MENCURAHKAN dan MENCERAHKAN


      Awalnya kegiatan  menulis saya jadikan kebiasaan yang  menyenangkan saja, karena dengan  menulis imajinasi kita bisa mengembara ke mana-mana.  Jalan-jalan sesuka hatinya sebagai apa saja. Pernah gara-gara keseringan nonton film horor , beberapa kali saya mimpi diburu vampire/drakula dengan begitu seramnya! Kami pun berhadapan muka, saya   banjir keringat histeris ketakutan saat si mas drakula bersiap mendobrak pintu kaca yg membatasi kami. Tahu tidak apa yang saya putuskan lalu lakukan dalam  mimpi? Dasar terbiasa berkhayal, dalam mimpi pun saya memejamkan mata lagi.  Kemudian  saya  berimajinasi bisa terbang dan lebih kuat dari makhluk itu. Eh ternyata, bisa tuh  dalam mimpi… Akhirnya kami benar-benar bertarung, dan saya…menang! Pendeknya saat  bangun tidur saya sudah lega dan tidak  ketakutan lagi…

        Setelah membuktikan  dan meyakini bahwa kegiatan menulis sangat bermanfaat untuk membantu penyelesaian  problema psikis/pikiran, saya pun mulai rajin menyimak pengalaman orang lain yg serupa. Ada seorang  pebisnis telah pailit berat berusaha lebih rajin  berdoa serta menata hidupnya kembali  dengan cara mengurai benang ruwet kehidupannya dan target-target hidupnya melalui tulisan yang terkonsep dengan baik. Beliau pun memperoleh perubahan ke arah kemajuan dengan lebih cepat. 

        Banyak  ibu rumah tangga yang mengalami keretakan keluarga dan KDRT hingga mereka mau pun anak-anaknya mengalami depresi berat hingga perlu mengonsumsi obat penenang, memilih meluruhkan trauma batinnya dengan banyak melahap bacaan-bacaan yang  mencerahkan. Selanjutnya mereka  memindahkan beban batinnya ke atas kertas untuk membantu membuat refleksi diri atau bermuhasabah. Alhamdulillah perlahan dosis obat yg mereka konsumsi semakin berkurang bahkan akhirnya bisa lepas sama sekali dari obat kimia itu. Secara bertahap mereka  mampu lebih baik dalam  mengimprovisasikan dirinya untuk bangkit menata hidup. 

       Ada juga seorang guru di kota kelahiran saya Mojokerto  yang mengatasi masalah kenakalan anak-anak dan kurangnya motivasi belajar dengan terapi menulis. Beliau berhasil, banyak anak tertolong dan kini beliau sibuk menjadi  pembicara utk kegiatan penggiat literasi untuk  terapi psikologi.

     Yang fenomenal adalah apa yang dilakukan oleh Bapak BJ Habibie saat beliau merasa sangat sedih dan tak berdaya ditinggal pergi belahan jiwa dan penyemangatnya seumur hidup yaitu Ibu Ainun Habibie. Dengan jiwa yang penuh duka beliau menuruti saran dokter terapisnya utk melakukan kegiatan menulis, menuliskan kisah hidup dan perjuangannya dengan almarhum istri tercinta. Bapak Habibie berangsur lebih sehat fisik dan batin beliau. Hasilnya adalah novel persembahan beliau utk bangsa Indonesia yang sangat menyentuh, penuh unsur pendidikan dan patriotisme serta  tauladan tentang cinta, kesetiaan dan kekompakan yang indah dalam kehidupan keluarga…

       Ketika anak-anak mengalami krisis kepercayaan diri, kesulitan beradaptasi di lingkungan baru, menjadi korban bullying maupun stress karena tekanan pelajaran dan lingkungan, menulis mnjadi sarana yang  sangat baik untuk menyetabilkan emosinya. Ini terjadi pada putri saya tercinta dan menjadi pengalaman berharga saya sebagai orang tua.

        Ada beberapa  kisah yang akan saya  sampaikan di sini karena saya  anggap bisa  dipetik hikmahnya,   yaitu masalah BULLYING dan perjuangan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya. Putri kecil saya pernah menjadi  korban bullying berantai dari kakak lelaki dan teman-teman kakaknya. Sampai-sampai dia ngambek berhari-hari dan mogok sekolah. Namanya juga mereka  masih sama-sama kecil, dan kejadiannya di sekolah maka  saya agak kesulitan mengumpulkan data dalam  rangka mencari solusinya. Sedangkan saya harus peka dan adil. Maka curhat si adik yang diam-diam dia tuliskan di selipan-selipan bukunya yang saya temukan menjadi info berharga untuk membantu saya membuat keputusan dan bersikap. 

          Begitu saya sudah bekerja sama dengan para guru dan pengurus  sekolah maka masalah pun segera ditangani. Anak lelaki saya dan teman-temannya diberi sanksi dan dinasehati. Putri saya pun kelihatannya mulai kembali ceria serta pulih dari traumanya. Bagaimana saya tahu? Ya dari catatan-catatan kecilnya di buku diarinya. Bukan bermaksud memata-matai wilayah pribadi anak saya. Dia memang tidak menganjurkan saya untuk membuka diarinya, tapi kunci buku diarinya dititipkan saya sih…

       Begitulah, mencurahkan isi hati atau mendokumentasikan momen-momen berkesan dalam hidupnya lewat alat tulis  dan kertas telah menjadi kebiasaan sekaligus hobi putri saya. Baik suka atau pun duka. Baik pengalaman yang tidak mengenakkan atau pun yang menceriakan. Pernah suatu saat di lingkungan perumahan saya sedang musim permainan petak umpet. Anak-anak suka sekali bermain petak umpet walau malam hari, hingga suasana lingkungan kami jadi ramai dan meriah. Si kecil pun membuat coretan untuk merekam aktivitas ceria  bersama teman-temannya.   Tulisannya singkat, pilihan bahasanya sederhana namun pas banget dalam menggambarkan suasana asyik gembira mereka.

          Sedikit sekali revisi yang perlu dilakukan saat saya memotivasinya untuk mengetiknya lalu mengirimkannya ke Radar Malang suplemennya koran Jawa Pos. Tak disangka karya mini itu ternyata dimuat. Betapa bahagianya kami berdua. Semoga ini bukan tulisan terakhirnya yang dimuat media massa. Ada tanggungjawab mulia di pundakku   untuk membimbingnya menjadi pendekar pena,  yang dengan  tetesan tintanya turut mencerahkan dunia!


Komentar

Login untuk melihat komentar!