Suatu ketika Allah memberi kesempatan pada saya sekeluarga untuk mengikuti sebuah pelatihan grafologi. Grafologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang makna bentuk/model, arah goresan dan tingkat tekanan dari tulisan tangan seseorang dikaitkan dengan tipikal kepribadian, gaya sosialisasi, pola finansial, bahkan mood maupun problematika yang sedang dihadapinya saat itu.
Apakah kesan saya setelah mengikuti pelatihan Grafologi tersebut? Senang dan takjub. Senang karena saya telah belajar sebuah ketrampilan baru yang insyaallah sangat bermanfaat untuk kehidupan. Takjub karena merasa barusan ‘melek rambu’ salah satu saja dari rambu-rambu Allah yang tiada terkira banyaknya pada diri manusia. Grafologi bagi saya memang tak lebih dari sebuah rambu milikNya, tetesan ilmu Allah, kreasi Dia semata …
Waktu saya broadcast tentang jadwal kulsap (Kuliah WhatsApp) Grafologi di grup wa sebelah yang judulnya berkaitan dengan anak, saya dibilang memosting hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan dunia anak. Sayangnya saya hanya diklaim, bukan diberi pertanyaan: emangnya ada hubungan grafologi dengan anak-anak? Seandainya saya ditanya seperti itu -bukan dihakimi-, insyaallah saya menjawab: ada, banyak bahkan erat hubungannya . Sayang jika diklaim seorang anak hanya membutuhkan bekal membaca dan menulis secara eksplisit saja di periode awal kehidupannya.
Kebanyakan orang skeptis (ragu-ragu) bahkan tidak percaya dengan manfaat grafoterapi. Ini golongan orang yang belum tahu. Ada juga yang langsung menentang dan berasumsi negatif tanpa menelisik atau mencoba mengurai duduk persoalannya. Nah, yang disebut belakangan ini golongan orang yang ‘kelewat’ pintar karena langsung bersikap negatif tanpa ilmu maupun data. Hebat bukan? Jadi saya perlu beberapa analogi untuk membantu memberikan penjelasan.
Bagi saya grafologi atau analisa tulisan tangan itu ibarat rambu-rambu lalu lintas saja yang justru membuat saya berdecak kagum pada penciptanya. Apakah penciptanya itu para grafolog yang sudah menekuninya selama puluhan bahkan ratusan tahun? Sama sekali bukan! Kalau rambu-rambu lalu- lintas memang dibuat berdasarkan kesepakatan manusia, tapi rambu-rambu yang mampu menyiratkan tentang keadaan mental, sisi kepribadian atau permasalahan yang sedang dihadapi seorang manusia, pasti hanya pencipta manusia yang bisa membuatnya!
Kita memang perlu berterimakasih kepada para grafolog itu, yang telah menemukan, mempelajari lalu merumuskan sistem pembakuannya menjadi bagian dari ilmu pengetahuan, mengaplikasikan dan membuat rangkaian solusi berbagai permasalahan psikis, pembelajaran dan keuangan berdasarkan keilmuan di dalamnya. Tapi pada Allah seharusnya lebih dahsyat lagi rasa takjub dan syukur kita!
Fenomena ini juga menyerupai para ilmuwan yang mempelajari ilmu Falaq. Mereka mempelajari lintasan benda-benda langit (khususnya bumi, bulan dan matahari) pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk mengetahui posisi benda langit antara satu dengan lainnya agar dapat diketahui waktu-waktu di permukaan bumi. Kemudian pengetahuan ini digunakan untuk berbagai perhitungan yang berguna bagi kehidupan manusia. Jadi mereka hanya memanfaatkan cipratan ilmu Allah yang Maha luas. Bukan klenik atau ramalan yang dilarang. Semuanya secara mutlak ada dalam kendali keilmuan dan wewenang Allah Swt .
Ilmu grafologi merupakan hasil riset dan penelitian dari para ilmuwan dari berbagai negara terhadap ribuan contoh tulisan tangan. Hasilnya, dari analisa tulisan tangan ini bisa ‘dibaca’ secara akurat tentang banyak hal yang bisa dijadikan pertimbangan untuk antisipasi atau solusi. Tapi takdir manusia selanjutnya tetap dalam wewenang Allah. Misalnya, dengan belajar grafologi kita bisa mengetahui kebohongan atau kejujuran calon mitra bisnis kita, jadi kita bisa berikhtiar maksimal menyeleksi yang terbaik. Apakah ini berarti kita akan 100% terhindar dari penipuan? Wallahu a’lam bisshowab. Jika Allah masih ingin menguji keimanan dan kesabaran kita, tetap saja kita bisa tertipu dari berbagai jalan. Maka grafologi hanyalah alat dan ilmu pengetahuan, sedangkan keamanan dan ketenangan hati manusia hanya Allah yang memegang kuncinya!
Bagi seorang pendidik, analisa tulisan tangan bisa membantunya memecahkan masalah yang sedang dihadapi anak didiknya tanpa menghabiskan terlalu banyak waktu untuk interogasi panjang. Ada lagi contoh lainnya. Berdasarkan analisan tulisan tangannya, anak perempuan saya terbaca sebagai sesosok anak yang introvert dan mengutamakan kenyamanan. Itu benar dan dia mengakuinya. Daripada makan sendiri dia lebih nyaman saya suapi. Daripada mandi air dingin, dia lebih suka pakai air hangat dan mesti saya yang merebuskan untuknya. Dari orok hingga ‘bayi gerang’ sukanya tidur kelon ibunya. Namun realitanya? Sudah bertahun-tahun ini dia rela ngantri mandi air dingin di pesantrennya sejak jam 2 malam, makan seadanya dan tidur berbaur dengan teman-temannya. Kok masih terbaca di tulisan tangannya sebagai pencari nyaman? Banyak kemungkinannya. Pertama, bahwa sebetulnya walau sudah terbiasa dengan situasi baru di luar rumah, sebetulnya dia tetap mengenang kenyamanannya dulu, hanya saja dia selalu berjuang menaklukkan dirinya sendiri. Kedua, hal-hal berbeda yang dia temui telah diformatnya dalam benaknya menjadi standart kenyamanan baru . Karena nyatanya, dia cukup disiplin soal pulang dan manejemen kangen keluarga. Tentang persoalan pribadinya yang selalu dia curhatriangkan pada saya? Saya jadi trenyuh dan bangga, menjadi ‘sahabat dekat terpilih’ seorang anak introvert seperti dirinya, tempatnya mempercayakan banyak suka duka dan kisah pribadinya. Grafologi membantuku lebih pandai bersyukur padaNya.
Login untuk melihat komentar!