6. Membohongi Ibu



Sebenarnya suatu kebohongan adalah perilaku yang kurang terpuji, akan tetapi jika kita melakukan suatu kebohongan demi kebaikan bersama tak apalah. Jika dianggap dosa, biarlah menjadi urusan Sang maha pemilik hidup.


Aku cukup panik saat menerima telfon dari ibu. Apa yang harus aku katakan?, haruskah aku membohonginya. Aku tak ingin ibu menjadi malu dengan pekerjaanku ini.


Akhirnya aku memutuskan mencoba untuk berbohong, tak apalah demi kebaikan bersama juga. Aku juga tak ingin merusak kebahagiaan ibu, apalagi ibu baru saja bersikap baik semenjak aku mendapat panggilan pekerjaan ini.


"Asalamualikum Bu," ucapku saat panggilan ini terhubung.


"Waalaikumsalam Mit, gimana kamu diklinik itu dapat bagian apa?, Kerjanya nggak susah kan?," tanya ibu bertubi-tubi padaku.


"E-enggak kok Bu, aku dapat bagian bersih-bersih saja jadi ya enggak begitu susah," jawabku kemudian, terpaksa aku membohonginya.


"Ya udah kalau begitu syukurlah, makanannya dimakan ya, kalau uangmu habis jangan lupa bilang sama ibu!." pintanya padaku.


"I-iya Bu, baru juga sehari." jawabku singkat.


Tak tega rasanya harus membohongi ibu, tapi semua ini harus kulakukan agar ibu tidak kecewa. Apalagi rona kebahagiaan tergambar jelas pada wajah ibu.


~~~ 
Tak terasa hampir tiga minggu aku menjalani proses traning ini. Segala ilmu tentang terapi pijat dan spa telah aku dapati. Meski tak sesuai harapanku sebelumnya, namun aku berusaha menjalani semua ini dengan sepenuh hati.


Menurut seniorku, mulai lusa aku sudah bisa magang disalah satu outlet. Aku sangat senang sekali, apalagi disana nantinya aku bakal bisa mulai mendapat uang dari customer yang kukerjakan.


"Mit, mulai lusa kamu udah bisa magang ya, lakukan yang terbaik kalau tak ingin kembali ke traning center!," pinta Mbak ipah padaku.


"Iya Mbak, itu pasti." jawabku percaya diri.


"Ini surat tugasmu, inget lakukan tiap treatmen sesuai SOP yang telah kamu pelajari!."ucapnya mengingatkanku.


"Iya Mba, maaf Mbak apa selama magang aku masih bisa tidur sini ya?, aku tak punya siapa-siapa disini," ucapku mengiba padanya.


"Kamu masih bisa kok tidur disini, tapi inget bersihkan lingkungan ini sebelum kamu berangkat magang. Jatah makan kamu sudah nggak dapat, kamu bukan lagi anggota traning center lagi." tuturnya padaku.


"Ba-baik Mbak, kalau begitu aku permisi dulu ya." pamitku padanya.


Aku bergegas kembali ke penginapan. Kupelajari ulang setiap materi yang telah kuterima selama ini. Meski hanya SPA namun ternyata banyak banget SOPnya.


Suasana traning center emang sudah agak sepi, karna sudah banyak yang masuk masa magang. Disini tinggal dua orang saja aku dan Zuzun, dia berasal dari Malang.


"Mak, gimana nih besok lusa kita sudah magang loh?," tanyaku basa-basi padanya.


"Yah, semua harus kita jalanilah. kalau disini terus kita gak bakal dapat duit, malah pengeluaran terus saben hari." keluhnya padaku.


"Iya Mak kamu benar, kamu udah siap tah dengan magang besok lusa?," tanyaku lagi.


"Siap nggak siap ya harus siap, tapi aku agak gimana gitu tiap harus membasuh kaki customer nanti. . .Mamakku dirumah saja tak pernah kucuci kakinya," gerutunya kesal.


Benar juga apa yang dikatakan oleh Zuzun. Selama ini aku juga belum sekalipun mencuci dan mengelap kaki ibuku. Belum lagi harus mengosok dan mengelap kaki itu hingga kering. Mengingat semua itu membuat hatiku miris sendiri.


Kali ini aku tak hanya menyiapkan diri, tapi juga mental agar cepat mendapat surat tugas penempatan juga. Aku berencana memilih otlet yang tak jauh dari rumah, agar aku juga sesekali pulang melihat ibu di rumah.


~~~
Akhirnya hari yang kutunggu-tunggu tiba juga, pagi ini aku dengan penuh semangat bersiap untuk berangkat magang. Tak lupa kubawa buku yang kupelajari selama ini, agar sesekali nanti bisa kubuka lagi.


"Ini Mita dan Zuzun ya, anak magang baru?," tanya kasir yang berjaga didepan.


"Iya Mbak, ini surat tugasnya," jawabku dan Zuzun hampir bersamaan.


"Ya udah kalian langsung naik ke lantai 3 ya, nanti kalau waktunya kerja aku panggil!," pintanya.


Aku dan Zuzun bergegas menelusuri tangga menuju lantai 3. Disana berkumpul para senior yang bekerja ditempat ini. Rasa canggung dan juga sungkan sedikit menyelimutiku, namun kucoba untuk bisa membawa diri.


Menonton tv dan saling bersenda gurau itulah yang bisa kami lakukan. Terkadang kami membantu senior yang mendapat tugas mencuci handuk hingga melipatnya. Semua itu kami lakukan dengan senang hati agar senior bisa menerima kami berdua.


Kring. . .kringg

Terdengar bunyi telfon yang terhubung kemeja kasir berdering. Karna hanya ada aku dan Zuzun saja, aku bergegas mengangkat telfon itu.


"Hallo Mbak," ucapku saat panggilan terhubung.


"Mita kerja dua jam ya, diruang vip!." ucap Mbak kasir. Telfon langsung dimatikan.


"Siapa yang kerja Mit?," tanya Zuzun penasaran.


"Aku Mak, doain lancar ya. Siapa tau nanti dapat tips, aku tlaktir deh nanti!," pintaku padanya.


"Iya itu pasti, udah buruan sana. Jangan lupa lakukan yang terbaik!." ucapnya mengingatkanku. Aku hanya tersenyum dan memberi dua jempol tangan padanya.


Aku bergegas turun menyambut customer itu, aku lantas membawanya menuju ruang vip. Setelah ia masuk, aku langsung menyiapkan air rendaman yang terdiri dari air hangat yang dicampur sedikit garam.


"Selamat datang Mbak, silahkan direndam dulu ya kakinya!," pintaku pada customer itu.


"Makasih Mbak, nanti aku mau massage oil yang beraroma jasmin ya!," ucapnya padaku.


"Baik Mbak, aku siapin dulu ya mohon ditunggu!." jawabku, aku bergegas kembali ke pantri yang tak jauh dari ruang vip itu.


Sembari menunggu kaki yang direndam kira-kira 5menitan, aku duduk-duduk dikursi pantri. Kulihat ada seorang cowok senior yang juga berada didalam pantri.


"Kerja juga ya kak?," tanyaku sedikit basa-basi.


"Udah tau pake nanya!." jawabnya ketus, namun sorot matanya masih saja tajam melihat kearahku.


"Mari, aku duluanya." pamitku, aky bergegas kembali keruangan vip.


Tak tahan rasanya terus mendapat tatapan tajam itu. Apalagi melihat orangnya yang sepertinya cukup dingi membuatku sungkan sendiri.


"Permisi Mbak," ucapku saat masuk ruangan itu.


Aku bergegas mengosok dan menyikat kaki customer itu, setelah memastiakan bersih barulah kuangakat dan kukeringkan menggunakan handuk.


"Mari silahkan diangakat Mbak!," pintaku padanya.


"Makasih Mbak, udah lama kerja disini?," tanyanya padaku.


"Baru saja kok Mbak, malahan Mbak ini customer peryamaku. Permisi bentar ya Mbak, saya mau membuang airnya ini dulu," pamitku padanya.


Aku kembali menuju pantri untuk meletakkan air dalam ember itu. Kulihat cowok tadi masih melihatku dengan tatapan yang cukup aneh. Ada apa ini sebenarnya?, kenapa dia menatapku seperti itu?.


"Kak, kenapa melihatku seperti itu sih, ada yang salah ya denganku?," tanyaku ragu.


"Santai tak ada yang salah, lakukan saja sebisamu. Aku tak akan menilai dan mengomentarimu kok!." tuturnya padaku.


"Lantas, kenapa dari tadi Kakak terus menatapku?," tanyaku penasaran.


"Setelah kamu selesai kerja nanti, kita ngobrol bentar ya ada yang mau aku omongin," ucapnya padaku.


"I-iya Kak." jawabku singkat.


Aku jadi makin penasaran, apa yang bakal diobrolin nanti?. Aku aja tak kenal siapa dia, kenapa dia mau mengajak ngobrol anak baru sepertiku. Apakah ada yang salah dengan apa yang aku lakukan?.



Komentar

Login untuk melihat komentar!