Empat

Udara dingin malam di sebuah pesantren terasa menusuk sumsum tulangnya. Kayla merapatkan jaketnya kembali. Dia melangkahkan kaki menuju sebuah Mesjid. Baru Jam tiga pagi, tapi dia berniat melakukan qiyamul lailnya di mesjid. Sudah hampir seminggu dia berada di sini. Hatinya, terasa lebih tenang sekarang. Kasus-kasus, kemewahan semua sudah dia tinggalkan. Hatinya sudah mantap untuk mempelajari agama lebih dalam. Dia ingin jadi wanita yang baik dan suatu saat nanti ketika menjadi ibu, bisa mendidik anak-anaknya dengan pondasi agama yang kuat. Karena anak-anak adalah investasi masa depannya.

Setelah mengambil air wudhu gadis itupun memasuki masjid dan mulai melaksanakan Qiyamul lailnya dengan tenang. Seperti ada aliran ketenangan menyirami hatinya. Selesai shalat ia mulai menghafal surat-surat pendek yang ada di Juz 30. Mungkin ia merasa terlambat untuk belajar agama, karena mempelajarinya di usia yang sudah tidak muda lagi. Tapi selagi masih ada kesempatan kenapa tidak? Keluarganya bukan orang yang agamis dan tidak memberikan pemahaman agama cukup baik. Jika membaca tulisan yang akhir-akhir ini trending di medsos tentang agama warisan. Baginya itu salah besar. Karena agama bagi orang tuanya cuma sekedar formalitas di KTP. Sedangkan bagi dirinya agama adalah pilihan yang harus diperjuangkan. Tidak boleh menjadi biasa-biasa saja tapi harus mempelajari agama sedalam-dalamnya.

Selesai menghafal Al-Qur'an, Kayla melangkahkan kakinya ke luar untuk mencari udara segar. Udara di pagi hari meski terasa dingin namun terasa sangat menyejukan.

"Kayla ...!"" Sebuah panggilan yang sangat Kayla kenal sangat mengejutkannya.

Deg...! Kenapa ia harus mendengar suara itu di sini? Tidak mungkinkan kalau dia sedang berhalusinasi.

Kayla membalikan tubuhnya menghadap orang yang barusan memanggilnya. Dia sangat berharap itu hantu, rasanya bertemu hantu lebih baik dari pada bertemu dengan orang yang ingin dihindarinya. Dan dia benar-benar ada di sini. Bagaimana bisa dia mengikutinya sampai ke sini? Jadi ancamanya benar, bukan gertakan belaka. Kayla membulatkan matanya tak percaya dengan jantung berdebar tidak karuan.

"Kenapa dengan wajahmu, kaget?" ujar cowok itu dengan seringainya yang memuakan.

"Kupikir kau hantu?"

"Wow! Gadis serealistis kamu masih takut hantu," cibirnya.

Kayla mengangkat bahu acuh. "Kenapa kau ada di sini? Mau memata-mataiku?" suara Kayla terdengar kesal.

"Siapapun berhak ada di sini," jawab Abqa sambil mensidekapkan tangannya.

Kayla menggigit bibir bawahnya. Jujur manusia di depannya terlihat keren dengan memakai sarung dan koko seperti ini. Berbeda dengan saat memakai pakaian kebesarannya, yang ada adalah aura kesombongan. Tapi ia yakin, laki-laki itu ada di sini karena memiliki misi untuk menghancurkan dirinya. Seperti kata-kata terakhir yang diucapkannya.

"Ya, kau berhak ada di sini, jika tujuannya memang belajar agama. Tapi aku cuma heran kenapa kita bisa berada ditempat yang sama?"

"Biar aku bisa memastikan kamu di sini aman. Kau sudah taukan aku datang ke mari untuk membayang-bayangi hidupmu sampai kamu menyerah. Dan ada satu lagi...." Abqa menggantung ucapannya.

"Apa itu?" tanya Kayla dengan suara bergetar menahan marah.

"Itu rahasia...." jawab Abqa dengan ekpresi wajah datarnya.

"Kau memang laki-laki tidak waras," ujar kayla sambil berlalu. Hatinya yang semula tenang mulai dihantui rasa waswas.

Aku tidak waras karena kau, Kayla. Makanya jangan pernah melakukan penolakan terhadapku, karena itu akan membuatku semakin tertantang untuk mendapatkannya, batin Abqa dalam hatinya

Kayla melangkahkan kakinya menuju pondok dengan tubuh gontai. Semangatnya untuk belajar agama di sini mulai sedikit menyusut karena laki-laki tidak waras tadi. Tiap hari, pasti ia akan sering bertemu dengan mahluk menyebalkan itu. Belum cukupkah diribetkan dengan kasus terakhir yang cukup menguras energinya. Kenapa harus ada kasus lagi yang menyita hatinya? Bagaimana cara untuk menghindarinya? Laki-laki itu pasti sudah mencari banyak informasi tentang dirinya, mematai-matai hidupnya. Bersembunyi keujung dunia pun pasti akan kembali ditemukan. Karena tujuannya satu, hanya ingin membuat dirinya menyerah lalu menerima keinginannya. Ah, sudahlah. Aku harus terbiasa melihat kehadirannya di sini. 


Komentar

Login untuk melihat komentar!