"Biar aku merekamnya dulu, aku butuh bukti ini," ucapku pilu dengan air mata yang masih terus berderai, hatiku sakit sekali! Entah apa yang ada difikiran mereka, pintu dibuka lebar dan mereka melakukan hubungan suami istri tanpa malu meski tidak punya hubungan resmi. Benar-benar pengkhianat.
Kakiku terasa bergetar hebat, kalau Mas Faiz masih mencintai Risa kenapa dia mengorbankanku disini? Bahkan setelah aku mempunyai anak dengannya, apakah rasa terhadap Risa masih begitu besar?
Bongkahan batu besar seakan menghantam hatiku hebat, air mata berderai terus menerus tanpa berhenti. Nafasku sesak tapi aku butuh bukti ini untuk kebaikanku kedepannya.
Tangkapan video di ponselku membuatku semakin tidak tahan dengan semua ini.******manja Risa seakan mengatakan bahwa aku kalah dalam pertarungan ini.
Mas Kresna merebut ponselku, menarik wajahku dan menyembunyikannya dibidang dadanya.
"Katamu mau ada bukti, tapi ternyata tidak kuat begini," ucapnya datar seperti biasanya.
"Sakit, dadaku sakit," ucapku lemah yang langsung memukul bidang dada pria itu. "Sesak sekali rasanya, aku... "
"Tenanglah dan diam," ucap Mas Kresna yang langsung membuatku terdiam.
Mas Kresna menyudahi video yang direkam dari layar ponselnya. Dia melepaskan kepalaku dan langsung membuka pintu kamar dimana Mas Faiz dan Risa melakukan hubungan menj*jikkan itu.
"Mas... " teriak Mas Faiz cepat saat melihat Mas Kresna membuka pintu kamarnya.
"Tolong...Tolong... Tolong... "
Belum selesai keterkejutan Mas Faiz melihat Mas Kresna kini dia dan Risa sangat terkejut saat aku berteriak kencang.
"Sayang, tolong jangan teriak sayang."
"Tolong... " Semakin kukencangkan teriakanku.
Mas Kresna langsung menarik tangan Mas Faiz yang sedang mengenakan celana keluar dari kamar itu.
Bugh!
Bugh!
"Menjijikkan sekali kelakuanmu. Ini akan semakin membuat Mama sedih b*d*h," teriak Mas Kresna dengan wajah penuh amarah.
Risa masih terdiam disana, aku tahu pasti dia masih terkejut dengan keadaan yang tiba-tiba berubah seperti ini.
"Ada apa ini ada apa?" teriak seseorang dari pintu depan. Ternyata banyak warga yang berkumpul disini.
"Lihatlah pasangan selingkuh ini," ucapku keras dengan air mata yang masih berderai.
"Pelakor."
"Pezina."
"Buat malu warga sini saja."
Teriakan dari Ibu-Ibu yang sudah berkumpul membuat suasana semakin panas.
"Tidak ini tidak benar aku dijebak," teriak Risa dari dalam.
"Dijebak didalam kamar lalu menikmatinya," ucap seorang Ibu-Ibu.
"Dasar g*la."
"Pelakor."
"Bohong, semua ini ulah dia. Dia menjebakku seperti ini," ucap Risa keras.
"Sayang tolong jangan seperti ini, ayo kita bicarakan baik-baik di rumah sayang. Kamu hanya salah paham sayang, aku tidak melakukan ini semua," ucap Mas Faiz pilu.
Aku hanya diam mematung saat mendengar penuturan Mas Faiz. Bagaimana bisa aku salah paham kalau aku ada disini melihat semua kejadian itu.
"Pakai baju kalian." Seseorang dengan peci hitam mengatakan hal demikian, mungkin dia seorang RT disini.
"Arak telanjang saja, ini sudah sangat meresahkan. Kita tidak mau ada pelakor ditempat kami tinggal," ucap Ibu-Ibu yang ikut menggrebek Mas Faiz dan Risa.
Pak RT mencoba menenangkan Ibu-Ibu yang sudah disulut kemarahan.
"Dasar pelakor," ucap seorang Ibu-Ibu yang langsung menjambak rambut Risa diikuti oleh Ibu-Ibu yang lainnya.
"Dia juga menjijikkan." Mas Faiz juga jadi sasaran pukul oleh Ibu-Ibu yang ada disana.
Tidak ada rasa kasihan dihatiku, aku malah lebih senang melihat Mas Faiz malu dan menderita seperti ini.
"Kalian salah paham, aku ini mantan istrinya Faiz. Kalau dia lebih tertarik padaku daripada istrinya, itu bukan salahku kan?" tanya Risa dengan wajah tidak ada penyesalan. "Aku memang lebih cantik."
"Tutup mulutmu, Ris," ucap Mas Faiz dengan wajah penuh amarah.
"Memang begitu kan... "
Plak! Tanganku sudah gatal sekali ingin menampar Risa daritadi dan aku melakukannya barusan.
Risa hanya terdiam dan memegang pipi yang sudah aku tampar. "Jangan pernah bandingkan aku dengan wanita sepertimu," ucapku keras. Air mataku kini mengalir semakin deras.
Mas Kresna langsung menarikku kebelakang. "Aku ingun menghajarnya aku ingun menghajarnya," teriakku. Tapi Mas Kresna menjauhkanku dari Risa.
"Jangan pernah menangis hanya karena masalah ini Ze, tenanglah!" ucapnya lembut.
Mas Faiz hanya tertunduk lesu melihat semua orang mengetahui perbuatannya.
"Kalian belum mendengar penjelasanku, ini hanya salah paham."
"Salah paham tapi enak."
Suasana bertambah panas karena riuh suara warga yang hadir memaki dan mengolok mereka berdua.
Aku sebenarnya ingin sekali melihat mereka diarak telanjang keliling komplek. Tapi apalah dayaku, aku juga tidak ingin mempermalukan mereka meskipun mereka telah membuatku sakit hati.
"Bawa ke balai warga," ucap Pak RT. Dua satpam komplek dan beberapa warga langsung memegang kedua manusia itu dengan masih terdengar olokan disana.
"Ze tolong, aku tidak apa begini tapi jangan sampai Mama tahu. Aku bisa hancur Ze," pinta Mas Faiz pilu. "Tolong Ze, kamu bisa balas dendam kepadaku tapi jangan sampai Mama tahu, tolong Ze."
Kubuka ponselku dan menunjukkannya didepan Mas Faiz.
"Sudah terlambat, aku sudah mengirimkannya," ucapku yang langsung mengklik tanda mengirimkan pesan.
"Zea tolong Ze jangan... "
Senyumku mengembang saat melihat Mas Faiz tidak berdaya seperti ini. "Hidupmu tidak akan sama lagi setelah ini, Mas. Lihat saja."