Pesan Tengah Malam
Tengah malam handphone Bang Bary suamiku bergetar. Bang Bary sepertinya sangat lelah sampai tidak mendengar jika handphone-nya bergetar. Awalnya aku abaikan tapi karena handphone-nya terus bergetar akhirnya aku buka layar pipih yang tak henti bergetar itu.

["Bang."] 

["Sudah tidur?"]

["Uangnya sudah aku terima, terima kasih."]

Karena tak kunjung ku balas nomer itu terus mengirim pesan.

Kira-kira begitulah isi pesan wa yang masuk ke handphone suamiku. Aku penasaran uang apa yang dimaksud? Kontak tak bernama, dari bahasanya seperti pesan dari seorang perempuan.

Aku jadi tidak bisa tidur semalaman aku meng- otak-atik handphone Bang Bary. Kuperiksa kontak juga riwayat panggilan dan pesan, siapa tahu ada jejak tentang siapa pemilik kontak tanpa nama tersebut.

Hampir setengah jam aku mencari tidak ada sedikitpun petunjuk tentang nomor yang dimaksud. Pikiran pun jadi melanglang buana, sempat terlintas pikiran yang tidak-tidak tentang suamiku. Namun, aku tetap mencoba positive thinking.

Aku percaya Bang Bary tidak akan macam-macam, suamiku tipe lelaki setia. Hanya aku satu-satunya perempuan yang ia sayang dan cinta selain ibunya dan kakak-kakak perempuannya.

Detik berganti menit, menit berganti jam. Mataku tak henti menengok kearah benda bulat yang menempel di dinding kamar. Rasanya ingin cepat pagi, ingin cepat-cepat menanyakan kepada Bang Bary Siapa pemilik kontak tanpa nama itu? Dan uang apa yang dia maksud? Kenapa dia mengirim pesan tengah malam?

Itu semua membuatku tak nyaman. Jika memang semuanya baik-baik saja dan tidak ada yang yang disembunyikan seharusnya orang yang bersangkutan menghubungi atau mengirim pesan pada mas Bary di jam-jam normal bukan saat tengah malam. Waktu di mana orang-orang seharusnya beristirahat, secara etika tidak sopan dan mengganggu orang lain. 

gaimana perasaan kalian saat seorang tetangga perempuan meminjam uang kepada suami kalian, tanpa sepengetahuan? Menurut kalian apakah semuanya biasa? Apa aku salah jika aku menegur mereka? Menurutku akan lebih baik jika si tetangga meminta bantuan padaku sebagai sesama perempuan. 

Sebelum adzan Subuh aku sudah bergegas ke kamar mandi, mandi kemudian menyelesaikan semua pekerjaan rumah lalu menanak nasi.

Tak lama Bang Bary menyusul, dia mandi lalu mengajakku untuk salat Subuh berjamaah. Aku masih menahan rasa penasaranku, sebelum sampai selesai salat berjamaah aku masih menjaga sikap dan tidak menanyakan apa pun soal pesan yang kulihat semalam.

Seperti biasa setelah berdoa aku menyalami tangan mas Bary, setelah itu melipat mukena lalu pergi ke dapur untuk membuat teh manis dan roti selai kesukaan suamiku.

Mas Bary mengikutiku ke dapur, ia duduk di meja makan sambil membawa laptop dan mengerjakan pekerjaannya yang belum selesai tadi malam.

"Wah-wah kamu memang istri hebat, Sayang. Sepagi ini rumah sudah kinclong, benar-benar istri idaman," ucap Bang Bary.

"MASA?" jawabku, sambil menyimpan secangkir teh hangat dan roti selai di atas meja.

Aku melihat ekspresi berbeda di wajah Mas Bary.

"Kenapa? Ada yang salah? tanyaku lagi.

"Justru Abang yang mau tanya, apa Abang melakukan kesalahan? Pagi-pagi kamu sudah memberi Abang pertanyaan aneh," selidiknya. 

"Tdak ada yang aneh! Pertanyaannya biasa-biasa saja. Mungkin ada yang Abang sembunyikan sehingga Abang merasa kaget dengan pertanyaan yang aku lontarkan!"

Bang Bary mengusap-ngusap dagunya berapa kali seperti orang yang sedang mengingat-ngingat sesuatu yang sedang Ia lupa.

"Abang selama ini selalu jujur, tidak pernah ada yang Abang sembunyikan. Mentari ... sejak Abang menikahimu Abang sudah berjanji akan menyayangi kamu sampai kapanpun. Abang tidak akan menyembunyikan apapun darimu, kita menjalin sebuah keluarga untuk menyatukan dua pikiran kita dalam satu keterbukaan dan tidak akan pernah ada rahasia diantara kita," paparnya.

"BOHONG!" potongku, dengan nada sedikit ketus.

"Ayo duduk sini! Coba ceritakan hal apa yang Abang sembunyikan sehingga kamu menilai abang seorang pembohong? ajak Bang Bary sambil menepuk tempat duduk yang tepat berada di sebelahnya.

"Sebelumnya Tari minta maaf, Bang. Semalam handphone Abang bergetar, awalnya Tari biarkan tapi handphone Abang kembali bergetar. Berulang-ulang, jujur Tari terganggu, mau tidak mau Tari membuka pesan di handphone Abang, mana tahu adapesan penting," jelasku.

"Lalu pesannya apa? Dari siapa?" tanya Bang Bary.

"Abang belum buka handphone?" tanyaku kesal.

"Belum!" singkatnya.

"Ii ... Abang bisa cek sendiri pesan itu dari siapa? Dan tolong ceritakan pada Tari, apa maksud dari semua pesan itu?" ketusku.

Be-te di saat emosi suami malah bisa-bisanya bersikap B aja. Ada yang senasib?


Komentar

Login untuk melihat komentar!