GARA-GARA TOKEN LISTRIK NYASAR
Tling....
Bunyi pesan dari suamiku pada aplikasi berwarna hijau.
[ISI PLN500.12345678910 Hrg=500625 SUKSES SN: 6144-1273-7527-0829-4023/REZA MAHARDIAN/R1/1300/33,7. SALDO Rp.(Awal 367630 Akhir 317005.]
Token listrik? Bukankah aku masih pakai PLN manual? Ini token listrik kok atas nama Mas Reza. Tidak lama kemudian ditarik kembali pesannya. Padahal aku sudah sempat baca. Dan sudah aku screenshot pula pesan yang dikirim olehnya.
[Maaf, Dek. Mas salah kirim, tadi teman Mas minta tolong isi token!]
Pesan chat permintaan maaf dari Mas Reza yang membuatku semakin penasaran.
[Iya] Aku membalasnya singkat. Agar Mas Reza mengira aku belum membacanya. Padahal sudah membaca jelas pesan yang ia kirim. Lalu aku segera mencari tahu alamat dari nomer ID pelanggan yang tertera pada screenshot tadi.
Selidik demi selidik, dan akhirnya dengan mudah aku menemukan alamatnya. Baik, ini alamat sudah sangat jelas. Nama pemiliknya juga sama persis dengan nama suamiku. Alamat rumah ini, adalah rumah yang pernah Mas Reza beli untuk anakku kelak. Tapi, sayangnya anak itu tak kunjung datang. Ya, aku belum juga dikaruniai seorang anak. Baru tahu rumah itu saat ini sudah terpasang listrik. Padahal Mas Reza tidak pernah bicara tentang hal ini sebelumnya. Sangat mencurigakan sekali gelagatnya.
Sebaiknya aku cari tahu dulu siapa yang berani menempati rumah itu. Kenapa Mas Reza sampai merahasiakan ini terhadapku. Tidak mungkin kalau tidak ada apa-apanya.
Mencari tahu tanpa Mas Reza tahu, itu artinya, aku harus menyelidiki ini tanpa tanganku. Ya, lebih baik aku minta tolong salah seorang teman yang berada dekat lokasi.
"Vivi, kamu bisa nolongin aku gak?" ucapku pada Vivi yang kebetulan dekat dengan rumahku di sana. Melalui sambungan telepon aku meminta tolong padanya.
"Iya, apaan Jeung?"
"Kamu bisa pura-pura main gak ke rumahku yang sempat kosong, sekarang sudah ada yang isi. Aku mau tahu siapa dia sebenarnya!" ujarku lagi penuh dengan selidik.
"Wah, ini bukan ranahku sebenernya. Mau ngomong aku tidak enak sama kamu!" ujar Vivi membuatku makin penasaran.
"Ngomong aja,"
"Itu yang tinggal istri dari suamimu. Ibu mertuamu juga tinggal di situ kok!" sahut Vivi membuatku tiba-tiba lemas. Astaga, mertua? Istri dari suamiku?
"Ya sudah, makasih Vi!" Aku memutuskan sambungan telepon, karena air mata ini telah menetes. Tapi, tidak lama aku menangis, ada telepon masuk lagi dari nomer yang tidak aku kenal. Segera aku seka air mata ini. Lalu angkat telepon dari orang yang belum aku ketahui namanya.
"Hallo, assalamualaikum!" ujarku dengan nada pelan.
"Dengan Mbak Vita Ayunda?" tanya seorang wanita di seberang sana.
"Iya, benar. Anda siapa ya?" sahutnya lagi.
"Mbak, saya istri kedua Mas Reza. Bisakah kita bekerja sama untuk menghancurkan hubungan Mas Reza dengan Devina Maharani?" Apa-apaan ini? Tiba-tiba ada telepon masuk yang menyebutkan ia adalah istri kedua. Dan ingin mengajakku untuk menghancurkan istri ketiga. Mas Reza memiliki 3 orang istri? Ini benar-benar gila. Rasanya tidak kuat aku mendengarnya.
Aku letakkan pada meja, ponsel yang tadi aku letakkan di telinga. Rasanya tidak kuat mendengar kenyataan itu. Ah, mungkin orang usil saja.
"Mbak, aku tau kamu tidak percaya. Akan aku kirimkan bukti setelah telepon ini aku matikan!" Wanita itu terus berbicara. Setelah itu mengirimkan foto melalui pedang watshApp.
Tling...
Pesan itu dengan cepat telah sampai. Dan benar saja, foto pernikahan Mas Reza dengan seorang wanita. Astaga, lantas yang di rumah sana? Yang tinggal bersama ibu mertuaku itu siapa? Apa betul istri ketiganya? Kalau memang iya, takkan aku maafkan perbuatan Mas Reza ini.
Dan aku coba hubungi kembali wanita tadi. Untuk menanyakan apa rencana yang akan ia susun untuk membalas rasa sakit hati pada Mas Reza. Tidak butuh waktu lama, saat aku menghubungi wanita keduanya Mas Reza. Ia langsung mengangkat telepon itu.
"Kalau boleh tahu, kamu mau membalas apa?" tanyaku dengan nada masih lemas. Masih tidak menyangka. Bagai mimpi disiang bolong, mendengar berita 2 sekaligus. Nomor token PLN nyasar, lalu diberitakan bahwa yang tinggal di sana adalah istri Mas Reza. Dan disusul oleh perempuan yang mengaku juga istri dari Mas Reza. Bukan sekedar mengakui, tapi ia juga memiliki bukti telah menikah dengannya. Astaga, laki-laki tidak tahu diuntung. Baru sukses segitu saja sudah belagu, memiliki istri lain tanpa sepengetahuan aku.
"Kita harus bertemu, tidak bisa bicara melalui telepon!" ungkapnya menginginkan aku bertemu dengannya. Rasanya tidak sanggup bertemu dengan wanita yang telah merebut suamiku juga. Kalau bukan karena urusan ingin membalas rasa sakit hati ini pada Mas Reza. Aku tidak ingin bertatap muka dengannya.
_________
Next?