Prolog

📣 DICERAIKAN SAAT REUNI OLEH SUAMI GANTENG YANG PELIT, DAPAT SUAMI DEKIL YANG KAYA


💖 Ditalak dan dipermalukan saat reuni akbar.


#cerbung 

#MiratiMona

#Suamiku_dekil_kaya


"AKU TALAK DUA KAMU, TIARA!" Mas Aldo berteriak di tengah keramaian acara makan malam reuni yang langsung saja berubah hening. 


"Do, jangan begitulah! istighfar..." Salah satu temannya tampak tersenyum canggung dan berusaha menetralkan suasana yang mendadak sunyi.


Aku menelan liur berusaha tenang. Sebelum berangkat reuni, suamiku sudah menjatuhkan talak satu. Penyebabnya, make up-ku tidak bisa menghilangkan tumpukan jerawat di wajahku. 


"Bikin malu!" makinya tadi.


Padahal, bagaimana aku bisa melakukan perawatan untuk menghilangkan jerawat ini? Uang yang dia berikan saja masih kurang untuk kebutuhan sehari-hari hingga aku harus kerja serabutan sana-sini. Tentu itu menambah kusam wajahku. 


Dia lebih memilih menghabiskan gaji dua puluh jutanya untuk menambah cicilan ponsel, membeli baju kerja mahal, dan tas kerja mewah buatnya sendiri. Sementara makan, dia selalu makan diluar. 


Aku hanya diberi lima ratus ribu sebulan untuk hidup di Bekasi kota. Sudah termasuk biaya pulsaku. Astagfirullah!


Namun, aku berhasil membujuknya dengan mengatakan bahwa tak baik kalau ketahuan sudah beristri, tapi saat reuni datang sendiri. Aku tak ingin ada gosip buruk menerpanya. Sayang, niat baikku justru menjadi bumerang.


"Enggak! Dia ini selalu bikin malu suami!" Mas Aldo mengibaskan tangan temannya kasar.


"Mas, bisa kita bicarakan ini baik-baik?" Aku berusaha tersenyum meski rasanya ingin menangis. Aku tak ingin mengumbar aibnya di depan banyak orang, apalagi ini reuni SMA-nya dari berbagai angkatan.


"Kamu tuh nggak bisa diem apa? Aku udah bilang kalau ada yang nanya kamu kuliah di mana, jawab kayak yang kuajarin, bukan ngaku terang-terangan lulusan SMP! Nyesel aku nerima perjodohan kita! Punya istri kok udah jelek, kuper, gobl*k banget! Enggak ada bagus-bagusnya!"


Sudah cukup! 


Aku memang cuma lulusan SMP, tapi nggak berarti aku akan diam dipermalukan dan dihina-dina di depan banyak orang seperti ini. Lagian, dulu keluargamu yang mendekati keluargaku!


"Aku putus sekolah juga karena Ayah Mas Aldo alias Ayah mertuaku menipu Bapakku dan kabur membawa uang 500 juta saat aku masih SMP, sampai keluargaku terlunta-lunta!" Aku meletakkan piring makanan yang tadi sempat kuambil ke meja.


Wajah Mas Aldo memerah. "Kamu ngomong apa?! Dasar penipu!" 


Aku mengangkat bahu. Toh, saat ini artinya aku sudah bukan istrinya lagi. Aku pun sudah dihina di hadapan banyak orang. Ditalak dua kali dalam satu hari ternyata rasanya sesakit ini.


"Yah, terserah Mas mau ngomong apa. Namun, almarhum Ayah Mas di saat terakhir hidupnya takut kalau utang itu akan menyiksanya di alam akhirat." Sejenak aku berhenti mengamati ekspresi orang-orang di sekitarku. Mereka tampak terkejut dan aku menyukainya.


Aku tersenyum dan melanjutkan, "Karena itu, beliau berbesar hati datang meminta maaf pada Bapak dan berniat menjadikanku mantunya. Agar setidaknya, Mas bisa menebus dosa Ayah dengan menjadi suami yang baik. Maka Bapakku setuju utangnya diputihkan." 


Suara dengung reaksi orang-orang berbisik berkomentar mulai mengudara.


Aku menarik napas. "Orang tuaku pun berharap, jika tidak mendapat uang utang dari ayahmu, setidaknya aku akan menjadi bagian keluargamu dan menikmati harta yang memang menjadi hak keluargaku! Ternyata anaknya bejat!"


Tawa melengking membahana. "Kamu pinter ngarang ternyata! Kenapa nggak jadi novelis aja?!" 


Oh, drama! Aku hanya mengangkat alisku dan bersedekap pura-pura tak acuh meski hatiku hancur lebur. Aku tidak boleh sampai terlihat lemah. Demi orang tuaku yang telah berusaha membuatku bahagia dengan menikahi pria yang ternyata seorang b*jingan ini enam bulan lalu.


"Kamu bakalan jadi janda seumur hidup!! Dasar wanita jelek nggak laku!!"


Aku tersenyum dan mendekat satu langkah. "Enggak apa-apa. Daripada dapat suami kayak Mas! Untung kita belum punya anak. Kita bisa pisah baik-baik tanpa ribet." 


Tiba-tiba dia bergidik. "Amit-amit! Lihat mukamu aja bikin aku nggak nafsu gimana mau punya anak!"


Ruangan kembali riuh. Wajahku terasa panas. Aku bisa melihat beberapa wanita mencibir dan mengamatiku yang memang mungkin terlihat mengenaskan. 


Aku bukan wanita cantik. Kulitku tidak putih, wajahku berjerawat, hidungku juga pesek. Yang kusuka dari wajahku hanya bibir yang berbelah dan lesung pipit di kedua pipi.


"Lho? Tiara? Ini Tiara Pridantyiningtias Respati, ya?" Suara pria rendah terdengar memecah kesunyian. 


Aku menoleh melihat sesosok pria dengan kaus krem panjang berkerah dan celana hitam katun setengah betis. Terlihat tidak fashionable sama sekali. Kulitnya sawo matang dan terlihat eksotis. Tatapan matanya tajam, tapi juga lembut. Wajahnya lumayan tampan dengan janggut lebat yang ditata rapi.


Yah, siapa aku berhak menilai begitu, sementara aku pun hanya mengenakan gamis bahan Jersey dan jilbab instan panjang warna cokelat dekil. Hanya ini baju terbaik yang kupunya. 


"I-iya." Hanya kenalan dekatku yang hafal nama lengkap dan sulit dibaca milikku itu. Namun, apa aku mengenal laki-laki ini?


"Ini aku, kakak kelasmu pas SMP dulu! Inget nggak?" Dia tersenyum tipis. Senyuman yang terasa tulus.


Aku berusaha mengingat-ingat, tapi mengenal cowok rasanya hal mustahil bagiku saat SMP. Kedua orang tuaku yang waktu itu masih kaya, membatasi pergaulanku hanya dengan sesama cewek dan orang yang juga kaya raya.


"Maaf, saya orangnya pelupa." Aku menunduk dan merasa bersalah.


Tawa melecehkan terdengar. Mas Aldo kembali berkacak pinggang dengan puas. "Tuh, udah jelek, pelupa! Bener-bener sampah! Nggak akan ada yang mau jadi suamimu! Jadi talak dua juga udah bagus buatmu!" cercanya lagi.


Tiba-tiba kudengar kekehan kecil dari pria asing tadi. 


"Memang orang bodoh nggak akan ngerti betapa berharganya traaffeite!" Pria itu mengembangkan senyum yang memperlihatkan satu lesung pipit di pipi kirinya. 


"Ngomong apa kamu? Apa itu tadi? Truffle?" Mas Aldo tak bisa mengulang kata yang diucapkan pria itu. 


Lagi-lagi pria itu terkekeh. "Tiara itu wanita cerdas. Rangking satu tidak pernah lepas dari tangannya. Kamu bilang, dia nggak akan ada yang mau menikahi setelah kamu talak?"


"Ya! Mana ada yang mau sama wanita muka benjol-benjol, dada rata, dan cuma lulusan SMP pula!" Mas Aldo mencebik.


"Saya yang akan menikahinya. Sudah sejak SMP saya menyukainya. Itu kalau Tiara berkenan." Dia menatapku dengan sungguh-sungguh.


Aku tak bisa berkata-kata

------

Next?