5

POV FIAN

Mei 2019


Alhamdulillah tak terasa sudah setahun Aku tinggal di Samarinda. Jalan rizki untukku semakin terbuka luas di Kota ini ... selain praktek di klinik dan Rumah Sakit ... beberapa pihak memintaku menjadi narasumber di berbagai acara seminar, bahkan TV lokal mengontrakku sebagai nara sumber tetap sebuah acara bincang kesehatan, pun tak ketinggalan RRI pun pernah juga mengundangku sebagai nara sumber acara konsultasi kesehatan.

Aku baru saja menyelesaikan tugasku sebagai pembicara seminar kesehatan di salah satu hotel ternama di Kota ini.

Di luar dugaanku ... peserta seminar membludak, tidak hanya para ibu muda, mahasiswi kesehatan juga nampak memenuhi ruangan ballroom hotel ini.

Kulihat arlojiku menunjukkan pukul 14.00 Aku segera bergegas menuju mushola, karena mau menunaikan sholat zuhur, Aku izin meninggalkan acara terlebih dahulu.

Langkah kakiku terhenti, karena panitia menahanku untuk tidak meninggalkan acara sebelum sesi foto bersama, tidak hanya panitia, para peserta seminar juga tak menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengambil foto bersamaku.

Cekrek, cekrek, cekrek.


Berbagai gaya peserta seminar lakukan saat foto bersamaku, tak hanya foto, live video pun tak ketinggalan dilakukan.

Bagai artis dadakan aku hari ini ... senyum ramah kutebar, bukan untuk tebar pesona, hanya karena ramah semata. Tak ada maksud lain.

*****
Tak pernah terlintas di pikiranku dulu untuk tinggal dan berdomisili di Kota ini.
Kota yang membuatku lupa akan masa lalu. Masa lalu yang sarat pelajaran bagiku.

Lima tahun Aku menikah, namun belum juga Allah memberi kami rizki keturunan ... dari hasil pemeriksaan dokter, diketahui memang Aku yang bermasalah, hasil pemeriksaan menunjukkan hasil spermaku kurang ... hal inilah yang menjadi salah satu alasanku mengambil spesialis kandungan ... untuk membantu pasangan yang sedang program hamil menjemput rizki keturunan.

Setahun setelah menikah Aku melakukan pengobatan rutin untuk memperbaiki kondisiku, berkonsultasi dengan dokter, olahraga dan mengatur pola makan kulakukan sembari aku menempuh studi spesialisku.

Rutin olahraga badminton seminggu 2 kali, minum jus semangka setiap hari, minum obat sesuai resep dokter ditambah dengan rutin bekam sebulan sekali,walaupun berat pada awalnya dilakukan, tapi demi impianku memiliki keturunan, hal itu tetap kujalani selama setahun, namun takdir Allah berkata lain ... hingga Aku lulus spesialis, do'a keturunan belum Allah kabulkan untuk kami.

Selama 1 tahun pengobatan, Aku juga rajin cek kondisiku ke lab setiap 3 bulan ... selama 1 tahun, Alhamdulillah berangsur kondisiku membaik, namun rejeki keturunan belum juga menghampiri kami.

******
Pagi ini jadwalku berkeliling bangsal post partum (pasca melahirkan).

Dengan penuh semangat dan tak lupa menebar senyum ramah kulangkahkan kakiku menuju Ruang Lily. Di rumah sakit ini menggunakan nama jenis bunga untuk tiap bangsal yang ada.

"Pagi dok," sapa Suster Ara.

" Pagi" jawabku.

Suster Ara mendampingiku mengunjungi semua pasien di ruang ini.

"Gimana bu, masih sakitkah lupa operasinya?" tanyaku pada Bu Mirna, salah satu pasien SC yang kutangani.


"Iya dok ... belum berani gerak saya dok, masih sakit dok,"keluh seorang pasien.

" Pelan-pelan, belajar miring kanan miring kiri ya bu ... biar darah nifas ibu mengalir lancar."

"Sudah keluar bu ASInya?"

"Belum dok, saya tadi sudah nyoba nyusuin dok ... nggak keluar juga dok ASI saya, stres saya dok ... kok nggak keluar ASI saya, padahal tiap hari saya coba susukan lho dok,"
jawab bu Mirna penuh tanya.

Perlahan kucoba jelaskan padanya ... efek stres pada momen menyusui juga berpengaruh terhadap keluarnya ASI.

" Ibu, coba ditenangkan pikirannya, rileks, ibu harus happy ... biar ASI ibu lancar, saat menyusui sambil dengerin musik, murottal boleh kok bu, Ibu rileks, Ibu happy ... ASI ibu bisa lancar,"  jawabku dengan tetap tersenyum ramah dan tenang.

"Usahakan beri ASI eksklusif ya bu," pesanku.

" Iya dok," jawab bu Mirna dengan mengangguk.

Setelah semua pasien kukunjungi satu persatu, kuisi lembar catatan medis pasien dan menuju ke ruang OK(Operation Kamr/ruang operasi).

"Dok, dapat salam dok dari Suster Mira,"kata Suster Ara sebelum Aku pergi beranjak dari nurse station.

"Waalaikum salam," jawabku

Aku melanjutkan tugasku sebagai dokter operator karena dijadwalkan pukul 11.00 ada pasien yang mau operasi.

"Pak dokter pak dokter, tunggu," seorang bapak tergopoh-gopoh menghampiriku.

" Dok, tolong kasih nama anak saya dok, Alhamdulillah setelah 9 tahun kami menanti, Allah beri kami anak melalui bantuan pak dokter, terima kasih dok, terima kasih,"

"Anak saya laki-laki dok, cakep mudahan bisa jadi kayak sampean, jadi dokter," ucapnya penuh harap.

Kudengarkan permintaan seorang bapak dengan penuh perhatian.

" Nanti kalau saya kasih nama Bapak dan Ibu kurang berkenan gimana dong?" candaku.

"Dok ... ini bentuk terima kasih kami ke Pak Dokter, kami belum bisa membalas apapun ke Pak Dokter, tolonglah Dok," pintanya.

Aku menyetujui permintaan tersebut dan terbersit suatu nama.

"Bagaimana kalau namanya Fatih Ahsan Salahuddin pak?"

"Artinya pejuang yang menjadi pembuka dan memiliki agama lebih baik," sambungku.

" Wah bagus dok namanya ... dik Fatih panggilannya."

"Terima kasih, terima kasih pak dokter,semoga Allah membalas kebaikan pak dokter."

" Aamiin aamiin ... sama-sama pak ... maaf saya buru-buru pak, karena mau ada jadwal operasi," pamitku.

"Oh iya dok", jawabnya.

Sembari menuju ruang operasi, hatiku terasa bahagia, karena ternyata tindakanku mampu membuat bahagia pasangan lain.

Sungguh jika bukan karena Kuasa dan pertolongan dari Nya, apalah arti usaha manusia.

Harapanku semoga dengan kehadiranku di kota ini makin banyak pasangan yang dimudahkan  mendapatkan kebahagiaan hadirnya anggota baru di keluarga mereka, semoga  saja.


Komentar

Login untuk melihat komentar!