Dua

"Terus apa yang akan kau lakukan jika berhenti jadi pengacara?"

"Mungkin aku akan menikah, mengurus suami dan anak-anak. Kurasa itu impian yang menyenangkan ketimbang mengurus kasus-kasus yang bikin aku stress dan tidak bisa tidur. Dan kalau aku ingin menjadi menjadi sosok ibu yang terlihat hebat aku akan menjadi guru atau dosen. Kurasa mendidik generasi lebih cocok bagi seorang perempuan. Tidak menyita waktu, berguna tanpa mengabaikan keluarga."

"Kapan kamu akan menikah?" Abqa jadi penasaran dengan kejujuran gadis didepannya, meski jujur ada rasa cemas menikung ruang hatinya.

Kayla mengangkat bahu acuh.

"Why?" Abqa meminta sebuah jawaban.

"Aku masih menunggu Tuhan memberikan aku jodoh yang tepat untuk mendampingi hidupku. Hm....kenapa kamu begitu ingin tahu......?" giliran Kayla yang penasaran dengan sikap kepo Abqa.

"Bagaimana jika yang mengajak nikah kamu itu adalah aku? Will you marry me?"

"What? kamu jangan bercanda Abqa."

"Aku tidak sedang bercanda. Tadi aku menawari kamu jadi pengacara dan kuasa hukumku."

Tapi kamu tolak. Bagaimana kalau aku menawari pernikahan saja?" Ujar Abqa santai.

Blush..... " Kamu jangan gila Abqa!"

"Aku waras Kayla....!"

"Apa sebenarnya maumu Abqa?"

"Mauku, sekarang kamu jadi istriku." Abqa menatap intens mata gadis didepannya.

Kayla menarik nafasnya lelah. Ia merutuki dirinya yang keceplosan bicara kalau dia akan berhenti jadi lawyer dan mengejar mimpinya yaitu menikah, mengurus suami dan punya anak. Ah, mengapa dia harus bicara seperti itu dengan orang yang pernah jadi klientnya.

"Tidak...aku tidak akan pernah menikah denganmu." Kayla bergidik ngeri jika laki-laki kutub itu harus jadi suaminya.

"Kenapa? Kan aku sudah bilang jika aku tak suka dengan penolakan. Jika menjadi pengacara pribadiku, kamu nggak mau. Maka akan aku pastikan kau akan menjadi istriku."

Idih....Kayala semakin bergidik. Tidak menyangka jika asalnya mengawal sebuah kasus sampai menyelesaikannya dan sekarang harus berakhir seperti ini.

"Bagimu pernikahan adalah topeng, Abqa."

"Kenapa kau bisa bilang seperti itu?"

"Orang sepertimu yang memiliki segalanya, gonta-ganti perempuan seperti ganti kaos kaki. Pernikahan adalah topeng untuk menutupi sifatmu yang sesungguhnya. Hm...dan duniamu yang memiliki kekayaan melimpah, aku yakin kamu juga memiliki banyak musuh. Seperti kasus yang menimpa keluargamu. Aku tidak sanggup menjalani hidup seperti itu. Pernikahan bagiku selain meraih ridho Tuhan, melangsungkan keturunan aku juga mengingikankan sebuah kesetiaan. Impian yang ingin aku design adalah ketenangan bukan hiruk pikiuk perselingkuhan, pertengkaran dan permusuhan." Kayla menjelaskan panjang lebar tentang sebuah alasan dari penolakannya.

Abqa mengepalkan tangannya menahan marah. Untung saja Kayla tidak menyadari. Menurutnya kata-kata Kayla barusan sangat lancang dan menuduhnya terlalu kejam. Tidak semua laki-laki itu bajingan. Dan gadis itu hanya menerka-nerka seenak hatinya.

"Kamu salah Kayla, aku tidak akan pernah membuat hidupmu tenang jika keinginanku tidak terpenuhi."

"Apa maksudmu Abqa?" Kayla bergidik ngeri. Kata-kata Abqa barusan terdengar seperti sebuah ancaman.

"Mengenalku adalah sebuah kecelakaaan indah bagimu. Dan ingat, aku tidak pernah membiarkan buruan yang ingin aku dapatkan terlepas. Aku akan membayang-bayangi hidupmu, sampai kau lelah dan menyerah padaku." Ujar Abqa sambil berlalu begitu saja.

Wajah Kayla memerah menahan marah. Sepertinya Abqa tidak main-main dengan ucapannya. Bagaimana bisa laki-laki gila itu berkata seperti itu? Menyesal Kayla sudah menemuinya. Dipikir pertemuannya hanya akan selesai sampai kasus terkuaknya misteri pembunuh ayahnya. Ternyata masih ada kasus lain yang justru sangat-sangat membahayakan dirinya. Hari ini dia benar-benar lelah jiwa raga. Semoga ucapan itu cuma omong kosong. Dan esok hari-harinya menjadi lebih baik tidak ada seorangpun yang mengganggu hidupnya. 



Komentar

Login untuk melihat komentar!