Pukul 01.00 WITA.
Drrt...
Bunyi selulerku membangunkanku, segera kuusap layarnya.
"Halo dok, ada pasien hamil kembar 3 dok, ketuban sudah pecah, usia kehamilan 35 minggu, pembukaan 4 dok, Hb pasien 9 dok," lapor suster jaga.
" Iya sus saya segera kesana,15 menit lagi saya sampai, siapkan ruang operasi dan 2 kantong darah untuk persiapan transfusi," jawabku.
Segera Aku beranjak dari tempat tidur untuk menuju ke kamar mandi, cuci muka lalu bersiap diri ke Rumah sakit.
Sepuluh menit kemudian Aku telah sampai di UGD. Kuperiksa kondisi pasienku dan segera kupanggil keluarganya.
Kuberi mereka penjelasan mengenai kondisi pasien kondisi yang akan muncul setelah operasi serta dampak bila tidak segera dilakukan tindakan operasi, hal ini sangat perlu keluarga ketahui agar mereka mengerti alasan dilakukan tindakan dan meminta persetujuan keluarga untuk segera dilakukan operasi sectio secarea. Keluarga pasien menyetujui untuk dilakukan operasi.
Aku berjalan cepat menuju ke ruang operasi dan segera mengambil wudhu sebelum memakai baju APDku.
Selama persiapan operasi, Aku berzikir memohon pertolongan, ketenangan dan kelancaran operasi.
Owek, owek, owek.
Suara tangis bayi pertama laki-laki, disusul bayi kedua dan ketiga, yang berjenis kelamin perempuan.
"Alhamdulillah," syukurku dalam hati.
Ketiga bayi tersebut lahir dengan tubuh yang lengkap tak kurang satu apapun. Meski dengan berat kurang dari 2000 gram, tapi ketiganya dinyatakan sehat.
Setelah selesai operasi, perutku mulai protes meminta segera diisi, kulangkahkan kakiku menuju kantin rumah sakit.
Kondisi cuaca dingin sisa hujan semalam membuatku ingin menyantap mie goreng plus telur dadar dan secangkir kopi hangat.
Sambil menyeruput kopi hangat, kunikmati kesendirianku ditemani rintik hujan bagai alunan harmoni alam.
Cairan kopi hangat mengalir di tenggorokanku, terasa nikmat sekali ditambah wangi kopi semakin menambah seleraku menikmati kopi hangat ini.
Kubuka laman sosial mediaku, di beranda kutemukan kabar bahagia dari Risa dan Deon, keduanya akan segera menikah 2 minggu lagi.
Hanya do'a yang bisa kukirimkan dari sini semoga mereka bahagia selamanya serta menjadi keluarga sakinah mawaddah wa rahmah.
Bukan Aku pelit dan dendam pada keduanya dan tak ingin mengirim kado ke Risa, karena menurutku do'a lebih utama dibanding kado yang tidak seberapa.
"Suatu saat nanti Akupun juga akan bahagia dengan pasanganku kelak. Karena Aku juga berhak bahagia, entah dengan perempuan mana nantinya Aku akan berjodoh." jerit batinku.
Kulihat arlojiku menunjukkan pukul 04.00, masih ada waktu untuk tahajud, pikirku.
Bergegas kulangkahkan kakiku ke mushola Rumah sakit, Aku tergugu dalam do'a, memohon ampun atas segala dosa masa lalu serta memohon kemudahan dalam urusanku.
Tak terasa 3 bulan Aku berada di kota ini. Atas segala pertolongan dan kemudahan dari Allah, masyarakat mulai menerima kehadiranku, hingga banyak kesan positif yang kuterima dari pasienku.
Tak hanya dari pasienku, seminggu terakhir ini selalu saja ada paket makanan untukku saat aku berjaga di Poli. Entah siapa pengirimnya dan yang membuatku heran, paket makanan itu ada di ruanganku saat ruanganku kosong.
Pertama kali Aku menerima paket sarapan,******note dari pengirimnya.
Teruntuk dr.Fian,,semoga syuka 💜💙.
Untuk dr.Fian lope lope
Saat Aku pulang dari mushola selepas sholat dzuhur- pun, Aku menemukan paket makanan disertai note dengan isi yang hampir sama.
"Oh siapakah gerangan pengirim paket ini?" tanya batinku.
Terdesak rasa penasaranku, kutanyakan ke Suster Reta tentang hal itu.
"Sus, siapa yang mengirim makanan ke ruanganku tiap hari?" tanyaku.
"Penggemar dokter yang mengirim makanan,
Gimana dok, suka nggak sama makanannya?" tanyanya.
"Penggemar?" tanyaku heran.
"Siapa sus? pegawai disinikah? Atau keluarga pasien?" cecarku.
"Duh dokter, banyak lho penggemar dokter di rumah sakit ini, Apalagi kalau mereka lihat dokter lewat atau senyum ,pasti deh banyak yang bisik-bisik, dokter ganteng sih, coba saya masih sendiri, Saya mau jadi pacar dokter hehehe", jawabnya.
" Saya nggak merasa ganteng kok Sus,kok punya penggemar," jawabku merendah.
Bukan Aku pria tak normal, Aku memang menyukai mahluk berjenis perempuan, tapi untuk saat ini, Aku sedang tak ingin membuka hatiku, Aku masih ingin fokus dalam pekerjaanku.
Lebaran hampir tiba.
Kutelepon orang tuaku untuk mengabarkan bahwa Aku tidak pulang ke Semarang karena alasan jaga.
Sebagai dokter baru disini, Aku mendapat jatah jaga saat Lebaran, karena melahirkan tak kenal waktu jadi harus ada dokter kandungan yang dijadwalkan untuk jaga saat Lebaran.
Kunikmati Lebaran kali ini bersama Keluarga besar Pak Burhan, sop konro, coto makassar, lontong opor dan berbagai jajanan ala Bugis tertata rapi di meja, maklumlah Pak Burhan bersuku Bugis dan Bu Sofia bersuku Jawa, jadi makanan Jawa dan Bugis tersedia di meja.
Ini pengalaman baru bagiku, karena baru pertama merasakan jajanan ala Bugis yang bercita rasa manis. Nikmat semua rasanya.
Pak Burhan berencana mengadakan open house hari kedua Lebaran dengan mengundang orang Rumah Sakit.
Tahun sebelumnya Pak Burhan tak mengadakan acara ini, berhubung tahun ini ada 2 dokter di rumahnya. Pak Burhan ingin menjalin silaturahmi dengan para pegawai rumah sakit tempat anaknya bekerja.
Sungguh nikmat TuhanMu mana lagikah yang engkau dustakan. Benar sekali ayat ini menggambarkan kondisiku saat ini.
Alhamdulillah selain diberi kelancaran pekerjaan, Keluarga Pak Burhan juga menerimaku dengan baik, bahkan saat Aku mengutarakan niatku untuk keluar dari rumah inipun, Pak Burhan tak memberikanku izin. Aku diizinkan keluar dari rumah ini saat Aku telah menikah nanti.
Sebagai wujud syukurku, Aku bercita-cita untuk umroh bersama keluarga Pak Burhan.
Kusisihkan sebagian penghasilanku untuk umroh bersama saat libur cuti nanti.
Sore hari, saat aku menikmati teh bersama keluarga Pak Burhan, pihak rumah sakit mengabarkan ada pasien ibu hamil hendak melahirkan.
Segera aku bersiap diri menuju Rumah sakit, tak butuh waktu lama, untuk sampai di Rumah sakit.
Pasien yang datang dengan kondisi melahirkan anak ke-3 dengan riwayat secar sebelumnya, namun persalinan kali ini tak lagi melalui jalan pembedahan, karena ternyata janin memilih untuk lahir secara spontan/normal, 5 menit setelah aku sampai di UGD.
Aku memeriksa kondisi ibu dan bayinya, keduanya dinyatakan sehat. Bayi lahir berjenis kelamin perempuan dengan berat 2700 gram.
Aku turut berbahagia meski bayi tak lahir secara secar, yang terpenting bagiku adalah ibu dan bayi dinyatakan sehat.
Karena tak sedikit kasus melahirkan disertai perdarahan hingga mengakibatkan ibu meninggal sesaat setelah melahirkan.
Tak hanya membantu ibu melahirkan, Aku juga menerima pasien yang ingin melakukan program hamil.
Seperti sore ini setelah libur Lebaran, banyak pasangan yang mengunjungi klinikku untuk melakukan program hamil.
Aku menjelaskan kondisi pasien dengan bahasa yang sederhana tanpa membuat mereka makin cemas dan stress, karena pada pasien yang program hamil, terutama kaum perempuan, kondisi cemas dan stress dapat berpengaruh ke kondisi hormonal.
"Dokter hu hu hu, saya sudah 5 tahun dok nikah belum punya anak, hu hu hu...sudah berobat sana-sini, pijat sana-sini,minum herbal, kok belum rejeki juga huhuhu," keluh seorang pasien.
Setelah pasien tenang, segera kukuatkan pasienku.
"Sabar ya bu, Insyaallah Ibu akan segera hamil, jawabku dengan penuh empati dan ketenangan.
" Mari saya periksa dulu bu," perintahku.
"Dari hasil USG, ukuran sel telur ibu sudah normal, 18,8 mm...dinding rahim ibu juga pas ketebalannya," jelasku.
" Ada kista atau miom nggak dok?" tanya pasien.
"Alhamdulillah tidak ada bu...Ibu sudah pernah periksa HSG (Histerosalpingography)?
Bapak sudah pernah cek sperma?," tanyaku.
"Sebaiknya Bapak dan ibu cek ya...ini saya beri pengantar untuk cek," saranku.
"Kalau mau HSG hari ke-2 setelah bersih haid ya bu dan belum berhubungan badan...kalau untuk Bapak cek nya sebaiknya di lab, Bapak sebaiknya tidak berhubungan dulu selama 3 hari sebelum cek, " pesanku.
"Iya, terima kasih dok," jawab pasien.
*Hb= Hemoglobin