STORY WA BABY SITTER
Episode_5
Membuat Penghianat Mati Kutu
"Serapat apapun kamu menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga bau busuknya." Reline menatap suaminya yang sudah terlelap, setelah mengetahui ini. Ia tidak akan tinggal diam, Reline akan langsung menyelidikinya.
***
Setelah itu Reline memutuskan untuk merebahkan tubuhnya di sebelah suaminya. Reline berusaha untuk memejamkan matanya, tetapi bayangan tentang rekaman CCTV yang ia lihat tadi pagi, tiba-tiba melintas di benaknya. Meski belum jelas siapa lelaki itu, tapi Reline yakin kalau lelaki yang bersama Susi adalah anggota keluarganya sendiri.
Entah kenapa tiba-tiba Reline mempunyai pikiran untuk mengecek CCTV, sebelum mengetahui siapa yang masuk ke dalam kamar Susi membuatnya tidak tenang. Setelah itu Reline bangkit dari tempat tidurnya, lalu berjalan menuju sofa. Tak lupa ia membawa leptop miliknya untuk memeriksa rekaman CCTV.
"Bismillah." Reline mulai menyalakan leptop miliknya, lalu melihat rekaman CCTV yang berada di kamar Susi.
Sedetik kemudian Reline membekap mulutnya setelah melihat siapa yang masuk ke dalam kamar Susi. Awalnya Reline tidak yakin, tetapi setelah melihatnya langsung, kini ia yakin. Reline terus beristighfar, adiknya yang selama ia pikir memiliki pribadi yang baik, ternyata bisa berbuat nakal.
"Tirta, bisa-bisanya kamu melakukan ini dan kamu, mas. Ya Allah, kenapa suami dan adikku bisa terjerat oleh baby sitter yang selama ini aku percaya." Reline mengusap dadanya, setelah itu ia menutup layar laptopnya. Sangat menyakitkan saat melihat adiknya sendiri berbuat nakal seperti itu.
"Dan kamu, Mas. Walaupun kamu menyembunyikan rahasia serapat apapun. Pasti akan ketahuan juga." Reline mengusap wajahnya, ia teringat akan pesan yang terkirim untuk suaminya itu. Walaupun Zidane dengan sengaja tidak menyimpan nomor Susi. Tetapi yang namanya bangkai akan tercium juga.
"Ok, aku rasa bukti ini cukup untuk membuat mereka sadar akan perbuatannya. Tidak akan ada tamu masuk, jika tuan rumah tidak membukakan pintu. Dan sebaliknya, tidak akan ada pintu terbuka jika tidak diketuk terlebih dahulu." Reline tidak akan membuang waktu lagi, besok pagi juga ia akan membongkar semua rahasia yang selama ini mereka tutupi.
Setelah itu, Reline dengan sigap menuju lemari untuk memeriksa surat penting yang ia simpan. Khawatir jika nanti suaminya berbuat curang, Reline mengambil surat-surat penting tersebut dan memeriksanya satu persatu. Reline bernapas lega setelah mengetahui tidak ada yang berubah, tetapi untuk mengambil aman, ia akan menyimpan di tempat lain.
"Ok, yang namanya penghianat tidak akan ada kata ampun. Mungkin untuk memaafkan bisa, tetapi untuk bertahan itu sangat sulit, walaupun dalam hati kecil ini masih tersimpan rasa," ucap Reline. Setelah itu ia memutuskan untuk kembali naik ke tempat tidur. Rasanya ia tidak sabar menunggu pagi.
***
Pagi menyapa, pagi ini Reline sudah menyiapkan sarapan pagi, sebelum mengibarkan bendera perang. Ia akan mengajak lawannya itu untuk sarapan pagi terlebih dahulu, agar mereka bisa menerima kenyataan. Tepat pukul enam pagi Zidane turun dengan membawa koper, ia berjalan menghampiri istrinya yang sudah menunggu di meja makan.
"Sayang tumben banget jam segini sarapan sudah siap," ujar Zidane seraya menarik kursi untuk duduk. Jujur, ia cukup heran, karena biasanya jam setengah tujuh baru siap.
"Iya, Mas sengaja. Sekalian kita sarapan bersama." Reline bangkit untuk mengambil gelas, sementara Zidane sudah duduk di kursinya.
Selang berapa menit Tirta, Nirmala dan Susi datang, memang sebelumnya Reline sudah meminta baby sitter-nya itu untuk ikut sarapan bersama. Jujur, Zidane sedikit salah tingkah saat melihat Susi datang, terlebih tatapan mata baby sitter putrinya terlihat berbeda.
"Ayo kita mulai sekarang saja mumpung masih anget, Susi ayo nggak usah sungkan. Anggap saja kita keluarga," ujar Reline, sementara Susi hanya mengangguk. Ekor mata Reline menangkap basah Susi saling pandang dengan suaminya. Jujur, rasanya sakit tetapi ia tahan untuk beberapa saat.
"Ma, Nirmala mau makan nasi gorengnya aja," ujar Nirmala.
"Ok, Sayang. Sini mama ambilin," ujar Reline, lalu dengan segera ia mengambil piring dan diisi dengan nasi goreng kesukaan putrinya.
Sarapan pagi ini cukup hening, hanya ada suara dentingan sendok dan garpu yang saling bertarung di atas piring. Sementara mereka hanya diam, tanpa ada sepatah kata yang keluar. Sesekali Reline memperhatikan suami, adik dan baby sitter-nya, mereka terlibat begitu tegang, layaknya seorang maling yang ketahuan mencuri.
"Mas sebelum kamu pergi, ada sesuatu yang ingin aku sampaikan," ujar Reline, seketika mereka menghentikan aktivitasnya.
"Ada apa?" tanya Zidane dengan raut wajah bingung.
"Sebentar ya." Reline bangkit dari duduknya, lalu berjalan mengambil ponsel dan laptopnya. Setelah itu Reline kembali duduk, Zidane menatap heran pada istrinya itu.
"Sayang ada apa?" tanya Zidane. Rasa penasarannya semakin bertambah saat melihat istrinya membawa leptop serta ponsel.
"Ok, kalian bisa melihatnya." Reline sudah menyalakan laptopnya, lalu memutar rekaman CCTV yang berhasil ia simpan. Zidane, Tirta dan Susi memperhatikan video yang sedang berputar. Sementara itu, Reline menyuruh putrinya untuk ke belakang terlebih dahulu bersama dengan mbok Jum.
"Kak ini .... " Tirta menggantung ucapannya saat mengetahui jika yang berada di rekaman tersebut adalah dirinya.
"Kalian tidak perlu kaget, karena ini tidak berlaku untuk kamu dan Susi saja kok. Tapi juga untuk mas Zidane," ucap Reline, seketika Zidane menoleh menatap istrinya.
"Maksud kamu." Zidane menatap lekat wajah istrinya.
"Lihat ini, Mas." Reline menunjukkan chat rahasianya bersama dengan Susi. Bahkan untuk chat yang semalam. Seketika mata Zidane membulat sempurna, begitu juga dengan Susi.
"Sayang itu .... "
"Tidak perlu membela diri, karena kalian bersalah. Dan bodohnya aku, terlalu percaya dengan penghianat seperti kalian." Reline memotong ucapan suaminya, seketika mereka bertiga bungkam.
"Nyonya saya .... "
"Aku tidak menyuruhmu untuk bicara, karena bukti sudah menyatakan jika kalian semua bersalah, jadi siap-siap saja untuk mendapatkan balasan yang setimpal." Reline memotong ucapan Susi. Seketika wanita dengan rambut sebahu itu terkejut. Bukan hanya Susi saja, tetapi Tirta dan juga Zidane pun demikian.
__________&&&&&&&__________
Yuk bantu subscribe, untuk mendapatkan notifikasi bab selanjutnya. Jangan lupa bintang lima juga ya, serta love dan komen sebanyak-banyaknya.