PART 7// RAHASIA TERSEMBUNYI


          🌻  HAPPY  READING   🌻

* Kata hati ingin merajut cinta
  Namun tangan tak sampai
  Mata ingin terus memandang
  Apalah daya hanya semu bayang *

Kriingg!

"Kenapa kamu sudah bunyi sih? Aku masih ngantuk!" gerutu Amei sambil matiin alarmnya.

"Masih setengah jam lagi, molor lagi ah!" batin Amei.

Amei kembali merebahkan badan dan menarik selimutnya.

Sayang mimpi indahnya ngak dilanjutin.

Baru sejenak Amei sembunyi dalam selimutnya. Tiba-tiba ada seseorang berteriak didekat telinganya.

"Woy! Banguuun!" suara kak Syan menekik di telinga Amei.

"Kaaakkk! Berisik tau! Amei masih ngantuk nih," protes Amei.

"Bangun kebo! Bangun!" Syan sambil menggoyang-goyangkan tubuh adiknya.

"Biarin kebo asal ngak bodo," ketus Amei.

"Nyindir nih! Woy, bangun woy!"

"Balik habitat kamu saja, kak. Pulang-pulang nganggu orang," timpal Amei kesal.

"Kakak kan kangen kamu juga," ucap Syan memelas.

Amei melotot menatap Syan, "Hahhh, bikin geli saja ucapan kakak."

"Tu kan malah diketawain, sepertinya ngak ada yang kangen aku," wajah Syan kusut.

Amei ketawa terbahak-bahak dan mengacak-ngacak rambut kakaknya. "Maa! Kakak Syan nangis hahaha."

"Awas kamu ya." Syan mengambil bantal dan memukul Amei. "Rasain balasanku."

Usia bukan lagi ABG namun seperti apapun sebuah saudara adalah tempat bercanda paling asyik.

"Maa! Bantalku hancur dirusakin kakak," teriak Amei minta bantuan.

"Panggil mama terus! Manja teruuss!" balas Syan.

Mama Sisi hanya tersenyum melihat ulah mereka, anak-anak yang sudah tumbuh dewasa namun tetap seperti anak kecil buat seorang mama.

"Syyaan! Sudah siang nih, biarkan Amei bersiap kuliah." Mama Sisi mencoba melerai mereka berdua.

Amei menjulurkan lidahnya menggoda Syan sambil berlari ke kamar mandi.

"Mama sih! Selalu bela dia," ketus Syan sebal.

"Kamu tak ada puasnya menggoda dia," jawab mama Sisi.

Syan pun keluar dari kamar Amei dan kembali ke kamarnya.

***
Dikediaman mama Lili

"Yen, kenapa mama di pindahin ke rumah?" tanya mama Lili.

"Biar mama ngak jenuh dan Yeyen bisa kapan saja melihat mama," jelas Yeyen.

"Li, Yeyen hanya berharap kesehatan mu membaik dan bisa kumpul dengan kita," saut mama Linda.

Lili tersenyum dan meraih tangan Yeyen. "Yen, kuliah yang bener ya? Mama nitip perusahaan sama kamu."

"Ya, ma. Yeyen akan jaga baik-baik kedua mama Yeyen dan perusahaan." jawab Yeyen penuh percaya diri.

"Lin, terima kasih telah menjaga Yeyen ku selama ini."

"Li, ingat janji kita. Dan semua ini aku lakukan untuk kita."

"Janji! Janji apa yang kalian pegang, ma?" Yeyen penasaran.

Linda dan Lili kaget, mereka lupa kalau Yeyen masih disitu.

"Ngak ada kok, Yen. Kami cuma janji untuk saling menjaga satu sama lain," saut mama Lili menutupi.

Sepertinya ada yang mereka sembunyikan.

"Yeyen, berangkat kuliah dulu ya ma?"

Yeyen melangkah keluar rumah dan menaiki ninjanya menuju kampus. Dalam perjalanan pikirannya melayang, penasaran dengan ucapan mama Linda.

Aku harus menyelidiki dan harus mendapatkan jawabannya.

Melaju cepat menyusuri keramaian kota Solo. Kota yang telah berkembang pesat dengan keindahan dan kwalitasnya.

***
Kampus

Wajah cool Yeyen membuat mata cewek meleleh selalu menjadi pusat perhatian setiap dia melewati koridor kampus. Mata agak sipit, kulit putih, body tinggi tegap, serta berlesung pipi dan rambut lurus bak boyband.

"Yeyen, Yeyen, sapa cewek-cewek melirik mencari perhatian."

Yeyen hanya melirik dan tersenyum sambil memicingkan matanya.

"Gila! Mata dan senyumnya, oh my god," ucap salah satu mahasiswi.

"Sungguh sayang aku melewatkan kesempatan mendekati mereka. Tapi aku tak boleh ceroboh dengan tujuanku." batin Yeyen dengan senyum cool nya.

Sambil melambaikan tangan Yeyen menebar pesona. Berjalan menuju ruang kuliahnya.

Dari jauh Amei mengamati sikap Yeyen dengan wajah manyun dan kesal. Mendengar selalu nama Yeyen yang disebut para cewek-cewek kampus.

"Awas ya kamu!" gerutu Amei sambil meremas bajunya.

Langkahnya terhenti ketika sampai di pintu ruang. Ternyata Yeyen menunggu kedatangannya.

"Hai, sayang." Yeyen memeluk Amei dari belakang.

"Kamu ya! Pagi-pagi sudah bikin kesal." gerutu Amei di telinga Yeyen.

Yeyen tersenyum sambil mencubit pipi Amei. "Makin cantik saja kalau manyun," godanya.

"Tahu ah!"

Rasa sayang Amei membuatnya tak bisa marah lama melihat senyum Yeyen.

"Masuk yuk?" ajak Yeyen sambil memeluk Amei.

Amei yang masih manyun ngikut aja ajakan Yeyen dan terpaksa membuka senyum.

"Sayang, maaf ya aku entar langsung pulang. Ada urusan dirumah." bujuk Yeyen sambil memegang tangan Amei.

Amei menoleh dan menatap Yeyen. "Tumben kamu pamit," ketus Amei.

"Maaf deh kalau kemarin-kemarin ngak pamit." Yeyen sambil menelangkupkan kedua tangannya.

Amei hanya mencibirkan bibirnya sambil menaruh bokongnya di kursi. Dan mengedipkan matanya ke Yeyen memberi tanda kalau dosen sudah datang.

Yeyen nyengir dan meraih kursi di dekatnya.

Pelajaran berjalan sangat tenang dan menyebalkan. Biasa para mahasiswa tingkat akhir, sudah pada bosen kuliah kali ya.

"Maaf, pak, izin toilet," ucap salah satu mahasiswa yang paling bandel di fakultas mereka.

"Mau berapa kali ke toiletnya?" jawab dosen Harsono.

"Semau aku, pak, rem dol kalau lihat bapak."

"Hahaha, minta servis kali!" teriak mahasiswa lainnya.

"Atau kebanyakan servis tuh," saut lainnya.

"Servisnya ngak cocok tuh!"

"Hahaha ...." semua mahasiswa dalam ruangan tertawa kompak.

Bahasa orang dewasa yang sedikit jorok biasa terjadi buat menghilangkan kejenuhan dalam mata kuliah.

Yeyen hanya tersenyum tipis sambil melirik Amei mendengar guyonan teman-temannya. Sedang Amei tertunduk malu dengan memainkan bola matanya.

Mata kuliah berakhir sedikit ceria hari itu. Walau tanpa Yeyen, Amei tak merasa boring dan kesal. Ia pun pulang bersama sahabatnya.

Yeyen melaju dengan cepat dengan Ninjanya. Ia menuju ke perusahaan dan menemui pak Dadang.

"Ada apa, mas, kelihatannya penting banget?" sapa pak Dadang

"Gini, pak. Tadi pagi aku mendengar percakapan jangkal antara mama Lili dan mama Linda. Boleh minta tolong cariin info."

"Intinya menyangkut apa, mas?"

"Janji! Yiah janji antara mereka berdua. Dan aku harus tahu apa itu!" tegas Yeyen.

Pak Dadang manggut-manggut dan mengerutkan dahinya. Ia asisten paling lama dan paling setia banyak memegang rahasia keluarga mama Lili.
Untuk menyelidiki sebuah misteri dirumah itu bukan hal susah baginya.

"Oh ya, pak! Ingat pesan ku, jangan sampai rencana aku tercium oleh mama," tegas Yeyen.

Pak Dadang hanya menganggukkan kepala dan mengedipkan mata.

"Kali ini, aku yang akan mulai terjun ke perusahaan untuk menaklukkan saham pak Zen!"

"Bagaimana dengan kuliah, mas?"

"Itu bisa aku atur, akan aku selesaikan skripsi ku tanpa KKN. Oh ya, pak. Tolong kumpulkan berkasnya biar aku pelajari."

Pak Dadang menuju ruangannya mengambil setumpuk berkas.

Begitu serius dan cermat Yeyen pelajari satu demi satu berkas itu. Memang kuliah dia di jurusan hukum namun  bakat pemimpin perusahaan menurun padanya.

Membuatnya begitu mudah memahami setiap aturan dan masalahnya. Dengan di bimbing pak Dadang membuat begitu cepat dia memainkan otaknya.

Hari semakin larut dengan berkas setumpuk membuat Yeyen tak tahu waktu. Matanya mulai lelah dan tak sanggup untuk pulang. Ia rebahkan tubuhnya diatas sofa. Terlelap dalam mimpinya.

Pak Dadang yang begitu menyayangi Yeyen seperti cucunya sendiri mengambil jaketnya dan menyelimuti tubuh Yeyen.

Istirahatlah, nak. Kasian dari kecil terpisah dari mama mu. Kesombongan kakek mu membuat kalian jauh.

Pak Dadang mengecup kening Yeyen dengan penuh kasih.

Buah nangka buah mengkudu
Bunga melati merekah ayu
Buat kakak-kakak yang baik hati nan ayu
Jangan lupa vomen dan makasih buat mu  ❤❤❤