Berbagi Rumah
SUAMI YANG KUKIRA MATI DI LAUTAN, KEMBALI SETELAH AKU MENIKAH LAGI
#Suamiku_masih_hidup_

Bab 2 berbagi rumah

Bersama Pak RT, Pak bayan desa dan seorang pemuka desa aku disidang di rumahku. Duduk di tengah aku, di samping kananku mas Hanif dan disamping kiriku mas Bagas. 

Sungguh aku malu, para tetangga semakin banyak berkumpul di depan rumahku. Mereka berebut mengintip apa yang terjadi di dalam, sesekali aku mendengar suara tertawaan ibu- ibu, entah apa yang mereka tertawakan, tapi perasaanku bilang mereka sedang bergossip tentangku.

“Jadi kamu sudah pulang Gas?”

Pak RT bertanya pada mas Bagas, di jawab dengan anggukkan

“lalu kemana kamu selama ini?”

Hening...

Semua orang terdiam menunggu jawaban mas Bagas. 

“Ceritanya panjang Pak RT” mas Bagas menghela nafas, matanya menerawang jauh...

“Kapal yang Kami tumpangi pecah di tengah laut dan...”

“Bagas....Bagas.  “

Terdengar teriakan suara perempuan dari arah luar. Seorang perempuan paruh Baya menyeruak masuk rumahku sambil menangis, itu ibunya mas Bagas, alias mertuaku.

Mas Bagas berdiri, ibunya langsung menghambur memeluknya sambil menangis histeris memanggil-manggil nama Bagas, membuat semua yang ada disini ikut terharu, bahkan ibu-ibu diluar ada yang ikut menangis. 

Aku hanya bisa diam dengan air mataku yang juga deras mengalir. Tak pernah aku sangka mas Bagas akan kembali dalam keadaan sehat Wal afiat dan mencariku. Kulirik mas Hanif, dia juga terdiam menyaksikan semuanya, aku tak tega, entah bagaimana perasaannya saat ini.

“Aku sudah merasa kalau kamu itu masih hidup Bagas, anakku huhuhu” tangis ibu mertuaku

“Iya bu, maaf tadi aku langsung pulang kesini untuk menemui istri dan anakku” mas Bagas mengelus punggung ibunya

Tiba-tiba ibunya mas Bagas menoleh padaku, sambil berlinang air mata dia menunjukku

“Sudah kubilang padamu Sari, kalau Bagas masih hidup, tapi kamu malah merapaknya! Kamu itu memegang perempuan gat**l!!”

“Jangan sembarang ngomong bu, jangan menghina Sari” mas Hanif menyahut

“Heh, beani kau ngatain ibuku? Minta kuhajar?!” 
Mas Bagas menunjuk muka mas Hanif sambil membentak.
Mas Hanif langsung berdiri, dia tidak terima di tunjuk-tunjuk mukanya

“Kamu pikir aku takut sama kamu? Sini maju!” 

Suasana kembali memanas, mas Bagas dan mas Hanif kembali mau adu jotos. Aku tetap duduk dengan lesu, terserahlah bingung aku, kututup wajahku dengan kedua tanganku.

“Sabar, sabar...mas Hanif, mas Bagas...”

Pak haji Jufri selaku tokoh masyarakat didesaku menengahi, dia menyuruh mas Hanif dan mas Bagas duduk.

“Karena sekarang Bagas sudah pulang, kita harus cari solusi untuk masalah ini” kata pak haji Jufri

“Sari tetap istri saya Pak, saya belum pernah menceraikannya!” Sahut mas Bagas

“Tapi aku sudah menceraikanmu mas, aku sudah merapakmu” jawabku cepat

“Kamu merapakku karena mengira aku sudah mati kan Sari? Sekarang aku kembali, rapakmu tidak berlaku lagi!” mas Bagas menatapku tajam

“Tapi aku juga menikahi Sari secara resmi” kali ini mas Hanif bicara

Hening, semua kembali terdiam

“Ehmm, “ pak RT berdehem, semua yang ada di ruangan ini melihatnya

“Jadi Kamu milih siapa Sari?” tanya pak RT

Pertanyaan apa itu? Batinku, semua orang melihatku, apakah aku harus menjawab?

“A_ku memilih mas Hanif” jawabku sambil mengangguk. Mas Hanif menolehku kemudian dia merangkulku, dia tampak lega dengan pilihanku.

Kulihat mas Bagas dan ibunya terkejut, terutama mas Bagas, matanya terus menatapku dengan sorot penuh kemarahan

“Oh gitu ya!?” 

Ibunya mas Bagas mendekatiku

“Kalau begitu, mulai sekarang rumah ini harus dibagi dua, separo untuk Sari dan separo untuk Bagas!”

“Mana bisa begitu bu?” aku protes

“He Sari, inget ya Bagas dulu juga ikut membeli tanah ini dan membangun rumahnya” ibu mertuaku sewot

Aku terdiam, memang iya sih dulu dua tahun pertama mas Bagas berlayar dia masih kirim uang, sehingga aku bisa membeli tanah ini dan membangun rumah sederhana diatasnya. Tapi sekarang rumah ini sudah bagus dan ini adalah jerih payah mas Hanif...
Aku tak punya pilihan

_____*****______

Paginya dengan dibantu warga, rumahku benar-benar dibagi dua! Aku disisi barat bersama mas Hanif suamiku dan mas Bagas di sisi timur sendiri, huuft!

Sialnya kamar mandi di rumahku cuma ada satu, jadi bagian belakang rumah tidak di sekat. Mas Bagas bisa bebas keluar masuk...

Lanjut








Komentar

Login untuk melihat komentar!