“Aku menuntut ganti kerugian materiil dan imateriil atas apa yang terjadi pada putriku. Ia di perkosa anakmu hingga hamil. Gara gara kehamilannya putriku tak bisa mengikuti turnamen yang harusnya Ia menangkan.” Ayah Reena meletakkan print hasil USG ke meja dan bicara dengan berapi api.
Reena sendiri berdiri dekat pintu ruang kerja kediaman ayah Hara. Sama sekali tak ingin melihat satu persatu anggota keluarga pelaku.
“Kami akan mengganti setiap turnamen yang seharusnya Ia menangkan.” Arsa yang berdiri di sebelah ayahnya mewakili bicara.
Ayah Reena terangguk, ia pikir mudah sekali memeras keluarga ini “Kapan kalian akan membayar ganti ruginya?”
“Setelah pernikahan sipil putrimu dengan anakku.”
Reena dan ayahnya sama sama terkejut. Ini tak seperti yang mereka berdua harapkan. Rencana awal mereka meminta uang agar punya dana untuk aborsi.
“Menikah? anakku tak berpikir untuk menikah.” Ayah Reena tak mungkin menikahkan anaknya. Pernikahan hanya akan membuat Ia kehilangan banyak turnamen yang harusnya dimenangkan Reena.
“Pernikahannya hanya sampai bayinya lahir. Setelah itu anakmu akan kembali padamu. Bayinya akan dibawah pengasuhan kami sehingga putrimu tetap bisa melanjutkan karirnya.” Arsa menjelaskan semua rencana yang telah disusun Ibunya.
Reena menatap ngeri, Ia tak menginginkan pernikahan. Apalagi pernikahan yang seperti kontrak dengan sponsor.
“Pernikahan hanya akan merugikan putriku! Ia hanya mau aborsi.”
“Iya. Saya hanya mau aborsi.” untuk sekian lama mereka berada di ruangan Reena baru bicara.
Reflek Arsa melihat kepada wajah yang sedari datang tertunduk. Wajah itu dingin, sama sekali tanpa ekspresi.
“Kalau begitu kami akan membayar pengacara untuk mengugurkan tuntutan kalian.” Arsa mengancam.
Ayah reena panik, ia tak mungkin membayar pengacara untuk melawan mereka. keuangannya tengah sulit. Satu satunya cara hanya menegosiasikan ulang demi mendapatkan nilai kompensasi yang paling memuaskan.
“Sembilan bulan dan kau harus membayar ganti rugi tiap bulannya. Semua ganti rugi dari awal reena di diskualifikasi hingga ia melahirkan nanti.”
Reena terkejut, Ia melihat ayahnya berharap ayahnya menarik kembali kata katanya. Tapi ayah reena mengabaikan tatapan putrinya. Lelaki tua itu menunggu mereka membuat keputusan.
Arsa melihat ke ayahnya, ayahnya terangguk mengisyaratkan ia menerima kesepakatan yang diminta.
“Kami setuju dengan permintaanmu. Besok kita akan ke catatan sipil bersama. Saat semua dokumen pernikahan selesai disahkan kau tinggal berikan rinciannya pada kami. kami akan langsung mentransfer.”
“Aku minta DP sekarang.” Ayah Reena yang sudah kritis keuangannya tanpa malu meminta uang muka
Arsa melihat pada ayah anak itu bergantian, ia khawatir lelaki tua itu kabur membawa lari DP dan datang lagi saat kehabisan “Kami butuh jaminan bahwa kau tak akan lari. Jika kau setuju anakmu harus mulai tinggal disini malam ini.”
Reena menggeleng ke ayahnya, Ia tak mau tinggal di rumah orang lain
“Ku ijinkan ia tinggal disini asal DP-nya dibayarkan sekarang.” Ayah Reena mengabaikan tatapan mengiba putrinya.
Ayah Arsa menuliskan cek dan menyerahkan pada Ayah Reena. Lelaki tua itu tersenyum lebar.
“Kapan ia dikembalikan padaku?” Ayah Reena terlalu tamak. Ia masih ingin menjadikan putrinya sapi perah
“Kami baru akan mengembalikan setelah ia melahirkan.”
“Baik kalau begitu aku permisi.”
“Pah” Reena menggapai tangan papanya.
Ayahnya menurunkan tangan Reena “Jadi anak yang baik dan jangan membuatku selalu khawatir.”
Reena mengerti maksud kalimat itu. Menurut atau kau mau dibenamkan ke air. Reena melihat papanya meninggalkan ruang kerja. Tinggal dirinya sendiri dalam tatapan Ayah Hara dan entah siapa pria satunya.