JALAN KENANGAN


        Saat seorang perempuan memutuskan untuk hanya fokus berumahtangga dan mengurus keluarganya maka lingkup pergaulannya menjadi sempit. Apalagi di era belum ada internet dan medsos. Dunia  menjadi jauh lebih terbatas. Kehadiran buku-buku bacaan melepaskanku dari keterbatasan itu. Mengantarku 'melanglang buana' dalam dunia ide dan imajinasi yang luas. Membuatku terhibur dan merasa tercerahkan. Saat suntuk dengan segala rutinitas pekerjaan rumah dan mengurus anak, membaca menjadi rekreasi pikiran yang menyegarkan. Kala bersua beragam problema yang aku belum tahu jalan keluarnya, membaca menjadi alternatif menemukan jalan keluarganya. Jika di zaman sekarang banyak ibu mengasuh anak-anaknya sambil mengoperasikan HP, maka dulu aku menyusui atau menemani anak-anakku bermain sambil membaca. 

        Dan entah kenapa, sepertinya membaca dengan menulis itu memang sudah Satu Jiwa. Orang yang suka atau sering membaca dengan sendirinya lama-lama termotivasi atau bahkan gatal untuk menulis dikarenakan jalinan persepsinya. Proses membaca memang terkesan pasif, namun reaksi baliknya adalah pancaran ide responsif yang sulit dibendung.

        Dengan menulis aku serasa bisa curhat seraya memperoleh cermin. Setiap menorehkan kata, kata itu pun balik bertanya. Aku pun berbincang dalam diam dengan diriku sendiri. Sambil menguliti bayanganku sendiri. Aku memang sering bisa menangis lebih puas. Atau tersenyum lebih lepas. Setelah berbantah -bantahan dengan nuraniku sendiri tak kalah deras.

Komentar

Login untuk melihat komentar!