu kepulangan kak Romi dan Mbak Zahra, Kira-Kira berapa lama Mas Adit akan menjadi seorang tahanan?
Apakah aku perlu ikut mengajukan tuntutan dengan tuduhan perzinaan?
****
Kira-Kira beranikah Wulan mengajukan tuntutan pada Adit yang kini berstatus mantan suaminya?
Salam dari medan, Horas 😊