PART 4 // SENYUM MAMA

🦋 HAPPY READING 🦋

Hai kak, gimana kabar hari ini? Aku harap kalian selalu dalam Rahmah dan Berkah NYA dan dimudah kan urusannya. Aamiin.

🕷 Hitam, pekat dan gelap
Menyusuri tapak berduri
Kau suguhkan secawan madu
Terasa manis namun mencekam
Melilit leher hingga menekak 🕷


Wajah cantik penuh ceria mempesonakan mata memandang. Namun semakin membuat Yeyen ingin selipkan sedikit warna hitam di bibir.


Akalnya mulai melayang, hasratnya makin menggebu untuk membuatnya menangis.


Tangan halus itu memegang foto Amei.
"Amei sedikit lagi langkahku, maafkan aku sayang." gumannya sambil tersenyum sinis.


Yeyen pandangi wajah cantik itu. Sungguh sayang bila cerianya akan berubah duka. Namun ia telah digelapkan dengan dendam yang menghilangkan akal pikirnya.

Ia ambil ponselnya dan ingat pak Dadang asisten kepercayaan keluarga mama Lili.

"Pak Dadang entar malam temui aku," ucap Yeyen dalam telpon singkatnya.

Mata yang masih mengantuk itu menjadi terbuka saat inginkan sesuatu melintas dalam angannya.

Sesaat Yeyen melihat jam. "Tidur berapa jam semalam cepet banget pagi," gumannya sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.


"Yeyen ...! Sudah bangun belum sayang?" panggil Mama Linda.

"Masih mandi, ma." teriaknya dari kamar mandi.

"Mama tunggu dibawah ya sayang."

"Ya, ma."

Seperti apapun Yeyen, dia masih anak manja didepan Mama Linda. Mama yang mengasuhnya dari kecil dengan kasih sayang penuh.

Yeyen telusuri tiap anak tangga menuju ruang makan.

"Gimana acara semalam sayang?" tanya  mama Linda.

"Berkah Bapa lancar, ma."

"Oh ya, kenalin ke mama dong pacar kamu itu? Pasti cantik, penasaran nih," canda mama Linda.

"Entar, ma, belum saaatnya. Yeyen berangkat dulu, ma." Mencium tangan Mama Linda.


***


Kampus

Wajah ceria ayu itu tersenyum lepas melihat Yeyen datang. Langkahnya sedikit berlari menghampiri dan memeluk dari belakang. "Sayang, makasih kekuatannya semalam ya."

Sedikit kaget namun Yeyen tersenyum puas dan membalikkan badannya. "Gimana sayang, suka ngak?"

Amei menganggukkan kepala tersenyum malu.
Mereka pun berjalan bergandengan memasuki koridor kampus.

"Cie yang baru jadian." Sorak temen-temen.

Amei sembunyikan wajahnya yang tersipu malu di punggung Yeyen sampai memasuki ruang.

"Duduk disebelah aku ya?" pinta Amei.

Yeyen pun mengikuti langkah Amei.

Wajah asmara Amei begitu terlihat jelas. Lama Amei ngak merasakan hal seperti ini setelah ditinggal pergi Ardi tanpa kabar.

"Yeyen, kini kamu harus jalani kisah cinta palsu ini dengan baik. Senyum dan ceria, Yen." guman Yeyen dalam hati.

"Oh ya sayang, entar pulang sama aku ya?" ucap Yeyen.

Amei tersenyum girang tapi tiba-tiba berubah murung.

"Kenapa, sayang. Kamu ingat teman-temanmu ya?"

"Ya. Bagaimana dengan Feby dan Aling. Trus bagaimana mobil aku," manja Amei.

"Biarin dibawa sama Feby."

"Tapi papa."

"Entar aku yang bilang. Ok!" senyum Yeyen menyakinkan.

"Ya sudah kalau begitu. Janji jelasin ke papa ya?"

Yeyen menganggukkan kepala dengan senyum cakepnya.

Pelajaran terasa lama, membosankan. Ditambah kelas Pak Harsono pula. Dosen paling garang dan banyak aturan.

Pikiran Amei tak tenang menantikan jam usai kuliah dan sesekali melirik senyum ke Yeyen. Saat-saat dimanja sang kekasih pasti didambakan dan diimpikan setiap gadis.

Dengan santai Yeyen selalu membalas senyum cantik Amei.

Tet tet tet ... bunyi bel mengakhiri jam kuliah. Seketika juga senyum merekah diwajah Amei.

Tatapan lembut Yeyen mengulurkan tangan ke Amei. "Ayo sayang."

Serasa seperti seorang putri, Amei tersipu malu perlahan memegang tangan Yeyen.

Pemandangan seperti itu tak asing lagi buat teman-teman kampusnya.Mereka menunggu Aling dan Feby di tempat biasa.

"Feb, kamu bawa mobil pulang ya? Aku mau jalan dulu sama Yeyen."

"Kalian ngak ngajak kami?" saut Aling.

"Ya, tuh. Jahat! Kami ditinggal," gerutu Feby.

Amei menatap Yeyen meminta perlindungan dari serbuan temannya.

"Untuk kali ini aku ingin berdua saja. Maaf ya." bela Yeyen.

"Ok deh, ketimbang jadi obat nyamuk kami entar. Ya ngak, Ling?"

"Hmm, pulang yuk Feb?" Aling memelas.

Feby mengandeng tangan Aling. "Ayo Ling kita pulang, malangnya nasib kita ngak ada cowok ya, hahahhh," gurau Feby memelas.

Amei tertawa melihat ulah temannya. Sahabat yang selalu menemani saat mulai masuk kuliah hingga hampir lulus.

"Kocak juga ya teman kamu?" 

"Ya, tanpa mereka sepi hari-hatiku."

Dengan ninja nya Yeyen membawa Amei di tempat yang romantis.

Entah dimana dan bagaimana mereka saling bercerita dan memadu kasih.
Terus bagaimana sikap Yeyen ya?
Apakah bisa mesra dalam cinta palsunya?
Hust jangan diintip dulu, biarkan mereka berdua mojok.

~~~~

Langkah tegap dan wajah ceria itu berubah murung dan sedih saat memasuki ruang ICU. Tangannya yang kuat menjadi lemas saat menyentuh wajah pucat itu.
Airmata pun menetes membasahi pipi.

"Ma, Yeyen datang. Buka mata mama. Bicara sama Yeyen, ma. Peluk Yeyen, ma." Yeyen dalam isak tangisnya.

"Apakah mama ngak ingin memeluk Yeyen? Bangun, ma." suara pilu Yeyen.

Yeyen duduk lemas disamping ranjang tertunduk.

Tangan lemas itu sedikit bergerak, matanya pun perlahan terbuka.

"Ma ... ma! Ini Yeyen putra mama." sontak Yeyen berteriak.

Bibir lemas itu mulai bersuara setelah beberapa bulan terdiam. "Ye ... yen."

"Ya, ma! Ini Yeyen!"

Begitu gembiranya Yeyen mendengar suara mamanya. Ia peluk tubuh lemas itu, air matanya semakin deras mengalir. Airmata sedih bercampur bahagia.

"Yeyen putraku."

"Maa ... Yeyen kembali, ma."

Senyum kecil tersirat di bibir Mama Lili. Walau lemas terlihat bahagia di wajahnya.

Putra semata wayangnya kini ada di dekatnya. Setelah beberapa tahun ia titipkan ke sahabatnya.

Mata sayunya meneteskan airmata.
Ia belai rambut putranya yang memeluk tubuhnya.

"Maa, Yeyen akan menjaga mama. Yeyen ngak akan ninggalin mama lagi."

"Yeyen janji."

"Janji! Yeyen akan disini bersama mama."

Ibu dan anak itu melepas rindu dalam isak tangis.

"Maa, terima kasih untuk senyum mama hari ini. Yeyen telepon Mama Linda dulu ya?"

Ia ambil ponselnya ...

"Ma, mama Lili sudah sadar," girang Yeyen.

"Apa, Yen! Kamu ngak bohong kan!" teriak Mama Linda dalam ponsel Yeyen seakan ngak percaya.

"Ya, ma. Mama Lili sudah sadar, cepetan kesini ya."

"Ya-ya, mama berangkat sekarang," sigap mama Linda.

Beberapa saat kemudian ...

"Lii ... ini aku, ingat aku kan?" suara bahagia terharu itu dengan airmata.

"Mee-linda."

Melinda peluk tubuh yang masih lemas itu. "Lii, aku tepati janjiku mengembalikan putramu." airmata Melinda semakin mengalir deras.

Dalam hatinya tak rela melepas Yeyen. Namun Lili memiliki hak atas Yeyen.

"Ngak, ma. Yeyen ngak mau jauh dari kalian berdua. Mama Linda jangan tinggalin kami," saut Yeyen.

"Ya, Lin. Kita sama-sama menjaga Yeyen ya?"

Melinda meraih Yeyen. Mereka memeluk Lili yang terbaring.

"Terima kasih Bapa, kau kembalikan putra dan sahabatku." guman Lili.

Bagaimana ya kak perasaannya setelah lama terpisahkan?

Apakah Mama Lili akan bertahan hidup dalam sakitnya?

Makasih buat kakak caem yang sudah mau mampir ke cerita aku.

Jangan lupa aku tunggu jejak kalian.

🥰🥰🥰