Gak bosan mengajak teman-teman untuk follow, subscribe, rate bintang 5, tap love dan komen di kolom komentar. Terima kasih🙏🤗
part 5
Selera belanjaku musnah sudah, apa yang sudah aku bayangkan di rumah tadi, ambyar semua. Menu masakan yang aku rencanakan hari ini seolah menghilang dari ingatan.
Setelah mobil Bang Barry semakin menjauh aku memilih menyebrang ke sebuah minimarket. Membeli minuman dingin dan beberapa snack lalu duduk di pelataran minimarket sambil mendinginkan kepalaku yang sudah mengepul sedari tadi.
Kenapa tadi Bang Barry begitu emosi saat aku tanya soal Aftar, ah! Aku mulai lagi. Jiwa detektifku semakin meronta, aku tak akan berhenti sampai sini, semakin penasaran penyelidikanku akan semakin gencar.
Panggilan dari Bang Barry dilayar sudah 3kali kulewatkan. Sudah kebiasaaan jika tiba di kantor suamiku mengabari lewat telepon tapi kali ini aku malas mengangkat telepon darinya.
Setelah hampir satu jam aku memilih kembali ke rumah menggunakan taksi online. Sepanjang perjalanan tanganku dengan cekatan mengusap.layar pipih di tangan, menasukan belanjaan kedalam keranjang. Karena malas akhirnya aku memutuskan untuk berbelanja sayuran dan bahan masakan untuk makan siang via aplikasi.
Turun dari taksi online aku melihat sebuah motor terpakir di halaman rumah Mbak Dewi tapi bukan motor Mas Heru. Baru saja mau masuk, sesorang memanggilku.
"Assalamualalaikum. Maaf, Mbak saya mau tanya. Dewi kemana ya? Sepertinya tidak ada orang di rumahnya," Perempuan berkerudung instan yang sepertinya seumuran mbak Dewi itu muncul dari samping rumah mas Heru.
"Jam segini mbak Dewi nganter anaknya Aftar sekolah, Mas Heru belum pulang, katanya ada acara kemping 3 hari dari sekolah tempatnya mengajar," jawabku.
"Aku boleh ikut menunggu Dewi di sini ya, Mbak!"
"Silakan tapi maaf aku tidak bisa menemani, di dalam banyak pekerjaan," pamitku.
Aku membawakan segelas minuman dingin dan beberapa camilan setelah itu kembali dengan aktivitas memasak.
Bang Barry terbiasa pulang dan makan di rumah saat istirahat jadi setiap hari aku harus selesai memasak sebelum tengah hari.
Sampai aku selesai memasak orang yang mencari mbak Dewi masih duduk di teras. Mbak Dewi belum pulang juga padahal biasanya jam 10 pagi dia sudah pulang.
"Mbak Dewi belum pulang?" tanyaku.
"Belum, dari pagi sudah ku kirimi pesan padahal tapi sudah siang begini belum muncul," jawabnya.
"Mbak Saudaranya mbak Dewi?" selidikku.
"Bukan, aku teman SMA dan kuliah Dewi. Namun, kuliahku tidak selesai karena harus bekerja untuk membiayai adik-adikku banyak. Jangan-jangan mbak istrinya Mas Barry?" tebaknya.
"Mbak kenal suamiku?"
"Tentu saja kenal. Pada zamannya, Mas Barry itu cowok tertampan seantero sekolah kami."
Akhirnya tanpa harus berkeliling-keliling gak jelas menyelidiki. Sekarang aku tinggal berbincang dengan teman mbak Dewi yang ada di hadapanku ini untuk mengorek semua informasi yang aku ingin tahu.
Namanya mbak Ratih, teman SMA mbak Dewi, darinya aku tahu jika Bang Barry, Mas Heru dan Mbak Dewi ternyata dulu satu sekolah. Rizki anak soleha tanpa harus mencari seperti detektif aku bisa mendapatkan informasi tentang mbak Dewi dengan mudah.
Nasib seolah berpihak padaku, sebelum Bang Barry datang untuk beristirahat mbak Dewi pulang dan mbak Ratih pun pamit dari pelataran rumahku ke rumah mbak Dewi.
Sebelum Bang Barry datang aku segera membereskan minuman dancemilan bekas menjamu mbak Ratih tadi. Selama ini Abang cuma cerita tentang persahabatannya dengan mas Heru, dia tidak pernah bercerita jika Mbak Dewi adalah adik kelasnya saat SMA.
Apa ada yang Bang Barry sembunyikan dariku? Masa lalu mereka mungkin? Tidak mungkin mbak Dewi berani sekali meminjam uang pada Bang Barry jika mereka hanya saling mengenal sekedarnya. Sekali lagi, bukan uang yang menjadi masalahku tapi sekarang kejujuran Bang Barry yang aku pertanyakan.
Login untuk melihat komentar!