STORY WA BABY SITTER
Episode_4
Chat Rahasia
"Ya Allah, siapa lelaki itu, wajahnya tidak terlihat. Tapi dari pakaiannya seperti milik ... ah tidak mungkin adikku seperti itu, tapi .... " Reline menghentikan ucapannya saat lelaki itu menoleh, tapi tiba-tiba lampu padam.
***
Reline menghela napas, masih belum jelas siapa laki-laki yang masuk ke dalam kamar Susi. Jika dipikir, sepertinya bukan suaminya, karena semalam Zidane berada di sampingnya dari malam sampai lagi. Reline memijit pelipisnya, Susi memang harus diselidiki lebih dalam lagi.
"Tirta, kalau kamu sampai melakukan hal terlarang itu dengan Susi. Kakak tidak segan-segan untuk mengusir kamu dan mencabut semua fasilitas yang kakak berikan," gumamnya. Selama ini Reline memang yang membiayai hidup Tirta, hal tersebut karena kedua orang tua mereka bercerai dan memilih untuk hidup masing-masing.
"Bukan hanya Tirta, tapi kamu juga mas. Kalau kamu ketahuan main serong, aku tidak takut untuk melepasmu," gumamnya lagi. Setelah itu Reline menutup leptopnya, ia akan mengecek kembali rekaman cctv di kamar Susi esok hari.
Di lain tempat, saat ini Tirta dan Susi sedang dalam perjalanan menuju pusat perbelanjaan. Setelah mengantar Nirmala sekolah, mereka akan mampir berbelanja terlebih dahulu. Orang lain mengira jika Tirta dan Susi tidak saling kenal, tapi mereka salah, karena keduanya sering menghabiskan waktu bersama.
"Kamu yakin, jika kakakmu tidak akan curiga?" tanya Susi. Usia yang terbilang masih muda, memiliki wajah yang cantik. Membuat Tirta tidak bisa menahannya setiap kali bertemu.
"Kamu tidak perlu khawatir, kak Reline tidak akan tahu atau curiga jika kita ada main," sahut Tirta sementara Susi hanya mengangguk. Setelah itu Tirta melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup tinggi.
Tidak butuh waktu lama, kini mereka tiba di pusat perbelanjaan. Setelah memarkirkan mobil, keduanya beranjak turun, lalu mereka bergegas masuk ke dalam. Tirta akan mengajak Susi untuk berbelanja kebutuhan pribadinya. Setibanya di dalam, mereka langsung memilih barang yang hendak dibeli.
"Mau beli apa aja?" tanya Tirta, saat ini mereka sedang berkeliling mencari barang yang hendak dibeli lagi. Sisi terlihat bingung, karena kebutuhan pribadinya belum habis semua.
"Kayaknya ini cukup deh, soalnya yang lain masih ada," sahut Susi. Sementara itu Tirta hanya mengangguk, setelah itu mereka langsung menuju kasir untuk membayar.
"Total semuanya berapa, Mbak?" tanya Tirta. Saat ini mereka sedang mengantri di kasir.
"Total satu juta tiga ratus lima puluh ribu, Mas," jawab pegawai kasir tersebut. Setelah itu Tirta langsung membayarnya, usai membayar barang belanjaan, keduanya beranjak meninggalkan tempat tersebut.
"Oya, nanti Nirmala pulang jam berapa?" tanya Tirta. Saat ini mereka sudah berada di area parkiran.
"Biasanya jam sepuluh sudah pulang," jawab Susi.
Tirta melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. "Satu jam lagi dong. Gimana kalau kita ke cafe dulu sambil nunggu Nirmala."
"Boleh juga," sahut Susi. Setelah itu mobil melaju meninggalkan area parkir, mereka akan meluncur ke cafe yang dekat dengan sekolah Nirmala.
***
Waktu berjalan begitu cepat pukul tujuh malam Zidane baru saja sampai di rumah. Kini lelaki itu sedang membersihkan badannya terlebih dahulu, setelah itu mereka akan makan malam bersama. Di luar Reline sudah menyiapkan baju yang akan suaminya pakai.
"Mas, aku tunggu di bawah ya," ujar Reline setelah menyiapkan baju untuk suaminya. Sementara saat ini Zidane masih berada di dalam kamar mandi.
"Iya, nanti aku nyusul ke bawah," sahut Zidane dari dalam kamar mandi. Setelah itu Reline beranjak keluar dari kamar, wanita berjilbab itu melangkah menuruni anak tangga. Setibanya di bawah, terlihat jika Nirmala sedang belajar dengan ditemani oleh Susi.
"Sudah apa belum, Sayang belajarnya." Reline berjalan menghampiri putrinya lalu duduk di sebelahnya. Terlihat jika Nirmala sedang mengisi tugas yang diberikan oleh gurunya.
"Sebentar lagi selesai kok, Ma." Nirmala menoleh sejenak, lalu kembali fokus pada buku yang ada di hadapannya.
"Ya sudah, diselesaikan dulu, setelah ini kita makan malam bareng sama papa dan om Tirta." Reline mengusap kepala putrinya, setelah itu ia memilih bangkit untuk mengecek meja makan.
Tidak butuh waktu lama, kini mereka sudah berkumpul di meja makan. Untuk mengetes Susi, Reline sengaja mengajaknya untuk makan malam bersama. Di sini Reline ingin melihat seperti apa reaksi Susi saat melihat ia bersikap mesra dengan Zidane.
"Mas itu makanannya ada yang nempel di bibir bawah." Reline mengusap bibir bawah suaminya dengan jarinya, sementara ekor matanya menangkap jika Susi seperti tidak suka. Terlihat dari reaksinya yang langsung membuang muka, dari situ Reline tahu jika ada rahasia antara suami dan baby sitter-nya.
"Fix, kalian mempunyai hubungan yang sengaja disembunyikan." Reline membatin. Setelah itu mereka mulai melanjutkan ritual makan malam bersama.
Usai makan malam bersama, Zidane memutuskan untuk istirahat terlebih dahulu. Lantaran besok pagi harus meluncur ke Batam untuk urusan pekerjaan. Sementara itu, Nirmala juga memilih tidur agar besok tidak kesiangan. Namun berbeda dengan Reline, ia harus menyiapkan baju yang akan suaminya bawa untuk esok hari.
Pukul sembilan malam, Reline memutuskan untuk istirahat, tetapi ia memastikan jika putrinya benar-benar sudah tidur. Setelah Nirmala sudah terlelap, Reline bergegas menyusul suaminya ke alam mimpi. Namun niatnya terhenti saat mendengar ponsel milik suaminya berdering.
"Siapa sih, udah malam ganggu aja." Reline menengok suaminya yang sudah tertidur, sementara ponselnya terus berdering. Awalnya Reline ingin acuh, tapi lama kelamaan ia penasaran dengan pesan yang masuk pada ponsel milik Zidane.
Setelah itu Reline memutuskan untuk membuka pesan yang dikirim untuk suaminya, ada beberapa pesan yang masuk. Beruntung ponsel tidak dikunci, dengan segera Reline membuka pesan tersebut. Saat itu juga Reline mengernyitkan kening ketika membaca nama pengirimnya.
"Tukang bengkel, kok nama sama isi pesannya beda banget," ujar Reline setelah membaca nama pengirim pesan yang dikirim untuk suaminya.
@ 628 . . .
[Mas, besok jangan lupa ya. Sebelum berangkat ke Batam transfer uang dulu, seperti yang aku minta kemarin]
"Kenapa isi pesannya seperti ini, dan kenapa tidak ada namanya ... astagfirullah, apa mungkin ini nomor .... " Reline menggantung ucapannya, ia benar-benar tidak tahu siapa pemilik nomor yang baru saja mengirim pesan untuk suaminya itu.
"Serapat apapun kamu menyembunyikan bangkai, pasti akan tercium juga bau busuknya." Reline menatap suaminya yang sudah terlelap, setelah mengetahui ini. Ia tidak akan tinggal diam, Reline akan langsung menyelidikinya.
__________&&&&&&&__________
Yuk bantu subscribe, untuk mendapatkan notifikasi bab selanjutnya. Jangan lupa bintang lima juga ya, serta love dan komen sebanyak-banyaknya.