~~~~~~Halo, terimakasih sudah mampir. Bantu share dan subscribe ya 😊 Terimakasih 😄🙏😍~~~~~~~~~
"Yantiiiiii keluar kamu!!!!!" Teriak Bu Ida dengan penuh amarah
"Astagfirullah.... Ibu-ibu ada apa ini? Kenapa ramai-ramai ke rumah saya?" Tanya Bu Siti
"Heh Siti, mana anakmu Si Yanti???? Penggoda suami orang! Mau jadi pelakor dia???"
"Apa maksud Bu Ida?" Tanya Yanti kebingungan
"Kamu masih belaga tidak tahu Yanti??? Sejak kamu disini suami saya sering datang ke sini! Bukan cuma suami saya, tapi ibu-ibu yang lainnya juga. Suami-suami mereka jadi tidak betah di rumah dan selalu tongkrongin rumah kamu!"
"Saya tidak melakukan apapun! Mereka juga datang dan bertamu kepada Mas Yanto, berbicara di teras rumah dengan Mas Yanto. Ibu jangan fitnah saya ya!"
"Kamu jangan belaga bo - doh ya Yanti!!! Alasan!!!" Ujar Bu Dewi geram
"Jangan berlama-lama ibu-ibu, ayo kita seret saja dia dari sini. Kasih dia pelajaran!" Ibu-ibu yang lainnya pun berteriak
"Jangaaaaan!!!!! Jangan apa-apa kan anak saya!!!" Bu Siti berteriak histeris
"Ibu, ibu, ibuuuuuu....." Adi dan Dita menangis berteriak ketakutan melihat ibu mereka diseret-seret.
"Stop!!! Hentikan ibu-ibu!!!!!" Pak RT dan para suami-suami datang mencegah aksi para ibu-ibu
"Kenapa kalian semua bertindak seenaknya kepada adik saya???" Yanto geram sekali dengan ulah mereka
"Hei Yanto! Jaga adikmu itu biar gak kegatelan jadi janda! Dasar miskin! Mau morotin suami orang ya?" Bu Ida terus saja mengompori
"Ibu jangan fitnah ya!!! Adik saya baru beberapa hari disini tapi dia tidak pernah ke luar rumah karena masa iddah nya belum selesai. Saya bisa laporkan balik ibu nuduh tanpa bukti. Setiap ada yang bertamu selalu saya yang menghadapi mereka." Tegas Yanto
"Mah, kamu bikin malu saja!" Kata Pak Gunawan suami Bu Ida
"Kenapa harus malu? Papa yang harusnya malu, selera rendah sukanya sama orang miskin! Kurang apa mamah?"
"Sudah, sudah! Masalah rumah tangga para bapak dan ibu-ibu sekalian silahkan selesaikan di rumah masing-masing! Saya sebagai ketua RT disini tidak boleh ada kekerasan terjadi. Yanti selama masa iddah nya memang tidak pernah ke luar rumah. Saya selalu memantau keadaan disini. Dan untuk bapak-bapak, tolong jaga pandangan kalian dan jangan datang lagi ke rumah Yanto jika tidak ada urusan yang sangat penting!"
Yanti menangis tersedu-sedu menahan sakit luka-luka dari serangan ibu-ibu tadi
"Harusnya kita semua berempati atas kejadian yang Yanti alami. Kasian dia, belum lagi anak-anak nya yang kini menjadi anak yatim. Bukankah seharusnya kita memuliakan anak yatim? Kenapa semuanya menjadi liar seperti ini?"
Pak RT memberi nasihat kepada warga. Para warga semuanya menunduk entah malu atau pun merasa gengsi mengakui kesalahan justru suami-suami merekalah yang tidak bisa menjaga pandangan. Akhirnya mereka bubar pergi ke rumah masing-masing.
3 bulan telah berlalu akhirnya masa iddah Yanti sudah selesai. Semenjak kejadian itu tidak ada lagi laki-laki yang datang bertamu ke rumah Yanto.
Tapi tetap saja para laki-laki selalu melihat Yanti dari kejauhan. Mereka melihat Yanti di sebuah warung kopi yang tak jauh dari rumahnya.
"Hei Pak Gunawan, sekarang kan sudah selesai masa iddah nya Si Yanti. Apa bapak mau ke sana lagi?" Tanya Pak Saep dengan menada mengejek
"Benar itu Pak. Sebagai juragan orang terkaya di kampung ini bapak pasti bisalah... " Timpal Pak Akri
"Kalian ini bisanya cuma mengejek. Tentu saja saya bisa melakukan itu. Tapi sejak kejadian itu istri saya jadi bertambah ketat pengawasannya. Ini saja saya keluar harus nyari alasan sambil melas-melas. Tapi sebagai laki-laki sejati pasti saya tetap akan berjuang untuk nya." Jawab Pak Gunawan penuh percaya diri
Dari kejauhan terlihat ada seorang ibu-ibu yang datang dan berteriak
"Papaaaaaaa....... Sudah mulai berani ya bohong sama mama!!! Pulang sekaraaaaaaaaang!!!!" Ternyata Bu Ida yang datang.
Sontak semua orang yang melihat pun menertawainya.
"Hahahhaahahahaaaa.... Makanya Pak, udah tua jangan terlalu percaya diri. Ingat umur.. hahahahahaa...... "
Sementara di dalam rumah Yanto terjadi pembicaraan yang sangat serius.
"Mas, aku besok aku akan mencari kerja." Yanti berkata dengan ragu
"Untuk apa kamu mencari pekerjaan? Mas masih bisa kamu, ibu dan ponakan-ponakan mas."
"Aku juga harus bekerja mas. Agar aku punya kesibukan dan tidak terlalu membebani mas. Aku kasian lihat mas yang banting tulang sendirian. Belum lagi untuk berobat ibu. Biarkan aku mencari untuk anak-anak ku."
"Mas tetap tidak setuju. Tinggalah terus di rumah untuk membantu mas merawat ibu dan tetap fokus pada anak-anak mu. Sebagai seorang kakak, tanggung jawab itu memang kewajiban mas."
"Tapi mas, ibu juga sudah mengizinkan."
"Mas bilang tidak boleh!!!!! Kamu paham!!!!"
Yanti hanya bisa menunduk mendengar bentakan sang kakak sambil bertanya-tanya
"Kenapa Mas Yanto tidak mengizinkan????" Batin Yanti