Part 1
Pesan Wa Dari Tetangga

[Sil, semalam kok rumahmu ribut banget, kek orang lagi pesta?]

Aku membaca pesan dari Mbak Risma berulang kali mencoba memastikan bahwa pesan tersebut memang benar adanya tanpa ada kesilapan saat aku membacanya.

[Lho? Kok bisa Mbak? Padahal di rumah sedang tidak ada siapa-siapa!] jawabku beberapa saat setelah membaca pesan dari Mbak Risma.

Bukan apa! Sudah hampir dua bulan aku kembali ke rumah ibu dan meninggalkan rumahku dan Mas Erlan tanpa penghuni.

Bukan tanpa sebab aku meninggalkan rumah itu, akan tetapi karena Mas Erlan sejak dua bulan yang lalu pindah tugas ke luar kota. Jadi menurutku, dari pada tinggal sendiri di rumah itu, lebih baik aku pulang ke rumah orang tuaku.

[Lah? Memangnya kamu belum pulang, Sil? Tapi kok aku dengar suara wanita di dalam rumahmu? Di tambah lagi sejak kemarin aku melihat suamimu mondar mandir keluar dari rumah.] jelas wanita itu lagi membuat aku terkejut.

Mas Erlan sudah pulang dari luar kota? Mengapa ia tidak mengabari aku? Ia hanya mengatakan bahwa ia masih harus tinggal di luar kota dalam jangka waktu yang lumayan lama. 

[Aku masih di rumah orang tuaku, Mbak!] jelasku lagi.
 

Memang jarak rumah orang tuaku dan rumahku dan Mas Erlan lumayan jauh itu sebabnya aku tidak bisa bolak balik ke sana dengan mudah. Butuh waktu.

Sebuah foto Mbak Risma kirimkan padaku dengan disertai pesan di bawah foto itu.

[Itu bukan Kamu Sil? Lho kok suamimu mesra sekali dengan wanita itu?]

Setelah membaca pesan dari Mbak Risma aku kembali memperhatikan Mas Erlan sedang merangkul seorang wanita yang aku tidak ketahui itu siapa.

[Aku ambil foto itu diam-diam Sil.] jelas Mbak Risma.

Belum sempat aku mengetik balasan untuk pesan tadi. Mbak Risma kembali mengirimkan pesan susulan beserta dengan sebuah gambar.

[lho? Kok mertua dan iparmu juga ada di sini?] tanya Mbak Risma membuat aku semakin tidak mengerti.

Apa yang mereka lakukan? Memgapa aku tidak dikabari sama sekali perihal ini?

Aku keluar dari chatt dengan Mbak Risma kemudian mengirimkan sebuah pesan pada Mas Erlan.

[Mas. Sedang apa?]

Hampir 10 menit aku menunggu balasan darinya hingga akhirnya pesan yang aku kirimkan itu centang biru.

[Mas mau meeting dulu. Jangan ganggu, ya.] 

Jawaban Mas Erlan benar-benar tidak masuk akal. Aku meremas Ponsel di tanganku kuat-kuat.

"Kau berbohong Mas! Lihat saja bagaimana aku mempermalukanmu."

Bersambung....