Tidur Di Teras (Pov Ridho)

PESAN WA DARI JANDA SEBELAH


Part 3


Pov Ridho


Lelah mengetuk pintu sambil berteriak. Aku memutar badan, berjalan ke arah jendela yang terhubung dengan kamar kami. 


Tok! Tok!


"Meisya! Buka pintunya, Sayang. Mas ngantuk pengen masuk." Teriakku dengan mengetuk kaca jendela.


Gorden tak tersibak sedikit pun. Hanya hening yang ada. Si Meisya juga tak menjawab ucapanku.


"Mei! Bangun! Jangan biarkan Mas tidur di luar. Besok Mas kerja Sayang." Teriakku lagi semakin nyaring.


Masih sunyi. Orang di dalam sana sama sekali tak merespon.


"Meisya … Mas janji bakalan beliin apa aja yang kamu mau. Asal buka pintunya ya, atau kamu mau kalung?" 


Sengaja kupancing ia dengan itu. Agar mau, pastilah mau. Perempuan kan memang begitu, ditawarin yang mentereng dikit langsung nyahut kayak ikan dikasih umpan.


Kuhitung sampai tiga.


Satu, dua, ti … ga!


Sregh!


Benar dugaanku. Meisya membuka gorden dan berdiri di depanku tersekat kaca.


"Sayang, buka pintunya dong. Mas ngantuk." Aku meringis mengatakan. Senyum ini pasti akan meluluh lantakkan kemarahan Meisya yang sedang membatu.


Ia menaikan tangan bersedekap di dada. 


"Tadi, kamu bilang apa, Mas? Mau beliin aku kalung? Sama apa aja yang aku mau?" ucapnya sumringah.


"Iya, tapi jangan marah lagi. Cepetan bukain pintunya," pintaku to the point.


"Hah, jangan harap kamu bisa tidur di rumah malam ini. Aku nggak butuh bujuk rayu kamu, Mas. Apalagi, sok-sok'an mau beliin aku kalung. Kalau mau, ya aku beli sendirilah. Kamu lupa ya, uang kamu udah pindah semua ke tanganku. Enak 'kan makan ketoprak tapi nggak bisa bayar disuruh cuci piring pula," sinis Meisya tersenyum miring. 


"Loh kok kamu tahu kalau aku disuruh cuci piring? Jangan-jangan, kamu ya yang nyuruh Mang Tarjo?" Wah, wah, nggak nyangka kalau itu ulah Meisya. Pantesan aja tadi aku merasa aneh.


"Kalau iya, emangnya kenapa? Nggak terima. Ya udah ya, aku mau tidur. Selamat berkemah di teras malam ini. Goodbye!


Meisya kembali menutup gorden. Wanita kalau lagi marah, ngeri banget ternyata. Nyaliku tadi menciut saat berhadapan dengannya. Tatapan matanya itu loh, seperti elang. Tajam dan menewaskan.


Terpaksa terima nasib malam ini. Tidur di teras dengan perasaan carut marut yang menemani. 


Hempasan angin menyentuh kulit. Aku meringkuk sambil menepuk nyamuk yang terasa sakit menggigit. 


Sofa ini terasa sempit sekali. Sampai kesemutan kakiku karena meringkuk kedinginan, juga tak dapat bergerak bebas.


Argh! Benar-benar menyebalkan si Meisya. Untung saja dia cantik, coba kalau enggak. Udah aku balikin dia ke orangtuanya. Eh tapi, ini rumah 'kan milik Meisya. Kalau aku pisah sama dia. Pasti aku yang terusir dari rumah ini. Menyedihkan sekali nasibku. Mau nikah sama Marimar juga dia masih ngontrak. Belum punya rumah sendiri. Sudah pasti susah kalau aku sama dia.

 

*

"Sayur … sayur …!" 


Pagi-pagi sudah berisik tukang sayur lewat sembari berteriak.


Kubuka mata paksa. Tepat Meisya sedang melintas dan barusan menutup pintu.


Mungkin dia mau belanja. Pikirku.


Baru saja istriku turun dari lantai teras. Duda depan rumah sudah datang kemari. Ngapain sih dia? Pagi-pagi begini sudah bertamu. Dasar tidak tahu etika!


"Pagi Mei, aku mau balikin rantang ini. Udah aku cuci bersih kok. Makasih banget ya, masakan kamu enak. Pasti laris nih kalau jualan," kata si Sena memuji Meisya dengan senyuman tersungging.


"Wah, aku loh yang harusnya makasih. Kamu udah mau nyicipin masakan aku yang amburadul nggak jelas," balas Meisya. Ekor matanya melirikku sekilas.


"Eh, kata siapa nggak enak? Lidahnya buntung kali ya yang bilang masakan kamu nggak enak. Orang enak banget kok, aku aja sampai ketagihan." Sena meringis. Memamerkan deretan gigi putih nan bersih. Masalah penampilan, dia memang selalu rapi dan modis. Tapi tentu aku jauh lebih tampan darinya.


"Buaya kali ah Bang yang buntung." Meisya tertawa lepas. 


Jangan-jangan, dia nyindir aku nih. Semua gara-gara duda ganjen itu.


*


Tbc


Jangan lupa tinggalkan jejak ya. ❤️❤️


Ada give away 200 koin emas buat 2 pemenang yang rajin komen dari bab 1 sampai bab 15. Pastikan sudah subscribe buku ini ya. jangan lupa tekan love sama komennya. Pengumuman akan ditayangkan di bab 16. terimakasih ❤️








Komentar

Login untuk melihat komentar!