kutemukan benda yang tidak lazim
Keesokan harinya ketika semua orang telah pergi dan beraktivitas di kegiatan mereka masing-masing, aku memilih membereskan rumah ketika sudah selesai mencuci dan memasak. 

Karena sudah lama tidak membersihkan lantai atas aku berinisiatif untuk mengambil sapu dan mengepel di atas sana.

Aku mulai menyapu bagian koridor depan dan tempat bermain anak-anak ku membersihkan debu yang menempel di sofa dan Titi lalu kemudian mengibar gorden jendela dan membukanya agar udara segar masuk ke dalam rumah kami.

Kemudian aku berhari ke kamar Rain untuk membersihkan dan mengambil baju baju kotor putraku itu.
Setelah 20 menit berkutat di kamar Rain,Aku kemudian menuju Kamal Adila untuk memeriksa keadaan di dalam sana jika ternyata masih bersih maka aku tidak perlu menyapu dan mengepelnya.
Namun ekspektasiku sepertinya gagal ketika membuka pintu karena kamar adikku masih sama tampilannya seperti malam tadi berantakan dan awut awutan, seprai terlepas sebagian dan bantal masih berserakan di lantai membuat ku hanya mampu menggelengkan kepala.

"Ya Tuhan tidakkah dia mampu membersihkan ranjangnya saja."

Kusibak tirai jendela yang mungkin setelah lama tidak pernah dibukanya, lalu mulai membenahi ranjang adikku.

Seprai terlihat kotor dengan noda bercak kekuningan yang aku tak mengerti apa itu, dalam hati ini mulai was-was namun aku mencoba berpikir waras dan realistis tentang kemungkinan noda itu berasal dari mana,mungkin dari kopi moka yang sering dia buat ketika harus begadang mengerjakan tugas kuliah, atau noda bekas datang bulan yang tidak bersih di cuci, tapi ... Hanya terlalu terang jika itu adalah noda darah.

Mengobati rasa penasaran aku mencoba mengangkatnya dan membaui untuk memastikan apa itu, bau keringat adikku menempel di sana, tapi  aroma yang lebih mendominasi adalah aroma ....

Ah, Astaghfirullah ....

Tidak mungkin! Selimut ini bekas sperma, terlalu dini jika aku menilai itu adalah******suamiku, sementara aku belum pernah mendapati mereka sedang berada di atas satu sama lain, meski aku sering mendapati mereka duduk dan tertawa bersama, tapi aku tidak bisa berasumsi sejauh itu.

Aku terduduk lesu sambil menggenggam erat selimut yang ada di tanganku kini, berbagai bayangan menari di kepala tentang adegan-adegan yang tidak tidak. Dan dari semua itu Aku tidak punya tersangka lain kecuali mereka berdua.

Arhggg ... Mengesalkan pikiran jahat ini.

Tak berhenti dari situ, aku kemudian membersihkan kolong ranjangnya dan lebih lebih terkejut lagi karena mendapati begitu banyak tisu bekas yang berserakan di tempat itu.

Apa-apaan ini? Bukankah tempat sampah tersedia di balik pintu mengapa ia harus membuangnya di sini. Apakah ketika aku sedang tidak berada di rumah dia mengajak kekasihnya dan mereka melakukan hubungan itu?

"Apakah sebegitu nekatnya adikku, demi menuruti hasratnya dia sampai merupakan kehormatan orang tua dan lupa pada norma dan adab apakah seperti itu aja adikku yang sesungguhnya?"

Semakin dipikirkan semakin frustasi diri ini membayangkan bahkan aku sampai memijit rekening karena rasa pusing dan mengacak-ngacak rambut sendiri karena tidak tahu kesimpulan apa yang harus aku ambil dan siapa yang harus aku curigai.

Ketika  aku hendak meninggalkan kamar itu,tak lupa aku menutup jendela karena khawatir  jika nanti cuaca hujan, air akan masuk ke kamar Adila. ketika aku hendak menutup jendela tiba-tiba mataku menangkap semua benda yang cukup familiar kulihat, dan karena penasaran, kutarik benda itu dengan gagang sapu yang kupegang.

sedikit usaha keras dan berhati-hati karena aku takut terpeleset dan terjatuh sampai ke bawah tanah akhirnya dengan usaha keras aku bisa mendapatkan benda itu dan ketika kubuka ternyata itu adalah sebuah celana dalam pria.

"Sepertinya aku pernah melihatnya," gumamku, "namun bagaimana mungkin bisa di sini?"

Astaghfirullah, sapu dan benda itu terlepas dari tanganku aku menutup mulut dengan mata membeliak dan jantungku hampir berhenti tiba-tiba.

"Bukankah benda itu milik Mas Adam?"

mana mungkin aku bisa berpikir jika benda itu diterbangkan angin dan menyangkut di jendela Adila sedangkan posisi tempat aku menjemur pakaian berada di halaman belakang dan jendela kamar Adila berhadapan langsung dengan halaman depan rumahku.

"Tuhan apa ini? maka ini adalah musibah atau sebuah petunjuk kepada musibah berikutnya?"

Aku tersungkur dan jatuh terduduk dalam keadaan syok,meski berkali-kali aku menggelengkan kepala tidak percaya kenyataan, tetap saja itu adalah kenyataan.

Rain tidak mungkin memainkan sempak ayahnya lalu membawa ke kamar Adila dan membuangnya lewat jendela, anakku sudah besar dan mengerti sehingga mustahil dia melakukan perbuatan tidak berfaedah itu.

Tidak bisa juga menuduh Clara karena dia hanya bayi berumur 1 tahun lebih dan baru bisa berjalan, mustahil!
Ataukah sungguh firasatku saat ini. Jika benar, maka ....
Air mataku meleleh begitu saja.

Sepanjang hari aku tidak fokus mengerjakan pekerjaan rumah bahkan benda-benda yang kupegang hampir terlepas dari tangan, karena galau memikirkan sebenarnya apa yang sedang terjadi di antara Mas Adam dan adila.

Aku tidak boleh menunda nya lagi aku harus membuktikan agar tidak ada lagi rasa penasaran dan takut di dalam jiwa ini.

Lagipula mana mungkin barang pribadi suamiku datang sendiri ke kamar Adila tanpa di bawa pemiliknya, Mas adam harus menjawab semua pertanyaanku.



Komentar

Login untuk melihat komentar!